POV KATE
Aku menatap kosong ke arah tembok dalam kegelapan. Banyak hal buruk yang aku fikirkan. Hal buruk yang selama ini aku rasakan. Aku mencoba mencari apa yang sebenarnya menjadi alasan hingga aku mengalami hal buruk itu. Aku mencoba mencari jawabannya tanpa menyalahkan orang lain. Aku mencoba mencari jawaban dari kekuranganku. Aku melihat sinar matahari mulai muncul dan memasuki kamarku melalui sela tirai yang renggang. Aku membenamkan wajahku di kedua lututku. Aku lelah dengan semua ini kalau aku boleh jujur. Aku ingin menghilang dalam sekejap saja. Rasanya aku benar – benar lelah dengan semua ini. Aku mendesah lelah dan mencoba memejamkan mataku untuk membuat rasa sakit dikepalaku sedikit hilang. Aku melirik ke arah fotoku dan William. Aku tersenyum saat melihat senyumannya yang begitu lebar. Dalam hati aku bertanya kepada diriku sendiri. Apa aku sanggup membuat William terus tersenyum bahagia? Apa aku sanggup menerima kembali Alex masuk ke kehidupan kami untuk kebahagiaan William? Sejujurnya aku tidak bisa menampik kehadirannya sepenuhnya dihatiku. Rasa itu masih ada untuknya, namun tak sebesar dulu semenjak Ryu datang. Aku mendesah lirih saat mengingat pria itu. Dia pria yang berhasil membuatku kembali terjerumus dalam jurang. Dia pria yang berhasil memasuki relung hatiku yang aku fikir sudah mati setelah Alex menyakitiku. Setetes air mata mengalir dipipiku saat mengingat kebahagiaan yang kami alami bersama. Entah apa salahku sampai mereka melakukan ini kepadaku. Aku sudah mencintai mereka sepenuh hatiku, namun mereka tetap tidak merasa cukup. Aku tertawa lirih saat mengingat kalau manusia memang selalu merasa kurang walau dia sudah memiliki segalanya.
*/*
Aku membuka mata dan melihat Alex yang sedang menaruh handuk dikeningku. Aku mengerutkan kening dan langsung bangun untuk menutupi tubuhku dengan selimut.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanyaku marah.
“Aku mencoba menolongmu yang pingsan. Aku mencoba membangunkanmu beberapa kali dengan mengetuk pintu kamarmu, tapi tidak ada jawaban darimu. Aku akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamarmu dengan kunci cadangan, namun tidak bisa dan akhirnya aku mendobrak pintumu. Aku menemukanmu dalam keadaan tidak sadarkan diri di lantai. Tubuhmu demam dan kata dokter kau terlalu lelah dan stress,” ucapnya mencoba menjelaskan apa yang terjadi.
Aku mendesah lemah saat mendengar penjelasan Alex. Perlahan aku mengusap keningku yang basah dengan lemas.
“Kemana William?” Tanyaku lirih.
“Dia sedang menghabisakan makan siangnya,” ucap Alex tenang.
Aku kembali diam menatap kosong ke arah tanganku. Alex menggenggam tanganku dengan lembut. Entah mengapa tiba – tiba air mataku menetes. Aku menghapus kasar air mataku, namun air mata itu tidak mau berhenti mengalir. Aku merasa sangat sedih hanya dengan merasakan kembali sentuhan Alex. Perlahan Alex menarikku dengan lembut ke dalam pelukkannya. Dengan ragu aku mengikuti maunya. Isak tangis mulai keluar dari bibirku. Aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa mengontrol diriku di depan orang yang aku benci. Alex membelai punggungku dengan lembut.
“Ini.. sakit,” ucapku sambil meremas kemejanya untuk melampiaskan apa yang aku rasakan.
Alex nampak tenang dan tetap berusaha membuatku lebih baik dalam pelukkannya.
*/*
Aku tersenyum melihat William yang nampak senang bisa memenangkan permainan melawan ayahnya. Alex nampak cemberut melihat William yang terus meledek Alex. Aku mengaduk – ngaduk makanan yang seharusnya aku makan.
“Mommy belum di makan duga?” Tanya William yang melirik mangkuk bubur yang aku pegang.
(“Mommy belum di makan juga?”)
Aku tersenyum sambil menggeleng kepala. Tiba – tiba mangkuk itu di ambil oleh Alex. Alex menyuapkan bubur itu untukku. Aku termenung sambil menatapnya bingung.
“Ayo makanlah,” ucapnya lembut.
“Apa yang kau lakukan?”
“Mommy ayo buka mulutnya,” ucap William polos.
Aku melirik William yang nampak menungguku membuka mulut. Aku mendesah lemah dan membuka mulutku. William nampak bersorak senang saat makanan yang di suapi Alex berhasil masuk kemulutku.
“Daddy telnyata mommy mau disuapin” ucapnya polos.
(“Daddy ternyata mommy mau disuapin..”)
“Tidak..”