Daisy kira dia hanya diantar di depan restoran, namun ternyata Erick juga masuk menemaninya sampai ke ruangan dimana Alex berada. Namun Daisy tidak keberatan, ketika di mobil, dia sudah berbicara dengan Erick dan dia mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Erick dan itu sangat keren menurutnya.
“Nyonya, anda bisa masuk, saya akan menunggu diluar,” ucap Erick sembari menghentikan langkah ketika mereka sudah didepan pintu ruangan Alex.
Daisy hanya mengangguk sembari tersenyum kaku, dia yakin jika memaksa Erick tidak akan mau karena masalah pekerjaan. Daisy pun masuk kedalam ruangan dan Alex yang tadi sedang membaca berkas dengan serius, langsung mengalihkan pandangan ke pintu, senyumnya langsung terbit melihat Daisy disana.
“Daisy, kau datang?!” ucapnya antusias sembari menghampiri Daisy.
Daisy mengangguk. “Iya, aku membawakan makanan untukmu, ada makanan dari berbagai pelayan dan cumi saus padang buatanku.” Daisy mengangkat plastik yang terdapat kotak bekal berisi makan siang Alex.
“Iya, terima—“ Ucapan Alex terhenti ketika dia menyadari sesuatu, tepat di tangan Daisy yang memegang plastik.
Alex yang tiba-tiba diam dengan raut wajah berubah membuat Daisy heran. “Alex, kena—Eh!”
Daisy terkejut ketika Alex tiba-tiba meraih tangannya, mengambil makanan itu, meletakkannya di meja, kemudian melihat tangan Daisy. Tatapan Alex seketika menajam, kemudian memandang Daisy yang tampak gugup. “Kenapa dengan tanganmu, Daisy?! Kenapa memerah dan sedikit membengkak seperti ini?!”
Ya, itu yang membuat Alex terkejut sekaligus marah, dia memang tidak mau melihat Daisynya terluka. Daisy tersenyum kaku. “Ak-Aku, sebenarnya—emh..” Daisy sebenarnya bingung harus mengatakan apa, kalau dia mengatakan yang sebenarnya dia takut Alex akan bertengkar dengan Aditya.
Namun raut wajah Alex berubah ketika dia mengingat sesuatu. “Apa benar kata Al,” gumamnya, namun bisa didengar oleh Daisy.
Daisy mengerutkan kenin. “Al?Aliando?”
Alex mengangguk, kemudian tanganya beralih ke kedua lengan Daisy dan menatapnya. “Apa benar kata Aliando kalau kau disuruh menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju tanpa mesin, dan menyiram tanaman?!”
Mata Daisy membulat seketika. Bagaimana Aliando bisa memberitahu semuanya kepada Alex? Namun selang 2 detik, Daisy menghela napas, pasti dari ponsel baru itu, tapi darimana Aliando tahu nomor Alex yang baru?
“Kalau kau heran bagaimana Aliando bisa mendapatkan nomorku, dia bertanya kepada Alena dan Alena bertanya kepadaku, aku lekas memberitahunya dan dia memberitahu hal itu. Awalnya aku mengira dia hanya bercanda, tapi jawab aku dengn jujur, apa itu benar, Daisy?” ucap Alex yang seakan tahu isi pikiran Daisy.
Daisy menelan ludah, ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, namun melihat tatapan Alex yang kian menajam, dia seakan tidak bisa berbohong. Dia menghela napasnya. “Iya,” jawabnya akhirnya.
Bisa Daisy lihat, Alex begitu terkejut. “Ja-Jadi itu benar, Ayah melakukan semua itu?’ Alex tampak tak percaya, namun beberapa detik kemudian, Alex tampak marah. “Kenapa Ayah tega melakukan semua itu?! Bahkan tanganmu sampai seperti ini!” Nada bicara Alex naik.
Daisy sedikit meringis, itu artinya Alex benar-benar marah. “Alex, tenanglah. Aku baik-baik saja, aku sering melakukannya kok. Jangan sampai kau bertengkar dengan Ayahmu ya? Kau baru kembali, berikanlah sesuatu yang membuatnya senang.”
“Tapi bukankah ini keterlaluan?”
“Saat pertama kali orang tuaku meninggal, aku mencuci baju tanpa mesin juga, dan lain sebagainya. Jadi kau jangan khawatir, lagipula Ayahmu mungkin hanya mengecek kemampuan menantunya dan aku lolos tesnya!” Daisy tersenyum girang, seakan tidak terjadi apapun.
