Hunter for The Phantom

godok
Chapter #2

The Hunter

Pagi ini Renan sedang menyantap nasi goreng sebagai sarapan di kediaman Diman. Diman bilang ia masak terlalu banyak nasi, kalau di sisakan untuk nanti malam takut jadi keras. Malam ini juga kemungkinan ia tidak pulang karena lembur menggantikan jam kerja teman. Mereka sarapan bersama di depan televisi sambil menonton berita terbaru.

‘Lagi, pihak keamanan berhasil mengamankan angota The Phantom yang sedang menculik seorang anak kecil. Kabarnya anak itu sedang bermain di halaman belakang rumah pada malam hari bersama anjingnya saat anggota The Phantom melakukan aksi. Beruntung pihak keamanan yang cekatan mampu menggagalkan aksi keji mereka-.’

Renan mengambil remot TV lalu mematikannya. “Berita mereka tidak jelas, jangan di tonton, mas.”

Diman terkekeh lalu menyeruput segelas teh hangat. “Jangan gitu, mereka itu membantu mengamankan masyarakat dan berpatroli dengan rajin,” Diman mengusak rambut Rehan. Ia berdiri dengan membawa piring dan gelas kotor lalu membawanya ke dapur.

“Saya pergi dulu, ya. Kalau mau main PS ambil aja di lemari.” Diman pun pergi meninggalkan unit tempat tinggalnya. Rehan memang sering main di tempatnya Ketika hari libur, Diman itu tipe orang yang menghabiskan gaji untuk membeli berbagai macam mainan. Tentu saja remaja seperti Rehan betah di tempat Diman.

Diman berjalan menuju stasiun yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya, kurang lebih setengah jam berjalan kaki saja sudah sampai. Seperti yang diduga, stasiun Ketika pagi di hari libur tidak begitu ramai. Setidaknya masih ada rongga untuk sedikit bernapas di dalam gerbong. Antrian di peron juga tidak begitu menyeramkan sampai harus saling desak agar tidak perlu menunggu kereta berikutnya.

Diman duduk di kursi yang tersedia. Di sebelahnya ada seorang yang mengenakan setelan jas mewah dengan wajah yang sangat mengantuk. Apa ia sedang lembur, pikir Diman. Merasa di perhatikan oleh Diman, pria berpakaian rapih itu menatap Diman seolah bertanya.

“Ah, maaf. Anda sepertinya habis lembur?”

“Lembur?” pria itu menggelengkan. “Aku kesiangan berangkat kerja, atasanku yang cerewet pasti akan melakuakn rapp freestyle dadakan,” jawab si pria berjas dengan canggung,

“Kerja dihari sabtu?” pertanyaan Diman membuat pria di sampingnya mengerutkan dahi. Tiba-tiba matanya terbuka lebar, rasa kantuknya seakan menghilang. Dengan gusar ia merogoh saku dan mengambil ponsel.

“Se-sekarang sabtu… kenapa alaram pagi ku menyala,” dengan cepat ia memeriksa fitur alaram dalam ponsel. Takut–takut kalau ponselnya rusak atau orang di sebelah hanya bergurau.

“Ini memang sabtu, lalu alaram ap-” seketika pria itu tertunduk lemas. Tangan yang memegang ponsel terjatuh tepat di atas paha. Diman dengan rasa penasaran yang tinggi mengintip arah ponsel pria di berjas.

Keluarkan cucian dari mesin pengering !!’

Diman mengedipkan mata beberapa kali, pasti sangat menyebalkan. Diman membenarkan posisi duduknya menjadi lebih tegap lalu berdehem.

Lihat selengkapnya