Aku menyuruh mereka menunggu di depan sementara aku menidurkan William dikamarnya. Aku membelai sayang rambutnya. Aku mengecup pipi tembamnya dengan lembut untuk menenangkannya yang sepertinya mulai terganggu. Dengan pelan aku berjalan ke arah mereka yang masih menungguku di luar. Sejujurnya aku merasa belum siap dengan keadaan ini, namun saat ini aku tidak ada pilihan lain selain menghadapi ini. Aku berharap mereka tidak akan lama.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku dingin.
Aku menatap benci wanita itu. Wanita yang membuatku hancur. Wanita jalang yang merebut suamiku dengan kehamilannya.
"Kate," panggil Damian.
"Apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah menyerahkan pria itu lalu kau mau apa!" ucapku marah.
"Bisakah kau bersikap lebih baik? Kami tamumu," ucap Renata tidak tahu malu.
Aku mengendus sinis saat mendengar kata – katanya. Apa dia berharap aku akan menyambutnya dengan senang? Dia pasti tidak waras mengharapkanku bersikap baik kepadanya.
"Kau tidak pantas menerima kebaikanku," ucapku sinis.
"Terserah kau saja sekarang aku mau membawa William darimu," ucap Renata.
Aku tertawa sinis ke arah Renata. Dia bilang apa? Mau mengambil anakku. Memang dia siapa sampai mau mengambil anakku. Apa dia benar – benar sudah gila.
"Apa kau bilang? Hey jalang enyah dari hadapanku sebelum aku membunuhmu," ucapku marah.
"Lakukan sesukamu, Kate kalau itu bisa membuatmu kembali kepada Alex. Kau ibu yang jahat memisahkan anakmu dari ayahnya," ucap Renata marah.