Sudah 3 bulan aku merasakan siksaan batin. Renata semakin posesif terhadap Alex. Dia tidak membiarkanku mendekati Alex. Aneh memang, namun inilah yang harus aku terima. Aku merasa tidak sanggup lagi bertahan menghadapi ini semua. Aku merasa bimbang karna aku tidak akan mampu hidup tanpa Alex. Aku menghembuskan nafas lelah saat memasuki kamarku. Aku terkejut saat melihat Alex yang berada dikamarku. Aku buru – buru menutup pintu kamarku. Aku tidak ingin Renata tahu dan marah.
“Alex mengapa kau di sini? Kalau Rena melihatmu di sini, dia akan marah. Aku tidak mau ada keributan,” ucapku panik.
“Apa salah kalau aku merindukanmu? Kau juga istriku dan kau berhak atas diriku. Renata harus belajar mengontrol sikapnya kepadamu. Dia sudah keterlaluan kepadamu. Jangan mengalah bila kau merasa dirimu memiliki hak untuk menegur sikap Rena. Aku yang akan membelamu..”
“Alex kita harus menjaga perasaan Rena karna dia yang sedang mengandung anakmu. Dia tidak boleh stres,” ucapku lirih.
“Bagaimana perasaanmu? Kau terus mengorbankan perasaanmu. Kau terus menyakiti dirimu. Aku mohon jangan seperti ini,” ucap Alex lembut.
Aku terdiam saat mendengar kata - katanya. Alex membelai lembut pipiku dan membuatku memejamkan mata merasakan hal yang sudah lama tidak aku rasakan. Aku benar – benar merindukannya. Alex mulai mendekat dan menciumku. Aku tidak bisa mengontrol diriku untuk menahan Alex. Entah sejak kapan aku sudah terbaring di tempat tidurku dalam keadaan tanpa busana bersama Alex. Aku seperti kehilangan kesadaraan saat ini merasakan sentuhannya yang selalu aku rindukan.
*/*
Aku tersentak kaget saat mendengar pintu kamarku yang terbanting dengan keras. Aku berusaha menutup tubuhku yang polos dengan selimut tipis. Renata nampak marah saat melihatku dan Alex yang tidur dalam keadaan telanjang.
“Apa – apaan ini Renata!” Bentak Alex marah.
“Apa – apaan kau bilang! Kau yang apa – apaan tidur di sini bersama jalang ini! Kau wanita murahan yang tidak tahu diri! Seharusnya aku tidak membiarkanmu tetap tinggal di sini bersama aku dan suamiku!” Ucapnya sambil menyerangku.
Aku memekik kesakitan saat Renata menarik rambutku dengan kasar dan membantingku di lantai. Renata mencakar dan memukulku dengan brutal. Alex berusaha menahan Renata yang mengamuk. Renata memberontak dan mengambil vas kecil dikamarku. Dia melempar kearahku dan mengenai kepalaku hingga membuatku hampir kehilangan kesadaran. Darah mengalir deras dari pelipisku.
“RENATA!”