Hunter for The Phantom

godok
Chapter #1

The Phantom

Malam itu, beberapa orang berbaju hitam berlarian di jalanan yang sepi. Mereka berlari menuju sebuah gang yang dihadang oleh tembok besar di ujung jalan. Mereka adalah The Phantom, para penculik ulung yang selalu beraksi dimalam hari dengan sangat rapih hingga pihak berwenang belum berhasil melacak keberadaan mereka hingga saat ini. Entah belum membuahkan hasil atau memang tidak mencari hasil.

Seorang pria yang menggunakan masker dan juga hoodie serta tudung kepala yang terpakai dengan apik menutup rambutnya mengejar segerombolan orang itu.

Salah satu dari orang berbaju hitam berdecak dengan kencang. “Kau pikir sudah memang, hah!”

Dari balik tembok, keluar segerombolan orang-orang berbaju hitam lainnya lengkap dengan senjata api di masing-masing tangan. Si pria yang menggunakan hoodie mengeluarkan senjata andalannya dari dalam saku. Seperti genggaman pistol, namun di ujungnya bukan laras yang akan mengeluarkan peluru melainkan sebuah celurit.

“Senjata rongsok mu tidak akan bertahan lama, The Hunter. Kali ini kami akan mengalahkanmu,” serentak pasukan The Phantom mengacungkan senjata ke arah lawan.

“Tem-!” baru akan memberi komando, senjata yang di gunakan si pemburu melesat dengan cepat.

Bilah celurit yang terkait dengan rantai mengitari senjata api pasukan The Phantom dan memotong masing-masing laras senjata mereka. Secara spontan, para penculik melempar senjata mereka dan melompat mundur.

“Kau pikir pelatuk ini hanya pajangan.Ya~ sebenarnya aku agak sedikit kecewa karena tidak boleh menggunakan senjata api,” The Hunter menarik celuritnya, senjata yang digunakan si pemburu kembali seperti semula.

The Hunter melesat dengan cepat, meringkus para penculik. Dengan tali besi yang biasa ia bawa, ia mengikat semua anggota The Phantom menjadi satu. Tidak mau pasrah begitu saja, salah satu penjahat itu menendang lutut si pemburu dengan kencang hingga tersungkur. Tapi sayang, ikatan yang melilit tubuh mereka sudah terkait sempurnah. The Hunter bangkit, ia mundur beberapa Langkah lalu mengangkat tinggi-tinggi senjata api yang digenggamnya ke arah langit malam tanpa bintang. Senjata itu milik anggota The Phantom, peredamnya sudah ia lepas.

Satu tarikan pelatuk ia lepas, membuat bunyi yang cukup nyaring. The Hunter melihat senjata yang kini ia genggam. Cukup bagus, bisa jadi pengganti kembang api tahu baru, pikirnya. Lalu ia membuang senjata itu ke sembarang arah. Tidak lama setelahnya, terdengar banyak suara derap Langkah kaki datang. The Hunter dengan gesit melompati tembok sekitar lalu pergi menghilang dalam sekejap. Para anggota The Phantom menyerngitkan mata merasakan ada cahaya yang mendadak masuk kedalam iris mereka.

“Ketua, di sini!!” petugas keamanan dengan senter besar ditangan lari lebih dulu menghampiri para pelaku criminal yang sedang di tahan. Disusul oleh empat orang rekan dan satu orang lagi pria dengan pakaian yang berbeda, ketua mereka.

“Mereka The Phantom, tidak salah lagi. Aman, kan!” si ketua berdiri dengan tegak, ia melihat sekitar lalu menatap langit-langit.

"The Hunter… setidaknya gunakan tali biasa. Kami jadi susah untuk membukanya.” Guman pria tua kepala empat itu, tangan kirinya sibuk mengeluarkan sebatang rokok.

Setiap malamnya, selalu seperti itu. Kota Gobain beberapa bulan belakangan ini mulai terkenal dengan kasus penculikan yang tinggi. Kelompok penculik diduga menggunakan nama The Phantom untuk kelompoknya. Belum diketahui dari mana asal-usul mereka dan apa tujuan yang ingin diraih. Tidak jauh dengan kemunculan The Phantom, ada juga momok yang memberi nama diri mereka The Hunter yang selalu berhasil menangkap para penculik Ketika beraksi. Tidak pernah diketahui juga siapa sosok di balik The Hunter. Petugas keamanan hanya dapat berterima kasih karena melindungi perdamaian kota bersama mereka.

Melaporkan dari stasiun 6, malam ini para petugas Kembali berhasil mengamankan pasukan The Phantom. Diguga para pelaku seperti biasa hendak mencari mangsa untuk diculik, entah motif apa yang sebenarnya mereka miliki masih menjadi misteri bagi para anggota keamanan. Harap bagi seluruh warga untuk berhati-hati dan kurangi aktivitas di malam hari.’

“Wahh, serem banget ya. Aku jadi nggak bisa stargazing lagi,” pagi itu, dalam ruang kelas 12 – E para siswi sedang berkumpul bersama menonton berita tentang kejadian semalam di laptop salah satu teman mereka.

“Benar, kalau pagi hari sebuk dengan sekolah dan malam tetap harus diam di rumah. Bisa – bisa aku terkena mental health,” ucap dramatis salah seorang siswi.

Seorang siswa yang sedang tidur tepat di samping meja para siswi berkumpul menegakkan badan, ia berdehem dengan kencang. “Ada yang salah dari berita tadi,” perkataanya berhasil mengambil atensi semua orang yang ada dalam kelas.

Kepalanya terangkat angkuh dengan tangan bersidekap dada. “Yang menangkap para sampah itu bukan petugas keamanan, tapi -”

“Bla bla bla, tapi The Hunter,” sela salah satu siswi yang sedang berkumpul. “Renan, kata-kata kamu template mulu. Habis in kamu bilang kalau The Hunter itu kamu, yakan.”

Lihat selengkapnya