"Al-Alex..," bisik Daisy sembari mempererat pegangannya pada tangan Alex. Mereka tidak bisa berlari karena ketiga orang itu mengepung mereka. Jadi mereka bertiga tersudut di tengah, Alex berusaha melindungi dengan merenggangkan kedua tangannya di depan Daisy dan Aliando untuk melindungi mereka. .
"Tenang Daisy, aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu," bisiknya dengan tatapan yang tak lepas dari ketiga orang tersebut penuh waspada
Daisy menggigit bibir. Sebenarnya bukan itu yang dia takutkan, namun yang dia takutkan hanyalah dia harus berpisah dengan Alex disini. Dia tidak bisa membayangkannya, karena kemungkunan besar, semua orang ini, ingin membawa Alex pergi. Mungkin kembali ke keluarga Alex, tapi Daisy takut tidak bisa bertemu dengannya lagi.
"Aku juga takut, jangan hanya berbicara kepada Kak Daisy." Aliando ikut berbisik.
"Diam kau Al!" sentak Daisy membuat Aliando bungkam. Daisy tidak habis pikir dengan otak Aliando saat ini.
"Kalian mau apa? Tempo hari ada yang datang dan memelukku, ada yang mengatakan aku temannya. Kalian siapa? Apa diutus oleh mereka?" tanya Alex dengan nada dingin dan tatapan penuh waspada dan tajam. Daisy tidak pernah melihat Alex menatap tajam kepadanya seperti itu.
“Tuan Alex, kami tidak akan menyakiti Anda. Anda lupa kami siapa? Aku Bino, dia Bana, dan dia Buna. Kami anak buahnu,” ucap salah satu pria berjas itu.
Kening Alex mengeryit. Nama macam apa itu? Namun entah mengapa, dia merasa tidak asing dengan nama aneh itu, tapi tetap saja dia harus waspada. Daisy sendiripun heran mendengar nama-nama itu, orang tuanya bersaudara kah?
“Apa? Bino, Bana, Buna? Hahahaha!” Tapi perhatian semua orang tertuju kepada Aliando yang hampir berteriak itu dan sekarang tertawa keras. Daisy menepuk keningnya sendiri, da melirik ke arah ketiga pria yang sekarang menatap tajam ke arah Aliando. “Hei.., apa kalian bercanda? Tidak sekalian Tata, Titi, Tutu?” ucapnya diakhiri tawanya lagi, bahkan dia sampai memegang perutnya sendiri.
“Hei bocah! Kami tidak mengizinkan anda untuk mengejek nama itu, itu adalah nama panggilan yang diberikan Tuan Alex untuk kami,” ucapnya dengan nada dingin.
Aliando berhenti tertawa, dia menatap Bino yang baru saja berbicara, tatapannya berubah menjadi tajam. “Mulutmu mau kulakban? 15 sebentar lagi 16 tahun, hati-hati saja menggunakan mulutmu. Lagipula Tata, Titi, Tutu itu bagus tahu! Kau tahu BT21? Aku menamai kalian dengan nama keluarga Tata dan V BTS.”
Aliando memang penggemar berat BTS, boyband dari Korea dan dia snagat menyuai Taehyung alias V.
“Benar, kau juga penggemar BT21?”
“Benar! Siapa penggemarmu?”
“Aku suka sekali dengan RJ, tapi aku menyukai Namjoon, dia sangat keren.”
“Benar, aku juga.”
“Wah.. benarkah?”
Hal yang tidak disangka akhirnya terjadi. Aliando dan ketiga pria itu malah mulai mengobrol. Mata Alex dan Daisy membulat, keduanya berpandangan beberapa saat, menatap aneh ke arahberempat yang sekarang malah mulai duduk di aspal yang untungnya sepi itu dan kembali mengobrol.
Daisy mendekat ke arah Alex, kemudian berbisik. “Mereka itu benar-benar pengawal?” bisiknya. Alex mengangkat kedua bahunya, bahkan dia juga ragu sebenarnya.
“Ah ya.., sebenarnya apa tujuan kalian kesini?” tanya Aliando dan mungkin itu adalah pertanyaan terbodoh.
“Haha, kami ingin membawa—Ah ya! Tuan Alex!” Karena ketiga pengawal itu menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan. Ketiganya langsung berdiri dan memandang Alex. Alex langsung kembali merenggangkan tangan di depan Daisy. Daisy merutuki Aliando yang bertanya hal itu.
Aliando sendiri juga menyadari kesalahannya dalam bertanya membuat matanya membulat dan langsung berlari mendekat ke arah Alex dan Daisy, tepatnya di belakang Alex dan disamping Daisy. Dia merutuki dirinya sendiri yang tadi tidak bisa membaca situasi, tampaknya dia terlalu asik terbawa dalam obrolan.
“Tuan Alex, kumohon ikut kami, Tuan Aditya dan Nona Sophia sudah sangat sedih memikirkanmu.”
Rasanya kepala Alex semakin pening. Siapa lagi Aditya dan Sophia, dan dia benci fakta kalau dia merasa pernah mendengar nama itu. “Siapa Tuan Aditya dan—mphh!”
Alex berusaha memberontak ketika merasakan ada kain yang menutup mulutnya. Dia menoleh ke samping dan menemukan Daisy sudah dibekap juga membuatnya menjadi emosi. Dia ingin menghajar orang-orang ini rasanya, dia menyadari ada tambahan orang sekarang. Namun tak lama tubuhnya malah menjadi melemas dan akhirnya semua gelap.