Destiny

Janis Etania
Chapter #8

Destiny Part 7

Sophia menyandarkan tubuhnya di kursinya,, dia memijat kepalanya yang terasa pening. Hari ini, dia belum mendapatkan kabar baik apapun mengenai keberadaan Alex, yang ada selalu saja, mengenai Alex yang diduga sudah meninggal dan pasti tidak ada lagi atau Alex tidak berhasil mereka temukan, tidak ada bukti, hanya itu saja, tidak ada kabar baik.

Sophia muak.

Dia mau mendengar mereka sudah mengetahui keberadaan Kakaknya, tanda-tanda, setidaknya sedikit harapan mengenai Kakaknya. Namun dia tidak mendapatkannya, masalah pekerjaan di restoran ayamnya ini juga menambah stress Sophia.

Tapi Sophia beruntung karena masih ada Justin, kekasihnya yang selalu menemaninya, menghiburnya dan juga Daisy.

Sophia tersenyum tipis. Dia memang belum lama bertemu dengan Daisy, sekitar 1 bulan mereka berteman. Namun Sophia cukup nyaman berteman dengannya. Daisy bukan tipe orang yang bocor, berisik, suka bergosip. Dia tenang, dapat berpikir dengan kepala dingin, dan baik hati.

Jarang dia menemukan orang seperti Daisy.

Dia tidak menyangka, awal pertemanan dengan Daisy karena insiden kemarin itu. Sophia menjadi malu sendiri ketika mengingatnya.

"Sophia.."

Lamunan Sophia buyar ketika Justin memanggilnya. Dia tersenyum ketika Justin membawakan yogurt kesukaannya. Sophia bersyukur dia menyukai yogurt bukan alkohol sebagai pelampiasan ketika dia sedang stress.

"Terima kasih."

Justin mengangguk, dia membelai lembut rambut Sophia yang sekarang menikmati yogurtnya. "Sophia.. Kau semakin kurus, karena kau tidak memperhatikan makanmu sejak Alex menghilang." Ucapan Justin berhasil membuat Sophia menghentikan aktivitas meminumnya. "Kau jangan sampai melupakan makanmu. Percayalah, Alex akan baik-baik saja, kita akan segera menemukannya."

Sophia sedikit menundukkan kepala, meletakkan yogurtnya. "Semoga saja, mereka semua bilang Kak Alex sudah meninggal. Aku benar-benar merindukan Kak Alex."

"Kita semua merindukannya, tapi kau jangan sampai sakit. Kau lihat, kau sedih, mencari Alex, lalu kau harus mengurus restoran ayammu ini. Tentu saja semua pasti sangat melelahkan. Kalau sampai kau melupakan makanmu dan kau sakit? Bagaimana? Aku sudah sering bilang, kau energiku. Energiku tidak boleh sakit."

Sophia tertawa kecil mendengar ucapan Justin. Memang Justin sangat pandai untuk mencairkan suasana dan membuat dia setidaknya lebih lega. "Ya, aku tahu. Aku tidak akan sakit."

"Janji?" Justin mengulurkan jari kelingkingnya dan satu alisnya terangkat.

Sophia tertawa kecil dan mengangguk. "Ya, janji," ucapnya sambil menyambut jari kelingking Justin.

Justin tersenyum, kemudian mengecup kening Sophia. "Kau jangan terlalu sedih, aku berjanji akan memberikan Kak Alex kepadamu."

Sophia tersenyum dan mengangguk. Dia memeluk Justin yang ada disampingnya. "Iya, aku percaya kepadamu. Aku mencintaimu, Justin. Kau benar-benar hidupku, aku tidak tahu bagaimana hidupku kehilangan Kak Alex dan kau tidak ada disini, menyemangati dan membantuku," ucapnya sambil menenggelamkan wajah di dada Justin.

Justin membalas pelukan Sophia dan sesekali mengecup puncak kepalanya. "Aku akan selalu bersamamu. Jadi kau tidak perlu takut."

Sophia mengangguk, dia sudah percaya sepenuhnya kepada Justin, jadi dia tidak mungkin ragu kepada Justin. Saat keduanya sedang asyik berpelukan, keduanya dikejutkan dengan orang yang tiba-tiba mengetuk pintu ruangan Sophia. Keduanya langsung melepas pelukan mereka, Justin buru-buru memberikan jarak dan Sophia merapikan rambut.

Dia berdehem sebentar. "Ma-MAsuk!" ucapnya ditengah kegugupannya.

Tak lama pintu terbuka, ternyata salah satu pekerjannya yang datang. DIa tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan tubuh saat berada di hadapan Sophia. "Selamat pagi Nona," ucap pekerja itu dengan ramah.

"Iya. Untuk apa kau kemari Satria?" tanya Sophia heran, keningnya berkerut melihat kardus yang dibawa oleh pekerja itu. "Dan apa itu?" Sophia menunjuk kardus itu.

Lihat selengkapnya