Syia terbangun dari tidurnya, karna ia mendengar ponselnya berdering.
"Hallo?" Syia mengangkat telponnya.
"Syia, saya andre. Bisa kamu ke rumah skait jam 4 sore nanti?" Ternyata suara andre.
"Bisa, nanti aku kesana."
"Oke terimakasih Syia, sampai ketemu nanti," Andre menutup telepon.
"Huuh," yang dirasakan Syia hanya bahagia, terlepas apakah semesta akan menyatukan mereka ataupun tidak.
"Syia," Teresa mengetuk pintu Syia.
"Masuk ma!"
"Kamu sudah bangun?"
"Udah, tadi Andre telpon Syia," ucap Syia yang nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
"Sudah mama bilang apa, laki-laki itu tidak akan memandang fisik jika mereka sudah benar-benar cinta," Teresa berusaha menggoda Syia.
"Iii mama! Andre itu cuman mau ngajarin Syia!" Syia sangat kesal dengan mamanya.
"Sudah-sudah, ini kamu minum dulu susunya" Teresa memberikan susu kepada Syia.
"Ma, nanti jam 4 sore Syia mau ketemu Andre."
"Ketemu aja, semoga itu bisa membuat kamu bahagia," apapun selalu Teresa lakukan, demi membuat Syia bahagia.
"Syia sayang mama!"
"Mama lebih sayang kamu, sekarang makan ya."
--
Tepat jam 16.00 Syia sudah berada di rooftop rumah sakit, menunggu kehadiran Andre.
"Syia!!" Andre sepertinya sudah datang.
"Andre?"
"Iya, gimana kabar kamu?"
"Selalu baik, kamu?"
"Baik juga."
"Syia, aku pengen kenal kamu lebih dekat. Kemarin pertemuan kita cuman sebatas kenalan," ucap Andre.
"Haha, biasa aja kamu" Syia akhirnya tertawa lepas.
"Ko kamu ketawa?"
"Gapapa,"
"Kamu kerja kayak gini cape gak sih?" Tanya Syia.
"Cape itu pasti ada, tapi mau gak mau aku harus tetap berjalan. Semuanya harus aku syukuri" ucap Andre.
"Kamu benar, sebagai contoh. Kamu bisa melihat bulan, tapi aku enggak. Itu salah satu hal yang harus disyukuri," terlihat wajah Syia mulai memerah.
"Maaf aku mau nanya, apa pernah kamu ngeluh atas kondisi kamu?" Andre menanyakannya dengan hati-hati kepada Syia.
"Itu udah jadi kordinat manusia. Dulu, setiap hari aku sering mengeluh dengan hidup aku. Tapi mama aku selalu ngajarin aku buat menerima keadaan, di saat itu lah aku mulai bersyukur. Karna apapun bentuknya, itu adalah hadiah terbaik dari Tuhan yang di berikan untuk kita," Syia mulai berkaca-kaca.
"Kamu tau gak Syia, terkadang orang tersakitilah yang selalu dekat dengan Tuhan. Selama saya menjadi dokter, banyak sekali pelajaran yang saya ambil. Saya sangat bersukur atas itu," ujar Andre.