HURT ME

Anastasya putri
Chapter #29

HURT ME 29

Aku mengurung diri di dalam kamar. Aku menatap kosong ke arah pecahan kaca dari foto – foto yang aku lempar. Aku masih diam dan membiarkan kamarku gelap tanpa penerangan. Rasanya aku sudah tidak memiliki hasrat sedikitpun untuk melakukan apapun setelah meluapkan kemarahan yang aku rasakan tadi. Aku memejamkan mata saat mengingat aku mengalami dua kali kejadian yang sama. Tawa keluar dari mulutku yang menertawakan nasibku yang benar - benar buruk. Aku menghapus air mataku dan berjalan menuju kamar mandi. Aku tidak memperdulikan kakiku yang terkena pecahan beling. Aku tidak memperdulikan rasa sakit dan darah yang berceceran dari kakiku. Dengan tatapan kosong, aku menatap cermin yang menampakan wajahku yang menyedihkan. Aku tertawa sinis melihat diriku yang nampak lemah dipantulan kaca. Aku menghapus air mataku dengan kasar dan mengambil gunting yang ada didekatku. Dengan asal aku memotong rambut panjang yang selalu aku banggakan. Aku ingin membuang segalanya tentang diriku. Aku mau membunuh diriku yang lemah ini. Aku ingin menjadi sosok yang baru. Aku ingin menjadi sosok yang lebih kuat.

*/*

Aku membuka pintu dan menerima pelukkan William yang sudah menangis sambil menubrukku. Aku mengangkat William dalam gendonganku dan membiarkannya memelukku erat.. Alex menatapku dengan cemas. Aku hanya diam menatap Alex dan kak Lila dengan dingin.

“Apa yang..”

“Kalian bisa pergi dari sini,” ucapku cepat memotong kata – kata Alex.

“Ya Tuhan Kate kau berdarah!!” Ucap kak Lila panik.

“Aku baik – baik saja,” ucapku sebelum membawa William pergi dari hadapan mereka.

Aku membawa William ke dalam kamar tamu tanpa melepaskan gendonganku. Aku menangkup wajah anakku yang sudah di penuhi air mata. Dengan lembut aku menghapus air matanya dan mengecup kedua matanya dan hidungnya. Aku terkekeh saat melihat wajah imutnya yang memerah. Belakangan dia sering sekali menangis karnaku. Ini takkan baik baginya. Aku berusaha menenangkannya yang masih sesegukan sambil menatapku.

“Mengapa kau menangis?” Tanyaku.

“Mommy.. dangan mengulung dili lagi,” ucapnya sedih.

(“Mommy.. jangan mengurung diri lagi..”)

“Apa anak mommy sudah makan?” Tanyaku lembut.

Dia menggeleng kepala dan aku hanya mendesah lemah melihatnya yang belum makan. Aku terkikik saat tiba – tiba perut William berbunyi.

“Baiklah jagoan kau mau makan apa?” Tanyaku sambil mencubit dengan gemas pipi tembamnya.

“Aku mau makan sama mommy,” ucapnya lembut.

Aku mengecup bibirnya yang imut dan langsung membawanya pergi ke dapur.

*/*

William nampak lahap memakan makanan yang aku sudah siapkan. Aku memintanya memakan makanan itu sampai habis, sementara aku menyibukkan diriku di dapur untuk memasak makanan lainnya untuk menyibukkan diriku. Aku tidak bisa berdiam diri tanpa melakukan apapun dan membuatku ingat dengan apa yang terakhir terjadi kepadaku.

“Kate..”

“Aku sudah bilang lebih baik kau pergi sekarang. Kalau bisa jangan kembali lagi. Aku muak melihatmu,” ucapku tajam.

“Aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku sudah cukup sekali menyakitimu dan aku tidak ingin melakukannya lagi. Aku tidak akan meninggalkan kalian lagi selamanya,” ucap Alex.

“AKU BILANG PERGI!” Ucapku marah melemparnya dengan gelas yang aku pegang.

Alex berhasil menangkis gelas itu dan membuat gelas itu membentur tembok. Alex mendekatiku dan memaksaku untuk menatapnya.

“Mengapa kau selalu memaksaku? Mengapa kalian semua egois!” Ucapku kesal.

“Aku egois? Ya.. aku egois karna aku tidak ingin kehilanganmu dan anak kita. Aku tahu mengapa kau seperti ini. Aku sudah membuat perhitungan kepada Ryu dan aku bersumpah tidak akan membiarkannya meminta maaf kepadamu. Aku tidak akan membiarkan dia mendekati istri dan anakku!” Ucapnya tegas.

Aku tertawa sinis mendengar kata – katanya.

“Apa kau bilang? Istri? Mimpi saja kau. Aku takkan pernah kembali kepadamu. Aku bersumpah tidak akan ada pernikahan di antara kita,” ucapku marah.

Lihat selengkapnya