Aku mengemas bajuku yang ada di rumah sakit. Aku harus meninggalkan rumah sakit dan pergi dari hidup mereka. Aku tidak bisa membuat mereka sedih dengan keadaanku yang tidak bisa menerima maaf dari siapapun. Walau berat untukku meninggalkan mereka, namun aku benar - benar tidak siap dengan semua ini. Aku sadar kalau sikapku sangat egois karna tidak bisa memaafkan seseorang demi kepentingan orang yang aku cintai. Aku juga telah gagal membahagiakan William dan memberinya kasih sayang. Aku tersadar saat dia lebih memilih bersama Alex di banding denganku. Aku sadar betul kalau aku hanya akan menjadi penghalang bagi kebahagiaannya dengan keadaanku yang begini. Maka dari itu aku memilih untuk pergi membiarkan anakku mendapatkan cinta yang lebih besar dari sebelumnya saat bersamaku. Aku yakin Alex bisa mencintai William melebihi aku. Aku yakin dia bisa membahagiakan anak kami melebihi aku. Sejujurnya aku merasa belakangan semenjak kehadiran Renata dan Damian sebelum adanya Alex keadaanku tidak stabil. Aku takut malah semakin melukai William.
“Kate..”
Aku berhenti saat mendengar suara kak Lila. Kak Lila mendekatiku yang masih mengemas barangku.
“Apa yang kakak lakukan di sini?” Tanyaku.
“Kau mau kemana? Kau masih harus di rawat..”
“Aku sudah sembuh dan aku akan pergi. Aku muak berada di sekitar kalian,” ucapku tanpa memikirkan perasaan kak Lila.
“Hentikan bersandiwara,” ucap kak Lila menghentikan gerakkanku.
“Aku tidak bersandiwara!” Ucapku tegas.
“Kau fikir kakak tidak tahu kalau kau bersandiwara? Kau ingin meninggalkan anakmu dan orang yang kau cintai agar kau tidak menjadi beban kami? Aku mengenalmu lebih dari dirimu sendiri. Kate dengarkan aku.. ini salah.. bukan dengan jalan ini kau membuat William bahagia. Kau hanya akan menyakiti William dengan kepergianmu. Apapun keadaanmu lebih baik kau bersama kami keluargamu. Kakak tahu saat ini kamu merasa dirimu tidak siap hingga emosimu sering tidak stabil. Kakak tahu kamu berusaha keras mengontrol dirimu untuk tidak menyakiti William, tapi saat ini kamu membutuhkan kami. Hal ini wajar terjadi karna apa yang pernah kamu alami bukan hal biasa. Trauma ini akan lebih mudah di lewati saat kamu bersama keluargamu..”
“Dia yang tidak menginginkanku..”
“Dia menginginkan ibunya! Biar bagaimanapun dia pasti akan sangat menginginkan ibu kandungnya melebihi apapun!” Bentak kak Lila.
Aku terdiam mengusap wajahku dengan kasar. Aku menahan air mataku yang sudah menggenang di pelupuk mataku. Aku menghirup nafas sambil memukul dadaku kesal.
“Kate tolong jangan egois dan berfikir ini cara yang terbaik. William memerlukan sosok ibu. Jangan membuatnya sedih. Kau tahu selama kau koma dia yang selalu berada disampingmu untuk menemanimu. Dia selalu berdoa dan mengusap tanganmu agar kau merasa nyaman,” ucap kak Lila yang membuatku tidak bisa menahan air mataku.