Destiny

Janis Etania
Chapter #9

Destiny Part 8

Pagi telah tiba.

Alex yang awalnya sedang tidur nyenyak, terpaksa harus membuka matanya karena jam alarm mengusik. Alex memang suka bangun pagi, dia tidak mau bangun siang, dia ingin selalu bangun jam 7 atau dibawah jam 7 pagi. Alex mencoba meraih alarm disampingnya, kemudian mematikannya, lalu mengambil air putih tepat disampingnya dan meneguknya hingga habis.

Alex menguap sambil mengucek matanya. “Daisy!” panggil Alex, namun tidak direspon. “Daisy?!” panggil Alex lagi, tapi tetap tidak direspon. Kening Alex mergenyit, tidak biasanya Daisy tidak meresponnya. “Dai---“

“Iya!” sela seseorang. Tapi Alex tahu jelas dia bukan Daisy, tapi Aliando.

“Al, ini kau kan?”

“Iya, ini aku.” Aliando berdiri di hadapan Alex, pagi-pagi seperti ini wajahnya sudah berkeringat. “Kau mau mandi ya Kak Alex?”

“I-Iya. Tapi kemana Daisy? Biasanya dia yang akan datang dan membawaku. Apa dia sedang membuat sarapan?” tanya Alex heran. Hanya dugaan itu yang masuk kedalam otaknya. Memang setiap pagi, Daisy akan membuat sarapan untuknya dan Aliando.

Tapi Aliando menggeleng cepat. “Bukan karena itu," jawab Aliando membuat Alex terkejut. "Kak Daisy sakit.”

Mata Alex membulat seketika, dia terkejut bukan main. "Daisy sakit?!"

Aliando mengangguk, walau Alex tidak bisa melihatnya. “Tadi dia sedang membuat sarapan, dia menyiapkan sandwich untukku dan Kak Alex, namun saat dia meletakkan sandwich buatannya di meja, dia mengeluh pusing, kemudian tak lama, dia tiba-tiba pingsan,” jelas Aliando. “Aku tadi memegang dahinya dan ternyata dia demam.”

“Apa?” Alex terkejut, selama dia mengenal Daisy, dia tidak pernah mendengar Daisy sakit karena Daisy memang menjaga pola makannya dan Alex. Mendengar Daisy sakit, Alex benar-benar cemas. “Dia sekarang dimana? Dan tadi bagaimana kau membawanya ke kamar atau kemanapun?” tanya Alex cepat.

“Syukurlah tadi Kak Lidya datang lebih cepat, katanya memang rencana Kak Daisy mau bekerja lebih cepat. Lalu Kak Lidya dan aku membawa Kak Daisy ke kamarnya, Kak Lidya sedang menjaganya, dokter sedang menuju kemari.”

Alex lega mendengar penjelasan Aliando. Dia tadi sudah berpikir bagaimana Aliando membawa Daisy ke kamarnya yang ada di lantai 2. “Aku mau menemuinya. Bawa aku kesana, Al.”

“Tidak Kak Alex, tadi saat Kak Daisy sadar dia bilang kau harus mandi dulu, jangan mandi terlalu siang. Lalu dia memintamu untuk sarapan, karena itu aku langsung datang kemari untuk membawa Kak Alex ke kamar mandi. Kak Daisy bilang, dia sudah menyiapkan baju Kak Alex di tempat gantung biasa.”

Saat Daisy tadi sadar dai pingsannya, dia mendengar panggilan Alex yang cukup keras, dia langsung berpesan kepada Aliando, persis sama seperti yang Aliando katakan. Kalau bisa, dia ingin menghampiri Alex, tapi kepalanya yang pusing dan tubuh tidak bertenaga membuat Aliando menawarkan diri untuk membantu.

“Bawa aku bertemu dengan Daisy dulu,” kekeh Alex. Setidaknya dia ingin menemui Daisy sebentar, walau dia tidak bisa melihat.

Sedangkan Aliando, dia bingung sendiri. Bingung ingin menuruti permintaan Alex atau tidak. Namun akhrnya dia menggeleng, menolak permintaan Alex. “Tidak Kak, aku harus mengikuti permintaan Kak Daisy, maaf.”

Lihat selengkapnya