“Apa?”
“Aku tahu semua masa lalumu,” ucapnya tenang.
Keringat dingin mendadak membanjiri tubuhku. Aku melepaskan diri dari tangan Ryu. Aku menggeleng tidak percaya mengetahui kalau Ryu mengetahui apa yang aku sembunyikan selama ini.
“Aku memang menyelidikimu,” ucapnya tenang.
“Apa maumu?” Tanyaku dingin.
“Aku hanya mau membantumu,” ucapnya meyakinkanku.
“Membantuku untuk apa? Aku tidak perlu bantuanmu sama sekali!” Ucapku tegas.
“Kate kau butuh.. aku mau membantumu menjadi ayah bagi William. Biarkan aku membahagiakan kalian berdua. Aku bisa melihat bagaimana kau menatap sedih ke arah William setiap kali kau melihatku dan William. Aku tahu kau takut aku hanya menyakitimu, namun yang harus kau tahu aku tidak sama dengan mantan suamimu. Aku benar – benar tulus jatuh cinta kepada kalian berdua. Tolong biarkan aku masuk kekehidupan kalian berdua. Aku hanya ingin membahagiakan kalian berdua,” ucapnya.
Aku menutup mata menahan rasa sakit didadaku. Rasanya aku belum siap dengan semua ini. Aku tidak siap menerima siapapun dalam kehidupanku. Ryu menangkup wajahku dan memaksaku untuk menatapnya.
“Tolong pergi dari sini! Jangan sentuh..”
“Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap berada di sini bersama kalian. Aku minta kamu percaya kepadaku kalau aku serius,” ucapnya tegas.
“Aku bukan wanita yang pantas..”
“Aku yang menentukan karna kau adalah pilihanku. Kau wanita yang pantas untukku. Kalian pantas untuk aku cintai,” ucapnya memotong kata – kataku.
“Cukup jangan..”
“Mom,” ucap William yang berada di ujung lorong.
Aku mendorong Ryu dan menghampiri William. Aku menggendong William sambil menatap Ryu yang mau mendekat. Dengan cepat aku menggelengkan kepala untuk memberinya kode agar tidak mendekat, namun Ryu malah mendekat menghampiri kami. Aku berjalan menjauh membawa William, namun di tahan oleh Ryu.