Aku mulai membantu Ryu mengucapkan kata – kata yang memiliki huruf R. William yang melihat Ryu nampak serius akhirnya juga tertarik untuk mengikuti Ryu, namun William putus asa dan menyerah. Aku sengaja tidak mau memaksakan William harus bisa karna aku ingin dia nanti pada saatnya bisa sendiri. Lagi pula William masih kecil dan Aku yakin nanti ada saatnya dia tidak cadel lagi. Aku lebih fokus membantu Ryu untuk terus mengucapkan kalimat yang di penuhi dengan kata – kata yang mengandung unsur huruf R. Ryu hampir menyerah, namun aku memberinya semangat agar dia bisa normal.
“Ayolah Ryu kau pasti bisa,” ucapku.
“Aku tidak bisa lagi.. sudahlah menyerah saja karna aku tidak akan bisa,” ucapnya yang membuatku terkejut.
“Kau bisa.. barusan kau mengatakan menyerah bukan menyelah,” ucapku senang.
Ryu nampak mengernyit bingung dan mencoba kembali mengucapkan kata – kata yang mengandung huruf R. Walau tidak sempurna, namun pengucapannya sudah benar. Aku tersenyum senang karna usahaku berhasil. William nampak senang mendengar Ryu bisa menyebut huruf R.
“Terima kasih,”ucap Ryu.
“Sama – sama,” ucapku.
*/*
Ryu datang dengan membawa beberapa bungkusan. Aku menyambut kedatangannya.
“Wah tumben pagi – pagi sudah ke sini? Kau tidak berangkat kerja?” Tanyaku.
“Aku akan berangkat, namun aku ingin sarapan dengan kalian. Mana jagoanku?” Tanyanya yang membuatku sempat terdiam mendengar panggilan Ryu untuk William.