HURT ME

Anastasya putri
Chapter #11

HURT ME 11

Alex datang dan aku menyambutnya seperti tidak pernah ada sesuatu yang terjadi. Aku berusaha bersikap normal seperti biasanya. Alex menatapku dengan sedih saat aku sama sekali tidak membahas apapun masalah kami.

“Apa kamu sudah makan malam? Aku sudah menyiapkan makan malam, tapi kalau kamu sudah makan, aku akan menyiapkan air hangat untuk kamu mandi. Biar aku yang membawa tasmu,” ucapku lembut.

Aku berusaha sekuat tenaga menahan air mataku yang mau merebak keluar. Aku menunduk menatap lantai untuk menghindari tatapan Alex. Aku tersenyum dan berjalan duluan ke arah kamar kami. Alex menarikku dan memelukku dari belakang. Aku bisa merasakan tubuhnya bergetar.

“Jangan menyiksa dirimu sendiri seperti ini. Aku mohon pukul aku atau apapun. Aku yang salah, jangan menghukum dirimu seperti ini. Aku mohon,” ucap Alex yang membuaku hampir kehilangan kontrol.

Aku mengusap lembut tangannya dan melepaskan tangannya dengan lembut. Aku tidak bisa menatapnya saat ini. Aku tidak mampu berbalik dan memperlihatkan seberapa hancurnya aku kepadanya.

“Aku.. akan menaruh tasmu di kamar,” ucapku lirih.

Aku berjalan menjauh tanpa menoleh sedikitpun untuk menyembunyikan air mataku. Aku berusaha sekuat tenaga menahan isak tangisku dengan menggigit bibirku dengan keras. Tidak memperdulikan seberapa luka yang aku terima asal Alex tidak mengetahuinya. Aku hanya ingin dia melihatku sebagai istri yang kuat karna hanya itu yang bisa membuatnya tidak cemas.

*/*

Setiap hari seperti neraka bagiku. Aku harus berusaha keras untuk tetap tegar dan menerima kalau suamiku harus lebih memperhatikan wanita lain yang sekarang menjadi pemilik separuh hatinya. Aku berusaha tetap menyambutnya saat dia kembali. Aku juga berusaha meyakinkannya kalau aku baik – baik saja. Aku tahu dia mengetahui kalau aku sangat terluka, namun setidaknya aku tidak ingin membuatnya melepas tanggung jawab atas anak yang di kandung Renata. Aku tidak mungkin mampu menjadi wanita yang sejahat itu. Biar aku yang terluka, karna pada hakikatnya cinta memang butuh pengorbanan. Bagiku kebahagiaannya adalah hal penting yang sudah menjadi tujuan hidupku.

“Kate..”

Aku menoleh dan tersenyum melihat suamiku yang baru saja pulang. Dia berjalan mendekatiku dan memelukku dengan erat. Rasa sakit yang semakin membuatku mati rasa menghujaniku. Aku meringis kecil saat tidak mampu menahan sesak didadaku. Aku memeluknya dengan erat menyalurkan sisa - sisa rasa cintaku yang masih ada untuknya. Aku ingin membuatnya merasa nyaman berada disisiku. Hanya ini yang bisa aku lakukan.

“Maafkan aku,” ucapnya lirih.

“Kau tidak pernah melakukan kesalahan. Jangan menyesal dan tetaplah yakin kalau aku akan selalu mencintaimu dan mendukungmu,” ucapku lembut.

*/* 

Lihat selengkapnya