Aku terbangun saat cahaya matahari menyinari kamar yang aku tiduri. Aku mengedarkan pandanganku. Aku baru ingat kalau aku masih di apartement Alex. Ingatan tentangnya yang membawaku ke sini dan membiarkanku beristirahat di kamar yang dia siapkan untukku bermunculan. Tidak ada sex karna kami berbeda kamar. Aku yakin dia orang yang baik. Bahkan dia meminjamkan baju yang cukup sopan untukku. Tidak seperti pria lain yang sering aku temui. Mereka menuntutku untuk memakai lingery atau telanjang di depan mereka. Mereka juga lebih suka memasukkan miliknya kemilikku tanpa memandangku yang merasa jijik. Mereka hanya bisa merendahkanku tanpa memperdulikan perasaanku. Alex berbeda, dia benar - benar berusaha memperlihatkan ketulusannya kepadaku. Aku berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamar ini. Aku ingin segera membersihkan tubuhku. Aku merasa sangat kotor saat mengingat para pria - pria brengsek yang selalu menyentuhku. Sekuat tenaga aku berusaha menahan air mataku yang selalu menggenang saat mengingat betapa kotornya aku.
*/*
Aku berjalan keluar dari kamarku. Aku memilih memakai pakaian yang Alex pinjamkan tadi malam di banding memakai pakaianku sendiri yang tadi malam aku pakai. Aku tidak ingin mengingat sekotor apa aku ini. Setidaknya selama aku bersama Alex, aku ingin menjadi wanita biasa. Aku melihatnya berjalan kearahku. Dia tersenyum melihatku yang berdiri didepannya. Aku merasa salah tingkah didepannya. Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku yang mulai memerah. Baru kali ini aku bertingkah seperti ini di depan pria. Biasanya aku akan menatap pria yang menatapku dengan tatapan menggoda. Aku merasa kembali menjadi diriku yang dulu sebelum aku menjadi jalang. Sebuah sentuhan dipipiku membuatku membuka mataku. Aku menatap matanya yang membuatku selalu tenang dan terhipnotis.
"Selamat pagi," ucapnya lembut.
Aku masih diam menatapnya. Rasanya hatiku tenang hanya dengan menatapnya. Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku. Aku sangat mendambakan ketenangan ini.