“Alex, kau mau makan makanan diluar? Seperti restoran dan yang lainnya?”
“Aku terserah padamu. Memangnya kau akan keluar untuk membelinya?”
Daisy menggeleng. “Tidak, tidak mungkin aku meninggalkanmu sendirian di rumah. Aku akan beli lewat online shop nanti.”
Alex mengangguk mengerti. Setelah selesai menysir rambut Alex, Daisy membawanya menuju ke ruang tamu karena setiap malam, Alex lebih suka menghabiskan waktu di ruang tamu sampai waktu tidur tiba. Setelah mendudukkan Alex di sofa, dia segera meraih ponselnya dan mulai mencari makanan, setelah berdiskusi sebentar, mereka memutuskan membeli ayam.
Daisy duduk disamping Alex dan mengobrol, sesekali mereka tertawa bersama.
“Daisy..”
“Ya?”
“Aku penasaran dengan wajahmu, aku tidak bisa meihat, hanya bisa mengenal suaramu saja.” Daisy terdiam beberapa saat, rasa bersalah itu kembali dia rasakan. Alex tersenyum miris, menghembuskan napasnya. “Aku juga sangat penasaran dengan keluargaku siapa, aku lupa dengan mereka semua, pasti mereka sedang mencariku dan mengkhawatirkanku.”
“Tenang, aku masih mencari tahu, akhirnya juga akan ada hasilnya. Percayalah, suatu saat kau akan berkumpul bersama keluargamu.”
Alex mengembangkan senyum dan mengangguk. “Iya, bersamamu juga.”
Daisy terkekeh mendengarnya, dia mengira kalau Alex tengah bercanda. “Astaga.. Aku tidak mungkin ikut denganmu. Setelah bertemu dengan keluargamu, aku akan menceraikanmu. Ah.. Bukan, tepatnya kau akan tinggal dengan keluargamu, aku tetap disini. Setelah mendapatkan matamu, aku dan kau baru akan bercerai.”
Itu memang rencana Daisy semenjak menikahi Alex, dia sudah merencanakan semuanya dengan baik. Dia yakin, ketika keluarga Alex mengetahui semuanya, termasuk dia yang sudah membuat Alex buta dan amnesia. Dia yakin, keluarga Alex akan sangat membencinya dan tidak mengizinkan Alex untuk bertemu dengannya lagi. Tapi dia akan tetap bertanggung jawab dan mendapatkan mata Alex.
Daisy memandang Alex dan keningnya berkerut karena melihat wajah Alex yang berbeda dibanding biasanya. Terlihat sepert lesu dan sendu. “Alex, kau baik-baik saja?”
Alex seketika tersadar, dia mengembangkan senyumnya dan menggeleng. “Ya, aku baik-baik saja.”
Daisy menundukkan kepala, tampaknya dia tanpa sengaja merusak suasana. Tapi memang Alex harus mengetahuinya, setidaknya Alex bisa menyiapkan diri nantinya dan tidak terkejut ketika semuanya terjadi.
“Alex, kau ingin tahu bagaimana wajahku kan?” tanya Daisy untuk mencairkan suasana.
Alex mengangguk. “Sangat.”
Daisy tersenyum. “Aku akan memberitahu ciri-cirinya, kau bisa membayangkannya?”
“Ya.”
“Baiklah.”
Daisy mengambil cermi, mengarahkannya ke wajahnya sendiri untuk melihat bagaimana wajahnya. Dia tersenyum melihatnya. “Aku cukup putih, mataku tidak terlalu sipit, hidungku sering dibilang mancung, aku yang pasti langsing.”
Alex tak bisa menahan tawanya mendengar kata terakhir Daisy. Daisy memandang kesal ke arahnya. “Kenapa kau malah tertawa? Ada yang lucu? Aku memang langsing, putih---“
“Ya. Kau pasti langsing, putih, matamu tidak terlalu sipit, hidungmu mancung. Aku percaya, maaf aku tidak bisa mengontrol tawaku tadi,” ucap Alex tanpa jeda agar tidak ada kesempatan Daisy untuk menyela.
Daisy tersenyum puas. “Ya, itu memang benar. Bayangkan saja seperti yang kau inginkan.”
“Ya---“