HURT ME

Anastasya putri
Chapter #1

HURT ME 1

Aku memejamkan mataku ketakutan. Suara bising dari barang – barang yang jatuh bergema di rumah ini. Aku juga mendengar suara ibuku yang menangis dan merintih kesakitan. Aku mencoba memberanikan diri membuka mataku. Aku melihat ibuku bersimbah darah sambil menatapku dengan tatapan yang memancarkan kesakitan. Ayah masih menancapkan pisau ke tubuh ibuku. Rasanya ingin sekali aku menerjang ayah untuk menghentikan aksinya, namun tubuhku benar - benar sangat lemah karna luka yang aku tanggung. Kakiku sudah sangat sakit. Tubuhku di penuhi dengan luka yang membuatku tidak sanggup bergerak. Aku hanya bisa menangis dalam diam sambil menatap ibu yang perlahan sudah tidak lagi mengeluarkan suara. Aku mulai waspada saat ayahku yang mulai mendekatiku. Aku menutup mataku saat ayah mulai menarik tanganku dengan kasar tanpa memperdulikan rintihan dan permohonanku kepadanya.

*/*

Aku terbangun dengan peluh yang membasahi tubuhku. Dengan kasar aku mengusap wajahku frustasi. Mimpi itu selalu membuatku semakin tersiksa. Aku menatap jam yang tergantung di dinding kamarku. Aku menutup kembali mataku dengan kesal sambil menghembuskan nafas. Aku selalu seperti ini selama bertahun - tahun. Hanya bisa tidur selama 2 jam. Kalau aku bisa, aku ingin memohon kepada Tuhan untuk membiarkanku bermimpi indah sehari saja. Setidaknya ada yang bisa membuatku lebih baik dihidupku yang hancur ini, namun sayangnya Tuhan tidak sebaik itu hingga memberiku sedikit saja keajaiban. Takdirku yang mengharuskanku untuk hidup dengan berbagai hal pahit yang memang harus aku telan hingga aku mati mungkin. Tidak ada kisah bahagia dalam hidupku dan entah sampai kapan aku harus merasakan hal ini. Entah siapa yang akan dengan rela membantuku keluar dari ini semua. Aku tertawa miris saat menyadari di dalam diriku masih bisa memiliki harapan konyol yang sudah pasti takkan terkabul.

*/*

Aku menatap diriku sekali lagi. Wajahku yang terlhat mengenaskan harus selalu terpoles dengan make up tebal yang menjijikkan agar bisa membuat pelangganku mau memakai jasaku. Aku menghembuskan nafas lelah. Rasanya aku benar – benar lelah menjalani ini semua. Aku mendengar suara ketukan dan panggilan dari luar ruanganku. Aku menghembuskan nafas sekali lagi sebelum keluar dari ruanganku. Suara musik yang menggema dengan cahaya redup sudah menjadi temanku selama bertahun - tahun. Dengan anggun aku berjalan ke arah bartender untuk menunggu siapapun pria mata keranjang yang tertarik kepadaku.

"Buatkan aku vodka.. Mike," ucapku kepada bartender didepanku.

"Kau nampak lelah. Maria," ucapnya lembut.

Aku hanya tersenyum tipis sambil meminum vodkaku. Aku merasa sebuah sentuhan dipinggangku. Aku hanya melirik sekilas pemilik tangan itu. Sosok pria tampan yang berdiri disebelahku menatapku dengan tatapan mesumnya. Aku tersenyum menggoda setelah meneliti barang - barang yang menempel ditubuhnya. Barang - barang bermerek identik dengan orang kaya dan aku bisa membedakan mana yang asli atau mana yang palsu. Lagi pula tempat ini tidak bisa dimasuki sembarangan orang. Hanya orang - orang tertentu yang bisa memasuki tempat ini. Hanya orang - orang tertentu juga yang aku layani, karna di sini aku adalah primadona. Ya, aku jalang yang selalu menjadi andalan mucikari yang menjualku karna tarifku yang sangat mahal.

*/*

Aku terdiam menatap pemandangan dari kaca besar di penthouse pria yang membokingku. Aku merasa sebuah tangan melingkar dipinggangku. Kecupan mesra bersarang dipundakku. Aku masih diam mematung menatap pemandangan didepanku. Pria itu masih terus berusaha merangsangku. Tanpa dia ketahui aku sama sekali tidak bisa merasakan gairah apapun lagi. Hanya rasa jijik yang selalu aku rasakan setiap para pria mata keranjang menyentuh tubuhku.

"Kita lakukan sekarang," ucapnya dengan suara parau.

Dia memaksaku memusatkan pandanganku padanya dengan memutar tubuhku saat aku masih diam tidak meresponnya. Dengan kasar dia mencium bibirku. Aku hanya mengikuti apa yang dia mau dan mengalungkan tanganku dilehernya. Bertahun - tahun aku menjadi pelacur di club yang terbilang sangat tersohor ini tidak membuatku menikmati pekerjaanku. Selama ini aku hanya melakukan acting yang seakan - akan aku menikmati pergumulan kami. Dia mulai menyentuhku lebih jauh lagi. Aku hanya bisa berpura - pura menikmati permainannya, walau jujur saja aku tidak pernah bisa menikmati ini semua. Aku melihat pria itu meneriaki namaku dipuncaknya. Bukan.. itu hanya nama samaran yang dulu disebutkan sebagai namaku saat aku di jual di club ini. Aku sudah lama sekali tidak mendengar namaku di sebut. Aku menutup mataku untuk mengenyahkan fikiranku yang berkelana ke masa laluku saat pertama kali aku terjerumus di sini. Perlahan aku merasa pria itu membalikkan tubuhku dan mengangkat pinggulku. Aku hanya diam membiarkan apa yang ingin dia lakukan. Aku beruntung saat dulu awal aku masih baru di dunia kotor ini salah satu dari pelacur di club ada yang memberitahuku caranya menjaga diriku. Aku dianjurkan untuk memasang KB. Aku juga rutin memeriksakan tubuhku ke dokter. Aku masih beruntung karna belum terkena HIV. Yah.. memang syarat masuk club tempatku bekerja adalah bersih. Artinya tidak hanya pelacurnya saja, namun para tamu tidak boleh terjangkit penyakit apapun. Aku menenggelamkan wajahku di bantal untuk menyembunyikan air mata yang mulai mengalir saat dia kembali menyentuhku.

Lihat selengkapnya