Aku keluar dari mobil tanpa memperdulikan hujan yang mulai membasahi tubuhku. Aku tidak peduli dengan baju dan make up yang rusak karna terkena hujan. Aku menghampiri orang yang sedang di bawa ke pinggir jalan. Aku menerobos kerumunan orang yang mengerumuni orang selama ini memiliki hatiku.
“Panggil ambulans,” ucapku kepada siapapun di sini.
“Sudah di panggil nona.. apa anda mengenalnya?” Tanya seseorang kepadaku.
Aku meraih dia ke dalam pelukkanku. Rasa takut mulai melingkupiku.
“Ryu bangun.. aku mohon bangun,” ucapku panik.
Aku terus menepuk pipinya untuk membangunkannya. Aku melihat darah yang mengalir dari pelipisnya. Aku juga menemukan beberapa luka di beberapa bagian tubuhnya. Ambulans datang dan segera mengangkat Ryu. Aku mengikuti para perawat. Aku tidak memperdulikan mobilku lagi. Aku menggenggam tangan Ryu dengan erat untuk memberitahunya kalau aku ada di sini bersamanya. Aku tidak siap kehilangannya. Aku tidak bisa kehilangannya.
*/*
Suster melarangku untuk ikut masuk ke ruang UGD. Aku menatap Ryu dengan sedih sampai pintu tertutup. Tubuhku bergetar ketakutan saat melihat darah yang mengotori bajuku. Aku luruh di lantai sambil menangis.
“Aku mohon bertahanlah. Jangan pergi.. aku mohon Ryu,” ucapku lirih.
Aku memeluk lututku untuk menyembunyikan wajahku. Aku menangis tanpa memperdulikan tatapan orang lain. Aku terus berdoa agar Ryu baik – baik saja. Aku tersentak saat mendengar suara dering ponselku. Aku menatap ponselku dan menemukan nama Alex di sana. Aku menatap sedih ke arah ponselku. Aku tidak mungkin meninggalkan Ryu sendiri di sini.
“Ha..lo,” ucapku di sela isak tangisku.
“Kate.. ada apa? Mengapa menangis? Kau di mana?” Tanyanya khawatir.
Aku hanya bisa menangis mendengarnya khawatir kepadaku. Aku berusaha menutup mulutku untuk menahan isak tangisku, namun terlalu sulit.
“Kau di mana sayang?” Tanya Alex lembut.
Aku semakin merasa sakit saat mendengarnya memanggilku dengan sebutan sayang. Aku berusaha mengontrol diriku untuk menahan isak tangisku.
“Aku di rumah sakit. Maaf aku tidak bisa datang ke sana. Maafkan aku,” ucapku lirih.
“Rumah sakit mana? Aku mohon katakan kepadaku,” ucapnya memohon.
Aku menarik nafas dan mengatakan kepada Alex di mana aku berada. Alex berjanji akan sampai dengan cepat.