Aku terbangun dan melihat Alex yang tertidur disampingku sambil memelukku. Aku menoleh dan menemukan William yang juga tertidur. Aku membalikkan tubuhku dan memeluk William. Alex nampak bergerak untuk memelukku dan William. Aku merasa kami seperti keluarga yang utuh. Andai aku dulu tidak keguguran dan Alex tidak mengkhianatiku, mungkin sekarang kami sudah memiliki dua anak. Hayalanku hancur saat kenyataan menamparku. Kenyataan yang mengatakan bahwa aku bukan istrinya lagi. Aku tidak berhak memimpikan apapun tentang masa depan kami. Perlahan aku melepaskan diri dari dekapan Alex. Ada rasa sakit yang aku rasakan saat aku melepasakan pelukkannya. Aku berusaha menghalau rasa sakit itu dan berusaha tegar. Inilah yang memang seharusnya aku lakukan. Aku tidak boleh lagi terhanyut karna ini semua hanya semu. Aku menoleh dan melihat Alex yang menatapku dengan tatapan terlukanya. Perlahan Alex mendekatiku dan memelukku dengan erat. Dia seakan tidak ingin melepaskanku selamanya.
“Aku hanya meminta satu kesempatan. Apa itu begitu sulit? Aku ingin berubah demi kalian. Aku ingin menjadi lebih baik untuk kalian,” ucap Alex sedih.
“Alex.. tahukah kau? Melihatmu saja sudah membuatku tersiksa karna aku mengingat kebodohanku yang membuat anak kita meninggal? Ini sebenarnya salahku yang bodoh mengikuti emosiku hingga aku memilih pergi tanpa mengindahkan permintaanmu. Aku adalah dalang dari semua rasa sakit yang aku rasakan dan sebenarnya aku juga merasa bersalah atas semua ini. Aku berfikir dengan membiarkanmu menikahi Renata mungkin akan membuatmu lebih bahagia karna dia bisa mengandung anakmu dan ternyata aku benar. Semarah apapun kau kepadanya.. kau bisa memaafkan Renata karna hatimu tak bisa berbohong kalau saat itu tempatku sudah tergantikan olehnya. Sebenarnya aku mencoba mempersiapkan diri untuk tetap kuat saat harus pergi dari kalian. Aku ingin kau bahagia tanpaku yang tidak bisa dibanggakan sebagai seorang istri. Aku tidak ingin menyusahkanmu yang harus menelan keburukan demi mempertahankanku. Saat inipun aku masih berharap kau memiliki wanita lain yang pantas bersanding denganmu. Bukan denganku yang hanya seorang pelacur,” ucapku lirih.
Alex terpaku menatap mataku. Aku melihat air matanya yang menetes semakin deras. Aku mengerutkan kening saat rasa sesak itu kembali menghujamku.
“Aku hanya ingin kau yang menjadi pendampingku. Aku tidak mau yang lain dan aku hanya akan melihatmu mulai sekarang. Aku sudah pernah bilang aku tidak peduli dengan masa lalumu karna bagiku kau adalah segalanya..”
“Tidak.. aku bukan lagi segalanya semenjak wanita itu datang dan memasuki hatimu. Aku bukan lagi pemilik hatimu sepenuhnya dan di saat itu aku yakin kau tersadar kalau memang kau tidak sanggup menerima masa laluku yang kelam. Aku cukup bahagia bisa merasakan hidup bahagia walau hanya sebentar yang kau berikan. Itu sudah sangat cukup bagiku. Aku tidak berharap lebih banyak lagi karna aku hanya diperbolehkan untuk berharap saat ini aku bisa membahagiakan William. Dia saat ini adalah tujuanku tetap hidup. Mungkin nanti saat dia tidak lagi membutuhkanku, aku bisa pergi dengan tenang. Aku harap pada saat itu tiba, kau bisa menggantikanku. Aku sudah cukup bahagia saat melihat anak kita bahagia. Itu sudah lebih dari cukup buatku,” ucapku tenang.
“Apa yang terjadi? Mengapa kau mengatakan hal itu seakan kau akan pergi?” Tanya Alex sambil mencengkram tanganku.
Aku menunduk sambil tersenyum lirih.
“Aku baik – baik saja. Hanya saja aku merasa takut kalau aku tiada..”
“Kau tidak akan kemanapun. Kau tidak akan pernah bisa meninggalkan kami. Aku yang akan memastikan hal itu. Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan kami. Aku bersumpah kau tidak akan meninggalkan kami jadi jangan berfikir seperti itu lagi!” Ucapnya memotong kata – kataku.
Alex memelukku dengan erat. Aku hanya diam menatap kosong ke arah dinding.
*/*
Alex mendatangkan seorang dokter untuk mengecek keadaanku. Alex nampak lebih posesif semenjak aku mengatakan ketakutanku kemarin. Aku tahu dia takut dan cemas bila terjadi hal buruk kepadaku.
“Keadaan nyonya Vincent baik - baik saja tuan. Hanya saja dia terlalu lelah karna jarang tidur beberapa hari ini. Tolong perhatikan pola tidur nyonya..”
“Kate saja dok.. aku bukan nyonya Vincent,” ucapku memotong kata – kata dokter itu.
“Maaf dok istriku sedang ngambek jadi mohon di maklumi,” ucap Alex.
Dokter itu nampak tersenyum dan aku hanya bisa melotot tidak suka menatap Alex yang mengedipkan mata kearahku.
“Baiklah saya akan meninggalkan vitamin ini untuk di konsumsi nyonya Vincent. Mohon di minum secara rutin. Saya permisi dulu,” ucap dokter itu.
Aku hanya mendesah lemah melihat dokter itu tetap memanggilku dengan sebutan nyonya Vincent. Alex menugaskan William menjagaku dan dia mengantar dokter itu keluar. Aku memeluk anakku dengan erat sambil menciumi wajahnya hingga dia mengeluh karna perbuatanku. Aku terkikik karna melihatnya marah akibat perbuatanku.
“Mommy jangan ganggu William. Ayo sekarang minum susu ini dulu lalu tidur,” ucap Alex yang datang dengan segelas susu. Aku mengerutkan kening melihatnya cepat sekali membuatkan susu.
“Aku memanggil dua maid yang ada di rumah kita untuk melayani kita di sini. Tadi mereka aku suruh buatkan susu ini untukmu,” ucap Alex yang seperti mengerti dengan tatapan bertanyaku.
William melirik ke arah susuku. Aku tahu dia ingin susu yang aku pegang. Aku menyodorkannya kepada William, namun William menggeleng kepala untuk menolakku.
“Aku akan meminta dibuatkan saja,” ucapnya buru – buru pergi.
Aku menatap William yang nampak tergesah – gesah keluar dari kamarku. Alex duduk disebelahku sambil mendorong pelan gelas yang aku pegang.
“Cepat minum sebelum dingin,” ucapnya lembut.
Aku mengangguk dan langsung meminum susu itu. Alex terus mengamatiku hingga aku menghabiskan susu itu. Aku memberinya gelas kosong.
“Kau harus tidur sekarang. Aku akan di sini sampai kau tidur,” ucap Alex.
“Keluarlah..”
“Aku tidak mau kau malah tidak tidur kalau aku tidak mengawasimu,” ucap Alex keras kepala.
Aku mengendus dan memilih menenggelamkan diriku di dalam selimut yang nampak lebih nyaman dari biasanya. Entah mengapa mataku sangat berat saat Alex mengecup keningku dengan lembut.
“Selamat tidur,” ucapnya lembut.
*/*