Masa Orientasi Siswa telah di mulai. Bel sekolah di minggu-minggu masa pengenalan bagi siswa baru hanyalah selingan lembut di antara teriakan-teriakan para senior yang memimpin jalannya acara yang membuat suasana sekolah menjadi berbeda dari hari-hari biasanya.
Kinan yang baru saja tiba di sekolah merasa grogi dengan suasana yang ada. Di depannya, nampak para siswa terduduk di lapangan tengah berbaris rapi membentuk garis-garis yang rapi sempurna.
Sementara, Cheryl yang ada di dalam salah satu barisan itu nampak puas melihat pemandangan Kinan yang kini mematung di depannya dengan wajah merah padam.
"Kenapa lo telat?!" Sapa seorang lelaki yang usianya di atas satu tahun darinya. dengan suara lantang memakai pengeras suara, lelaki itu melambaikan tangan ke arah Kinan untuk lebih mendekatinya. Tepat di tengah-tengah para siswa-siswi baru, tubuh Kinan sedikit gemetar. Beberapa orang menyadari reaksi Kinan di antaranya adalah mentor-mentor yang ada di depan berjajar dengan wajah serius.
Kinan masih membisu. Ia merasa gugup sambil sesekali melirik nametag yang tertempel di seragam lelaki itu bertuliskan 'KETUA OSIS' dengan nama dibawahnya yang tercetak jelas, 'Biru Ganeswara Altair'.
"Hey, jawab?!" Kata lelaki berkulit putih, tubuhnya tinggi ideal dengan kedua sorot mata yang tajam berhasil menatap Kinan.
Entah mengapa, degup jantung Kinan semakin kencang saat menatap mata lelaki yang tajam itu. Bukan karena ia merasa malu dan takut diinterogasi, tetapi sesuatu menjalar mengetuk hatinya. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan, tapi membuatnya merasa seperti ada yang menganggu pikirannya. Apa karena lelaki yang ada dihadapannya itu tampan? Mungkin sosok yang bernama Biru ini adalah salah satu lelaki yang famous di sekolah ini.
Tak hanya Kinan, Biru merasakan hal yang sama. Kinan memiliki tinggi tubuh yang lebih rendah darinya. Rambutnya yang tergerai gelombang hitamnya membingkai wajahnya dengan sorot mata yang lembut memancarkan kesan manis dan cantik. Ah! Batin Biru. Apa-apaan si lo. Sadar lo itu udah punya Aresha!
"SIAPA NAMA LO?!" Pekik Biru berusaha untuk mengabaikan perasaan itu dan fokus pada tugasnya sebagai ketua OSIS yang baru di tahun ini. "HEH LO ITU GAK NGOMONG APA GIMANA?!"
Kinan terkesiap. "Na-Nama saya... Nama saya Kinan Amelia Putri Chalisa, Kak."
"OKE! MANA NAMETAG LO?!"
"Ini, Kak." Kinan memperlihatkan sebuah papan nama berukuran dua puluh sentimeter itu dengan seutas tali yang terikat di lehernya.
Biru mengambil nametag itu dan membalikkannya tepat di depan wajah Kinan. "Gue gak nanya siapa nama asli lo, tapi nama panggilan lo! BACA!"
Kinan tertelan. Seumur hidupnya ia tak pernah dimarahi atau bahkan di caci maki seperti ini oleh seseorang, apalagi oleh seorang lelaki. Meski dulu ada kenangan di masa Ospek SMP, namun tak sekalipun tersimpan pengalamannya seperti sekarang ini. "Cu-Curut, Kak."
"Mampus, lo!" Gumam Cheryl tertawa puas memperhatikan sang adik yang mati kutu di depan sana.
"Kayaknya lo puas banget liat dia." Seru seorang gadis yang tanpa sengaja mendengarnya. Kemudian, Cheryl menoleh menatap gadis yang ada di dekatnya itu. "Gue Frea!"
"Cheryl." Kata Cheryl. "Puas banget lah! Secara ... dia itu emang pantes dipermalukan depan umum. Hihi ...,"
"Emang dia siapa lo?" Kata seorang gadis lainnya dan membuat mata Cheryl kini menoleh ke samping lainnya. Gadis berambut sebahu itu melempar senyum menyapa. "Gue Hani."
"Dia itu adik angkat gue!" Jelas Cheryl. Membuat gadis yang duduk di masing-masing di sebelahnya itu mengangguk kompak sambil membulatkan bibirnya membentuk vokal O. "Sebenarnya gue males banget satu sekolah sama dia. Tapi berhubung bokap nyokap gue yang sayang dan peduli banget sama dia ... Gue bisa apa. Gak semangat gue!"
Hani tertawa pelan. "Yakin lo males dan gak semangat buat sekolah di sini cuma karena ada adik angkat lo?"
Cheryl mengangguk. "Kenapa emang?"
"Cowok yang ada di depan lapang yang lagi marahin adik lo itu katanya cowok yang popular seantero sekolah. Namanya Biru, dia itu KETOS baru."