Alex menjadi tidak tega melihatnya, dia berharap setelah ini Aditya tidak akan mempersulit istrinya. Aditya pasti berniat menyiksa Daisy karena Daisy adalah istrinya. Alex menghela napasnya dan tersenyum, membelai wajah Daisy.
“Maaf, Ayah melakukan itu pasti karena aku.”
Daisy menggeleng sembari tersenyum, kemudian memeluk Alex. “Tidak masalah, semua bukan karenamu. Aku senang melakukannya.”
Alex hanya memaksakan senyumnya dan membalas pelukan Daisy. Dia benar-benar berharap dan berdoa ini terakhir kalinya Daisy diperlakukan seperti ini oleh Aditya. Alex harus pintar mengontrol amarahnya karena Ayahnya sendiri.
***
Hari-hari terus berlalu, tak disangka sudah cukup lama Daisy menjadi Nyonya Christian di rumah besar ini. Daisy bahagia karena selain itu dia dapat merasakan perubahan sikap Aditya kepadanya, hari demi hari. Dia yang biasanya memberikannya berbaga pekerjaan, biasanya akan meminta pelayan untuk melakukannya, dan dia mulai memandang Daisy dengan lembut dan ramah.
Padahal awalnya Aditya begitu sinis kepadanya dan tidak suka. Tampaknya sekarang dia semakin ramah dan itu membuat Daisy lega. Pelayan-pelayan disini dan Sophia juga menyukai Daisy karena sikap ramahnya itu.
Mengenai Bianca, Bianca tampaknya snagat patah hati tentang Alex dan Daisy, jadi dia mengurung diri di kamar, dia berusaha untuk melupakan Alex dan Daisy tahu itu butuh proses, Daisy benar-benar berterima kasih dan bangga kepada Bianca karena Bianca bisa melakukan.
Namun di sisi lain, dia juga khawatir dengan Alex yang terus mendapatkan ingatan-ingatan masa lalu yang membuat kepalanya sakit, biasanya saat dia bermimpi dan kepalanya sakit saat pagi hari seperti sekarang.
Namun Daisy sekarang tidak mengizinkannya bekerja karena sakit kepala yang Alex rasakan sakit sekali. Alex akhirnya hanya menurut.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Daisy sembari membawa sepiring nasi goreng yang sudah dia masak. Sekarang hari sudah menjelang siang.
Alex tersenyum. “Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah merawatku.”
Daisy hanya mengangguk sembari tersenyum. “Ya sudah, sekarang kau makan ini, aku sudah memasakkannya. Kau bisa makan sendiri kan? Aku ingin mengambil obatmu di Alena. Tadi aku meminta Alena untuk membeli obat yang diresepkan oleh dokter Rian. Tadi aku sudah meneleponnya dan dia meminta untuk diberikan obat itu, katanya kau juga boleh memakan ini, tapi tidak terlalu banyak dan minum air putih yang banyak ya?”
“Iya sayang..,” ucap Alex membuat Daisy tersenyum.
“Ya sudah, kau makanlah, aku akan segera kembali.”
Alex mengangguk, kemudian Daisy segera pergi kepada Alena, mengambil obat dan segera kembali. Namun langkahnya terhenti ketika dia melihat Justin sedang bertelepon dengan seseorang Tapi Daisy awalnya tidak peduli dan ingin berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika dia mendengar Justin mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut bukan main.
Dia akhirnya mendengarkan, menguping pembicaraan Justin yang membuatnya menjadi shock bukan main. Tapi Daisy terkejut ketika Justin menyadari dia mendengarkannya. Daisy langsung saja berlari ke kamar Alex, dia harus cepat mengatakannya kepada Alex, Daisy sedikit menoleh dan meyadari kalau Justin mengejarnya.
Habislah, tampaknya Justin berusaha menghentikannya. Tapi Daisy bersyukur dia berhasl datang ke kamar Alex.
“Alex!”
Tapi Daisy mematung di tempat ketika dia melihat Alex menggeliat dan meringis kesakitan, tubuhnya berkeringat membuat Daisy khawatir sekaligus cemas. Dia langsung menghampiri Alex dan jongkok disampingnya. Daisy langsung memegang tagan Alex yang berkeringat.
“Alex, kau kenapa sayang Alex?!” panggil Daisy cemas membuat Alex memandang ke arahnya dengan wajah menahan sakit.
Daisy tidak peduli dengan Justin yang berteriak membuat semua orang datang dan panik seketika. Daisy hanya mengkhawatirkan Alex.
“Kakak kenapa?!” tanya Sophia panik.
“Alex!” Aditya juga tampak panik.