Destiny

Janis Etania
Chapter #27

Destiny Part 26

"Aku berangkat, sampai jumpa sayang."

Aditya hanya mendengus melihat kemesraan Alex bersama Daisy. Melihat Alex mengecup kening Daisy sebelum pergi. Sedangkan Daisy, hanya tersenyum kaku, kalau dirumahnya Alex seperti ini, dia tidak masalah. Tapi Alex melakukannya di hadapan Aditya, Sophia, Aliando, dan beberapa pelayan disana.

Daisy sempat melirik, beberapa pelayan yang tersenyum melihat mereka, tapi dia juga melihat tatapan tak suka Aditya membuatnya fokus saja ke Alex.

Daisy memang tidak pantas dibandingkan Alex, dia punya mobil dan mobilnya hanya kredit, mobil itu juga sudah dia kembalikan lagi karena dia memutuskan menggunakan uang yang tersisa untuk biaya pengobatan Alex saat itu.

"Ya, kau hati-hati."

"Baiklah." Alex tersenyum manis, kemudian beralih ke Aditya, dia berusaha mempertahankan senyumannya. "Ayah, aku berangkat, Sophia, Kakak berangkat."

"Hm."

"Iya, hati-hati!"

Alex hanya sedikit meringis melihat perbedaan tanggapan Aditya dan Sophia. Memang dia diantar kan oleh supir pribadi keluarga Christian, dan dia akan diajarkan oleh sekretaris yang sudah ditugaskan disana. Alex beralih ke Daisy, melempar senyum sekali lagi, sebelum masuk ke mobil.

Kaca mobil dibuka dan dia melambaikan tangan ke semua orang. Sophia, Aliando, dan Daisy, tentu saja membalasnya. Tapi Aditya hanya menatapnya datar, Alex diam saja, karena mungkin memang Aditya seperti itu. Kemudian mobil berjalan, Daisy menghela napas ketika mobil itu sudah hilang dari pandangannya.

"Ayah, ayo, kau harus istirahat di kamar," ucap Sophia lembut.

Aditya tak menjawab, namun itu sudah biasa. Sophia langsung mendorong kursi roda Aditya masuk, Daisy hanya menatapnya prihatin, dia tahu bagaimana bedanya sikap Aditya kepada Sophia dan Alex. Sophia sudah pernah memberitahu kepadanya.

"Hei Kakak, aku sangat sebal dengan Ayah Kak Alex, sombong sekali," kesal Aliando.

Namun Daisy langsung melayangkan tatapan tajamnya. "Hei, kenapa kau berbicara seperti itu? Bagaimanapun dia lebih tua darimu dan dariku, kita harus menghormatinya. Mengerti?"

"Tapi--"

"Sudahlah, kau kembali saja ke kamarmu, oke?"

Tak ada pilihan lain, akhirnya Aliando mengangguk setengah hati dna masuk ke dalam. Daisy geleng-geleng kepala, kemudian menyusul masuk kedalam dan dia terkejut menemukan Aditya sedang di ruang tamu, dia mengira Aditya sudah masuk kedalam kamar.

Daisy tersenyum sopan. "Selamat pagi, Ayah," ucapnya sembari membungkukkan sedikit tubuhnya.

Dia yakin tadi Aliando tidak menyampaikan salam kepada Aditya dan langsung masuk kedalam kamar. Kalaupun iya, pasti tidak niat karena pasti Aliando masih disini atau setidaknya dalam perjalanan ke kamarnya. Tapi dia tidak melihat Aliando di tangga dan di lantai dasar ini.

"Dengar, ini adalah Alena, dia bisa dibilang ketua dari semua pelayan disini. Dia yang memerintahkan dan menyampaikan tugas," ucap Aditya langsung ke inti, dia malas berbasa-basi.

Daisy menoleh ke arah Alena yang tersenyum sopan, tentu saja Daisy langsung membalasnya. Lalu Daisy kembali memandang Aditya yang menatap ke depan dengan datar.

"Kau jangan mengira setelah kau menjadi istri Alex, kau tidak akan bekerja apapun, kau harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Alena sudah kuberitahu apa saja dan kuulangi kepadamu yaitu mencuci piring, mencuci baju tanpa mesin, menyapu rumah, mengepel rumah, me-lap semua barang disini akan dikerjakan oleh pelayan, siram tanaman, sisanya akan dikerjakan oleh pelayan."

Ucapan Aditya berhasil membuat Sophia dan Daisy apalagi terkejut bukan main. Terlihat dari kedua matanya yang membulat.

"Ayah, berarti pekerjaan pelayan disini hanya mengelap barang dan memasak? Pekerjaan yang dikerjakan Daisy banyak sekali dan kenapa dia tidak boleh memakai mesin cuci untuk mencuci baju?" ucap Sophia yang tak habis pikir.

"Kenapa? Aku salah? Bukankah dia harus mengerjakan semuanya sebagai menantu yang baik? Apa dia tidak pernah bekerja apapun sebelumnya? Mencuci baju tanpa mesin akan membantu kekuatan tangannya. Dan satu lagi, kau masak satu jenis makanan untukku, mengerti?"

"Ayah! Kalau Kak Alex tahu dia pasti--"

"Kau diam saja!" sentak Aditya membuat Sophia mau tak mau terdiam. Aditya memandang Daisy. "Kau bisa lakukan?"

Daisy seketika tersadar dari lamunannya dan mengangguk. "Baik Ayah."

"Bagus! Kuingatkan! Jangan ada yang membantu pekerjaan yang aku sebutkan tadi! Atau aku akan memecatnya saat itu juga! Mengerti?!"

"Mengerti Tuan!" ucap semua pelayan disana. Jika seorang Aditya sudah mengeluarkan perintah, mereka tidak akan melawan.

Aditya tersenyum miring. "Kerjakan pekerjaanmu dengan benar, menantuku. Sophia, bawa aku ke kamar."

"Baik Ayah, aku akan bekerja sebaik mungkin," ucap Daisy. "Ayah istirahat saja dengan baik."

Aditya tidak menjawab, dan Sophia menatap Daisy cemas sebelum dia menghela napas kasar dan membawa Aditya ke kamarnya, meninggalkan Daisy yang menghela napas pelan.

***

Daisy menghela napas lega sembari meletakkan kain pel yang sudah dia bersihkan itu.

Tadi dia sudah menyiram tanaman, menyapu, dan mengepel di semua kamar dan semua lantai. Dia merenggangkan tangannya yang terasa begitu pegal dan punggungnya yang terasa sakit karena terus membungkuk tadi. Daisy harus bersyukur karena tadi Aditya ternyata memerintah pelayan untuk menyapu dan mengepel 2 lantai dan Daisy sisanya.

Daisy akhirnya mengepel dan menyapu 2 lantai saja. Daisy menoleh ke arah jam. Jam 11 siang. Dia menyadari sebentar lagi masuk jam makan siang keluarga yaitu jam 12 siang, sedangkan jam makan siang kantor Alex jam 1 siang.

Lihat selengkapnya