“Daisy, sayang.”
Bisikan lembut itu terdengar seiring dengan mata Daisy yang perlahan terbuka. Saat membuka mata, yang dia lihat pertama kali adalah Alex yang tengah tersenyum manis kepadanya. Daisy seketika menyadari kalau dia bukan di kamarnya, melainkan di kamarnya dan Alex.
Ya, sekarang mau tidak mau mereka harus tidur satu kamar dan Daisy menyadari juga kejadian kemarin bukanlah mimpi. Dia benar-benar tinggal disini dan menjadi Nyonya Christian. Semua terasa seperti mimpi, pertengkaran sampai akhirnya Aditya membiarkannya tinggal di rumah besar ini bersama Alex.
“Tuan, tahan emosi anda. Ingatlah kalau Tuan Alex sekarang sedang amnesia karena itu dia berani membantah anda dan mungkin dia memang sudah mencintai Nona Daisy,” ucap Erick mengetahui jika Aditya marah besar sekarang, dia menatap tajam Daisy yang berdiri di belakang Alex.
Sejak kecil, Alex tidak pernah melawan Aditya, takut untuk melawan dan juga kasih sayang dengan Ayahnya, terlebih ketika fisiknya sudah tidak sempurna. Jika melawan, biasanya dia hanya membela Sophia. Sekarang dia membantah yang dikatakan Aditya demi Daisy.
Aditya menghela napas kasar. “Kita harus bagaimana Erick?! Alex benar-benar berubah karena wanita itu.”
“Tuan, sebenarnya tidak ada pilihan lain, kita harus membiarkan Nona Daisy tinggal disini bersama dengan Aliando, jika tidak, Tuan Alex bisa pergi dari rumah ini. Anda mau Tuan Alex tetap disini bukan?”
“Tapi—“
“Ayah, yang dikatakan Paman Erick benar, kita ikuti saja apa katanya,” sela Sophia.
Aditya terdiam, kemudian menatap Daisy, dia menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tetap sabar. “Erick, siapkan satu kamar untuk bocah ini, Daisy dan Alex tidur di kamar Alex. Daisy tidak boleh bekerja, kau saja yang katakan kepada atasan disana.”
“Aku bukan bocah! Aku sudah berumur 15 tahun.” Tidak peduli siapa di depannya, Aliando tetap tidak diterima dikatai bocah. Itu membuat beberapa orang harus menahan tawa, kegelisahan, dan ada yang tidak peduli seperti Aditya.
Erick mengangguk patuh. “Baik Tuan.”
“Tunggu, kau dan aku satu kamar?!” pekik Daisy. Memang dia dan Alex belum tidur satu kamar, masih berpisah kamar. Pekikan Daisy itu sontak membuat semua orang menatapnya.
“Kenapa? Apakah kau dan Alex tidak tidur satu kamar? Kalian kan suami-istri, suami-istri macam apa itu?” ucap Aditya dengan wajahnya yang menyebalkan.
Daisy tersentak, dia menyadari kesalahannya. Dia perlahan mengembangkan senyumnya, walau percayalah, dia kesal sekali rasanya dengan Aditya. Dia memandang Alex yang mundur hingga berdiri disampingnya, kemudian merangkul Daisy.
“Tenang saja, aku dan Daisy akan tidur satu kamar.”
Daisy akhirnya tidak bisa menolak dan tidur satu kamar dengan Alex, satu ranjang. Walau rasanya sangat berdebar.
Daisy berusaha menarik senyum, membalas senyuman Alex. “Iya, selamat pagi Alex,” ucap Daisy. Dia sebenarnya juga tidur sangat nyenyak kemarin. Dia mengingat Alex yang kemarin memelukny, menyanyikan lagu sampai dia tetidur. Rasanya benar-benar menyenangkan sekali.
Alex tersenyum, kemudian memgecup kening Daisy, itu sudah biasa dia lakukan saat Daisy bangun. Awalnya Daisy memang tak terbiasa, tapi sekarang dia sudah terbiasa. Alex mengelus lembut wajah Daisy.
“Bangun dan mandilah, istriku,” ucapnya yang selalu berhasil membuat jantung Daisy berdetak cepat, mendengar kata terakhirnya.
“Iya, apa kau sudah—Eh?”
Senyum Daisy hilang digantikan raut wajah terkejut ketika menyadari penampilan Alex sekarang. Alex memang selalu tampan, tapi sekarang tampannya berjumbo ketika Daisy menyadari Alex yang sudah memakai kemeja dan jasnya, kemudian rambutnya tampak lebih rapi, dia tampak berwibawa dan sangat tampan!
“Al-Alex..,” ucap Daisy dengan tatapan matanya yang tak lepas dari Alex.
Alex mengeryitkan kening. “Ya, kenapa?”
“Kau mau pergi kemana? Kau benar-benar sangat tampan, Alex.” Entahlah 6 kata yang dikatakan Daisy itu dia sadari atau tidak, namun Alex terkekeh mendengarnya.
Sebenarnya tadi dia sudah bangun jam 5 pagi dan dia tidak menyangka Sophia ada disana. Mereka mengbrol beberapa lama sehingga Alex mengetahui berbagai hal yang dilupakan oleh memorinya, bahkan Sophia juga menunjukkan beberapa foto untuknya dan tadi Alex sempat kesakitan karena bayangan demi bayangan yang berputar di kepalanya.
Tidak jelas. Dia hanya mendengar suara yang tidak asing. Namun itu berhasil menyakinkan Alex kalau perkataan Sophia benar dan dia akan berusaha untuk menerima semua orang disini sebagai keluarga.
Namun Alex tidak menyangka kalau Sophia akan kembali membawanya ke restoran Ayam yang katanya sudah menjadi warisan keluarga mereka sekaligus penghasilan mereka.
Sophia Fried Chicken.