Destiny

Janis Etania
Chapter #18

Destiny Part 17

Daisy gelisah.

Bagaimana tidak? Masalahnya sudah lama semenjak Aliando meminta pergi ke balkon dan dia belum juga kembali. Daisy menjadi cemas, bukan hanya Daisy, tapi juga Alex. Alex menoleh ke arah Daisy. “Daisy, kau yakin Aliando pergi ke balkon bukan kemanapun?” tanya Alex heran. Tentu saja dia yakin jika Aliando tidak hanya ke balkon.

Daisy menatap Alex. “Dia izin kepadaku seperti it. Tapi aku tidak tahu, dia berbohong atau—“

“Kak.”

Daisy berhenti bicara dan menoleh ketika perkataannnya disela dan dia lega menemukan Aliando sudah datang. Dia lekas menghampiri dan melayangkan jitakannya pada kepala Aliando membuatnya mengaduh kesakitan. Alex yang melihatnya, tertawa kecil.

“Kak, kenapa dipukul?” Aliando melayangkan protesnya sambil memegang kepalanya yang terkena jitakan Daisy.

“Tentu saja karena kenakalanmu! Aku dan Alex sudah khawatir sejak tadi, kau kemana memang? Kau pasti bukan hanya ke balkon! Main kemana kau, hah?!”

Baiklah. Sekarang Aliando tidak bisa galak lagi, melhat Daisy jauh lebih galak dibanding dirinya. Tapi Aliando tidak marah, karena dia tahu jika Daisy marah seperti ini karena mengkhawatirkan dirinya. Aliando menurunkan tangannya yang tadi memegang kepalanya sendiri, kemudian berusaha memberikan senyumnya.

“Daisy, sebaiknya kau jangan memarahi ata memukulnya, terlebih di kepala. Di kepala itu akan ada banyak efek negatifnya.”

“Iya, maafkan aku Kak. Tadi sebenarnya aku berjalan sebentar, sebelum aku ke balkon. Tapi percayalah jika itu bukan alasan aku sangat lama disana.”

Kening Daisy berkerut. “Lalu?”

“Tadi aku melihat seorang gadis hendak bunuh diri di balkon, jadi aku berusaha menyelamatkannya.”

“Apa?!” Keduanya tampak terkejut.

Namun selang 2 detk, Daisy geleng-geleng kepala. “Kau itu gila ya? Kebohonganmu sudah tidak masuk akal Al! Jangan sampai aku—“

“Ish, aku serius! Kak Daisy harus percaya kepadaku. Dengar dulu ceritaku sampai habis,” ucap Aliando lebih menuju ke memohon.

Daisy mengeryitkan kening, dia perlahan memandang ke arah Alex, seakan meminta jawabannya. Alex yang mengerti, mengangguk. Daisy akhirnya ikut mengangguk, kemudian setuju untuk mendengarnya. Aliando langsung menjelaskan semuanya, tanpa tertinggal sedikitpun. Dia bisa melihat ketegangan dan keterkejutan Alex dan Daisy.

Flashback..

Setelah menangis cukup lama, gadis itu perlahan menghela napas dan menghapus air matanya. Dia menatap Aliando yang masih setia menemaninya disana. Dia perlahan mengembangkan senyumnya, dia sebenarnya tidak menyangka jika Aliando rela menemaninya selama dia menangis dan berusaha menenangkannya.

“Kau sudah tenang?” tanya Aliando memastikan. Gadis itu mengangguk membuat Aliando menghela napas lega. Namun dia terkejut sekaligus heran ketika gadis itu mengulurkan tangannya. “Ini apa?”

“Berkenalan denganmu. Apa tidak bisa?” tanyanya dengan senyuman manis.

Aliando seketika mengerti, walau masih bingung. Padahal tadi dia masih menangis, tapi dia berkenalan seakan tidak terjadi apapun. Tangannya perlahan menyambut tangan gadis itu.

“Perkenalkan, namaku adalah Keira.” Gadis itu memperkenalkan namanya.

“Aliando.”

Setelah berkenalan, mereka sama-sama melepaskan tangan mereka. Keira menatap Aliando lekat. “Terima kasih karena sudah menyelamatkanku dan rela menungguku selama ini,” ucap Keira tulus. Dia menundukkan kepalanya. Akal sehatnya yang hilang, perlahan kembali setelah mendapatkan ketenangan. “Kalau tidak ada kau, aku bisa saja melakukan kesalahan yang begitu bodoh.”

Aliando tersenyum, dia lega karena setidaknya Keira sudah menyadari kesalahannya. “Baguslah jika kau sudah menyadari kesalahanmu, setidaknya aku bisa tenang. Tidak masalah dan pesanku kau harus kuat. Itu saja.”

Keira menatap Aliando sendu. “Tapi sekarang aku sendirian, Ayah dan Ibu sudah meninggal sejak kecil, aku hanya punya satu adik dan sekarang dia meninggal juga karena penyakitnya. Aku ebnar-benar merindukan mereka.”

Keira merasakan matanya memanas, tapi dia menghapus air matanya yang jatuh lagi, berusaha menarik senyum ditengah cobaan hidupnya.

“Kau ingin tahu kisah hidupku?” Aliando bertanya. “Aku bahkan tidak mengenal orang tuaku,” ucap Alex setelah Keira mengangguk.

“Apa?!”

Lihat selengkapnya