Destiny

Janis Etania
Chapter #19

Destiny Part 18

Hari demi hari berlalu, akhirnya Alex sudah di-izinkan untuk kembali ke rumah. Alex benar-benar bahagia karena dia memang sudah bosan di rumah sakit. Namun Daisy cemas ketika mereka sudah berdiri didepan rumah. Dia hanya takut, apa yang Alex bayangkan tidak sesuai, rumahnya mungkin kecil di mata Alex. Walau sebenarnya rumahnya cukup besar.

Tapi Daisy lega ketika sudah masuk, Alex tampak bahagia dan sama sekali tidak melayangkan protes. Dia mengatakan rumah ini cukup bagus dan dia sangat senang dapat melihatnya sekarang. Padahal Daisy sempat berpikir, Alex akan berpikir negatif atau tidak suka dengan rumahnya yang sebenarnya. Selain itu, dia senang karena Samudra dan Alex tampaknya sudah berteman baik.

Samudra meminta maaf kepada Daisy sekali lagi dan Daisy memilih untuk tidak memperpanjang masalahnya. Samudra sering berkunjung bersama Edgar atau keduanya datang sendiri-sendiri untuk menjenguk Alex. Tapi sekarang mereka sudah jarang kemari karena pekerjaan mereka masing-masing.

Setelah Alex sudah kembali sehat, Daisy kembali bekerja. Dia bersyukur atasannya adalah temannya, jadi dia tidak dipecat dan masih diizinkan untuk bekerja. Daisy meminta kepada Aliando untuk menjaga Alex selama dia pergi. Hari ini seperti biasa, Daisy akan membuat sarapan dan pergi bekerja setelahnya.

Namun selesai mandi, dia turun dan terkejut menemukan Alex dan Aliando sudah duduk di meja makan, terlebih dia menemukan nasi goreng tersedia di atas meja. “Ka-Kalian?” Daisy terkejut. “Kalian yang menyiapkan sarapan hari ini?” tanyanya.

Aliando menggeleng. “Kak Alex yang menyiapkannya,” ucap Aliando sambil menunjuk ke arah Alex yang tengah melepas apronnya.

Daisy mengalihkan pandangan ke arah Alex yang tengah tersenyum. “Ke-Kenapa kau melakukannya? Aku kan bisa membuat sarapannya, ini sudah menjadi kewajiban—“

“Syut.. Sudah tidak apa-apa.” Alex meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai isyarat untuk diam. Dia tersenyum. “Selama aku buta, kau yang selalu merawatku, sekarang setidaknya aku harus berguna, jadi aku menyiapkan sarapan, itu adalah hal yang mudah, tidak perlu khawatir. Sekarang duduk dan coba sarapan yang aku buat. Enak atau tidak.”

“Tap—“

“Sudah, ayo.” Alex berdiri, kemudian menghampiri Daisy membuat Daisy duduk di tempatnya, kemudian duduk disamping Daisy. Dia mulai mengambil sesendok nasi, meletakkan di hadapan Daisy. “Sekarang makanlah,” ucapnya.

Daisy tersenyum, kemudian memakan nasi yang disuapkan oleh Alex. Dia tersenyum karena rasanya memang sangat enak. Aliando yang melihatnya, memutar bola mata dan menyuap nasi kedalam mulutnya. Alex menatap cemas ke arah Daisy yang sedang mengunyah makanan.

“Bagaimana rasanya?” tanya Alex yang tampak penasaran.

“Enak!” ucap Daisy girang. “Aku sangat menyukainya, tampaknya kau sangat berbakat.”

Mendengar pujian itu, Alex tersenyum malu sambil mengelus lehernya sendiri. “Hehe, benarkah?”

“Ya. Sangat enak.”

“Terima kasih.”

Keduanya terkekeh bersama, mungkin saking asiknya berbicara, mereka tidak menyadari Alex yang menatap keduanya malas. Lalu beberapa menit kemudian, akhrnya dia berbicara. “Kalian tahu? Kalian terlihat seperti orang berpacaran dibandingkan hanya teman. Sampai-sampai aku diacuhkan bagaikan nyamuk disini,” ketus Aliando.

Ucapannya berhasil membuat keduanya menoleh dan terkekeh menemukan raut wajah kesal Aliando. “Jangan marah Al, kau lupa kalau aku yang akan menanyaan hal itu kepada Daisy?” ucap Alex sambil mengangkat kedua alisnya bergantian.

Aliando mendengus. "Ya, ya. Aku ingat, tanyakan saja cepat Kak,” ucap Aliando sambil mengunyah makanannya.

Alex terkekeh, sedangkan Daisy tampak bingung. “Alex, kau mau menanyakan sesuatu?” anya Daisy memastikan.

Alex mengangguk. “Aku dan Aliando tepatnya, aku mewakili pertanyaannya juga.”

“Apa? Memangnya apa?” tanya Daisy penasaran.

Alex memandang Aliando sebentar, sebelum memandang Daisy. “Daisy, aku dan Aliando ingin bekerja bersamamu di restoran itu, boleh kan?”

"Apa?!"

Daisy tampak sangat terkejut, matanya membulat, dia tidak berkedip, menatap keduanya bergantian. Mereka berdua tampak sangat serius. "Tapi kenapa? Kalian dirumah saja, aku yang akan bekerja, untuk apa kalian ikut?" tanya Daisy heran. "Apa hasil pekerjaanku masih kurang untuk kalian?"

"Astaga bukan begitu Kak, itu semua sudha cukup," ucap Aliando karena tahu Daisy salah paham. "Kami ingin bekerja untuk membantumu, setidaknya aku tidak hanya menumpang saja, aku setidaknya berguna. Aku mau membantu, itu saja," jelas Aliando.

Alex mengangguk, membenarkan. "Ya, selama aku buta kau selalu menjagaku, kau harus bekerja lebih keras untukku, semua karenaku. Setidaknya setelah aku sudah bisa melihat, aku bisa membantu. Aku bisa memasak, itu cukup setidaknya untukku. Bisa kan? Aku masih ingat, kau cerita temanmu membutuhkan koki dan pelayan."

Daisy tertegun beberapa saat, dia tidak menyangka kalau Alex dan Aliando ingin sekali melakukan ini. Daisy perlahan tersenyum, Alex dan Aliando memang sangat baik. Dia perlahan mengangguk. "Temanku memang membutuhkan koki dan pelayan. Tapi apa kalian yakin ingin bekerja?"

"Tentu!"

"Iya!"

Daisy terkekeh beberapa saat melihat reaksi spontan mereka. Dia sebenarnya tidak enak jika mereka harus bekerja, tapi mau bagaimana lagi? Mereka tampak sangat ingin bekerja. Dia mengangguk.

Lihat selengkapnya