FLASBACK
Aku berjalan pulang menuju rumahku. Kalau boleh jujur aku tidak ingin pulang. Aku ingin bertahan di sekolah, namun aku tidak mungkin melakukan itu. Aku tidak mau ibuku dipukuli lagi. Di sekolah aku anak yang cukup berprestasi. Aku berusaha belajar sekeras mungkin untuk mendapatkan beasiswa. Aku tidak mungkin sekolah tanpa bantuan beasiswa karna ayah tidak mau membiayai sekolahku. Ayah hanya datang saat dia membutuhkan uang. Dia selalu menyiksa kami saat kami tidak memberinya uang. Tidak terhitung lebam yang ada ditubuhku. Aku selalu di ejek di sekolah karna bekas lukaku. Awalnya aku sedih karna tidak memiliki teman, namun seiring waktu aku mulai tidak peduli dengan hal itu. Aku terlalu sibuk mengejar prestasiku. Sebenarnya aku baru saja menerima pengumuman kelulusanku. Aku mendapat beasiswa di salah satu universitas terkenal. Aku ingin meraih prestasi setinggi - tingginya agar aku bisa mendapat kerja yang bagus. Aku ingin membawa ibu pergi dari neraka ini.
"Mama aku pulang," ucapku bersemangat.
Ibu muncul dari dapur. Aku menatap sedih melihat darah dibibirnya. Dia nampak panik melihatku. Aku yakin dia dipukuli lagi.
"Pergi!" Ucapnya dengan panik.
"Ayo ma, mama juga harus ikut!" Ucapku sambil menariknya.
"Tidak kau yang harus pergi. Cepat sayang pergi cari tempat aman," ucapnya melepaskan tanganku dari lengannya dengan panik.
"Aku tidak akan meninggalkanmu," ucapku sambil terisak.
"Aaah anak sialan ini sudah pulang," ucap seseorang dengan sinis.
Ibu langsung menyembunyikanku di belakang tubuhnya. Ayah menarik ibu sampai terbanting ke lantai. Aku panik melihat ibu dan segera berlari ke arah ibu. Ayah menangkapku dan memukuliku. Ibu berusaha menghalangi ayah, namun dia harus menerima tendangan ayahku. Dengan sekuat tenaga aku memeluk ibu dan berusaha melindungi ibu. Aku meringis kesakitan saat hantaman berkali - kali datang. Aku lemas dan tidak berdaya saat ayah menarik rambutku dengan kasar. Dia membenturkan kepalaku ke tembok berkali- kali. Darah sudah merembes dari pelipisku. Aku melihat ibu menikam ayah dengan pisau. Aku merasakan tangan ayah lepas dari rambutku. Perlahan ibu menghampiriku dan memelukku.
“Jangan tinggalkan mama nak. Bertahanlah aku akan membawamu ke dokter," ucapnya panik.
Namun saat kami mau bangkit ibu ditarik oleh ayah dan di lempar menjauh dariku. Aku yang sudah lemas tidak berdaya hanya bisa menangis menatap ibu yang dipukuli. Aku menutup mataku ketakutan karna suara hantaman yang menakutkan. Aku mencoba memberanikan diri dan membuka mata. Aku melihat ibu menatapku dengan sedih. Aku ingin berlari kearahnya, namun tubuhku sudah tidak bertenaga. Aku memejamkan mata ketakutan. Aku berharap ini hanya mimpi. Aku semakin terpuruk saat mendengar suara barang - barang yang berjatuhan. Aku membuka mataku dan masih menatap ibuku. Ayah menancapkan pisau di tubuh ibuku berkali - kali. Aku tersadar saat melihat matanya yang nampak kehilangan cahayanya. Tidak, Aku tidak ingin kehilangannya. Aku merasa sebuah tarikkan kasar dari ayahku. Tatapanku tidak lepas dari ibuku yang nampak berlumuran darah dengan luka diperutnya yang menganga. Aku menangis karna aku kehilangan orang yang aku cintai. Aku berusaha berontak untuk melepaskan cengkraman ayah dari tanganku, namun yang aku dapat hanya pukulan darinya.
*/*