Aku membuka mata dengan berat dan memejamkannya seberapa kali saat merasa penglihatanku masih buram. Saat menoleh aku menemukan William yang masih tertidur disampingku. Perlahan aku melepaskan tanganku dari genggamannya dan membelai lembut rambutnya yang halus. Aku tersenyum melihat anakku yang masih peduli kepadaku, namun kilatan ingatan tentang anakku yang tidak menginginkanku lagi membuatku menghentikan kegiatanku. Aku melirik ke arah pintu yang baru saja di buka. Aku melihat Ryu yang baru saja masuk. Dia berlari menghambur kearahku.
“Sayang.. kau sudah sadar.. syukurlah.. kami sudah sangat lama menunggumu,” ucap Ryu lembut sambil beberapa kali mengecup wajahku.
"Mommy.."
Aku menoleh untuk menghindari kecupan Ryu. Aku memiringkan tubuhku untuk membelakangi mereka dengan pelan sekuat tenaga untuk mengacuhkan mereka. Aku menutup mataku sambil memeluk diriku sendiri. Saat ini aku perlu waktu untuk sendiri. Luka hatiku ini yang membuatku sulit untuk menerima mereka kembali. Walau aku ingin sekalipun rasanya aku masih sulit mengendalikan kekecewaanku.
"Mommy maafkan William," ucap William lirih sambil menangis.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri agar tidak menoleh kearahnya.
*/*
Aku hanya diam ditempatku sambil menatap jari – jariku yang saling bertautan. Aku tidak memperdulikan Ryu, William dan Alex yang berusaha berinteraksi denganku. Sejak sadar aku sama sekali tidak bicara kepada siapapun. Aku hanya diam menatap jariku. Entah mengapa bibirku terasa kelu untuk bicara sepatah kata saja dengan mereka.
“Mommy,” ucap William yang berusaha meraih tanganku.
Aku menarik tanganku sebelum William bisa menyentuh tanganku. Aku bisa melihat raut wajah sedih anakku yang membuat hatiku sakit. Aku hanya bisa diam menunduk.
“Maafkan aku mommy,” ucap sedih William sambil menangis.
Alex yang berada di sana langsung menggendong William untuk menenangkannya. Aku berusaha menahan diriku untuk tidak merebut William darinya. Aku masih diam menatap kosong ke arah tanganku.