Keberuntungan tidak berpihak kepada Daisy dan Alex
Pria yang menyamar sebagai polisi itu berhasil melarikan diri. Beberapa polisi yang mengejar mereka mengakui kalau orang itu ternyata tidak sendiri, melainkan lebih dari lima. Mereka menembak-nembak, sebelum semua kabur menggunakan mobil, polisi sudah berusaha mengejar. Tapi mereka tidak mendapatkannya, mobil mereka melaju pesat
Mendengarnya membuat Alex menggeram kesal dan Justin tersenyum penuh kemenangan, tentu saja diam-diam. Daisy juga sangat menyayangkannya, padahal jika orang itu tertangkap, semua kebenaran akan terungkap. Daisy memandang Justin yang tengah merangkul Sophia, dasar licik!
"Jadi saya rasa kami harus mencari pelaku terlebih dahulu, kalian bisa kembali dulu ke rumah masing-masing."
Itu yang dikatakan oleh polisi. Semua orang tak berkutik, walau Alex tidak rela karena dia masih ingin lama-lama bersama Daisy. Hal yang tidak terduga adalah Aditya dan Sophia masih sangat mempercayai Justin, tampak mereka tidak curiga sedikit pun. Itu membuat Alex bingung.
"Ayah, izinkan Daisy untuk tinggal bersama kita, begitupula dengan Aliando." Entah sudah keberapa kalinya Alex memohon kepada Aditya.
Aditya menatap Alex, kemudian memberikan gelengan tegasnya. "Sudah Ayah katakan berkali-kali, tidak Alex. Wanita itu tidak pantas menjadi istrimu, kau ceraikan saja dia. Jangan-jangan kedua orang itu adalah suruhannya, dia hanya ingin menuduh Justin," ucap Aditya sembari menatap Daisy dengan tatapan tidak bersahabat.
"Apa maksud Paman? Kak Daisy tidak pernah seperti itu!" sentak Aliando yang tidak terima. Rasanya dia kesal sekali dengan Aditya yang menyimpulkan sendiri.
"Al." Tapi seperti biasa, Daisy selalu mencegahnya untuk marah. Aliando heran, Daisy bisa sangat sabar seperti itu.
Daisy menghela napasnya, kemudian berusaha menarik senyum. "Ayah. Entah apapun yang kau pikirkan, tapi yang jelas, aku tidak pernah membayar kedua orang itu. Semua yang aku katakan mengenai Justin itu benar. Aku mendengarnya sendiri, tapi aku hanya terserah kepada Ayah, ingin percaya atau tidak. Kedua orang itu bahkan ditembak mati, aku tidak akan tega, Ayah."
“Jangan banyak akting, aku tidak perlu.” Aditya mendengus, kemudian memandang Alex. “Ayo kita pulang Alex, tidak baik berdekatan dengan wanita yang sebentar lagi menjadi mantan istrimu. Kau juga harus memikirkan calon istri yang akan Ayah berikan kepadamu.”
Mendengarnya, sukses membuat Daisy mematung di tempatnya. Dia sebenarnya sudah menduga kata perceraian, tapi calon istri? Artinya dia ingin Alex untuk menikah lagi? Daisy bahkan sesak membayangkan hal itu. Sedangkan Alex, dia menggeram kesal karena Ayahnya mengatakannya tepat di hadapan Daisy, pasti Daisy bisa berpikir macam-macam.
“Ayah. Aku tidak ingin menikah, Ayah jangan mengatakan hal semacam itu di depan Daisy,” ucap Alex sembari berusaha menahan amarahnya.
Tapi tampaknya memang Aditya adalah orang berhati keras, bahkan menurut Alex tidak ada hati. Dia malah mengangkat kedua pundaknya seakan tidak peduli. “Cepat pulang, Justin dan Sophia sudah masuk ke dalam menunggumu Alex dan untuk Daisy, kuharap kau tahu batasan untuk dekat dengan orang yang sudah memiliki calon istri.”
“Ayah!”
Perkataan Aditya sanggup membuat jantung Daisy seakan tertohok keras, dadanya sesak bukan main seperti ditimpa sesuatu yang tidak bisa dia lihat. Mata Daisy memanas dan mulai muncul genangan air mata disana, tapi berusaha keras dia tahan, setidaknya jangan di depan Aditya dan Alex.
Alex bisa khawatir dengannya nanti.
Jadi Daisy berusaha tegar, tersenyum, memegang tangan Alex membuat pria itu menoleh ke arahnya tepat ketika Aditya dibantu Erick menuju ke mobilnya. Daisy menggelengkan kepalanya sembari menggengam tangan Alex erat.
“Aku tidak apa-apa, asalkan ada kau. Tapi jangan sampai menyakiti hati Ayahmu ya?”
“Dai..,” lirih Alex.
Dia tahu jelas kalau wanitanya ingin menangis, tapi dia berusaha tahan, terlihat jelas di matanya yang berkaca-kaca, Alex menarik Daisy kedalam pelukannya, membuat Daisy terkejut, namun tak lama kemudian, dia membalasnya. Dia membenci air matanya yang mengalir saat dia sudah brusaha sekuat mungkin menahannya.
“Tenang Daisy, jangan takut. Aku bersumpah sampai kapanpun, aku akan selalu bersamamu. Menceraikanmu adalahhal mustahil yang tidak akan pernah kulakukan,” bisik Alex seakan mengetahui semua kekhawatirannya. “Aku akan melakukan apapun untuk menguak identitas Justin dan aku tidak akan pernah menikah dengan siapapun. Istriku hanya satu.”
Daisy merasa dia benar-benar terharu sekarang, dia bisa mengetahui ketulusan Alex ketika mengatakannya. Dia mengangguk di pelukan Alex. “Aku percaya kepadamu.”
Daisy harus percaya kepada Alex, karena kepercayaan adalah fondasi dalam sebuah pernikaha sejati.
***
“Ayah..”
Panggilan itu memenuhi ruangan hening di rumah sakit itu. Seorang pria paruh baya yang duduk di kursi sontak menoleh ke belakang dan memutar kursinya ke arah pria muda yang tersenyum ke arahnya. Dia tersenyum lembut seperti senyuman lembut semua Ayah seperti biasanya.
“Justin, kemarilah,” ucapnya.
Justin yang berdiri, menganggukkan kepalanya sembari melangkah mendekat ke arah pria paruh baya itu, lalu duduk di kursi yang disediakan di depannya. Pria paruh baya itu masih memakai jas dokternya, semua masih begitu rapi, dengan nama Rendra yang ada di mejanya. Ya, Rendra, Ayah Justin.
“Bagaimana? Kedua orang sialan itu tidak berhasil mengatakan sebenarnya kan? Apa keluarga Christian ada yang mencurigaimu?”
Justin menggeleng. “Tadi dia nyaris mengatakannya, Ayah. Tapi syukurnya dia belum berhasil mengatakannya. Aditya dan Sophia tidak curiga denganku, dia malah menuduh Daisy sebagai dalangnya. Tapi Alex, dia sangat mempercayai Daisy dan aku yakin, dia pasti mencurigaiku.”
Rendra disana menampakkan senyum miringnya, sangat berbeda dengan senyum yang biasanya dia tunjukkan kepada para pasien-pasiennya. “Disini dalangna adalah Daisy, tampaknya kita tidak boleh mengulur waktu, kita harus segera menjalankan rencana kita. Kau harus segera menyiapkannya.”
“Benar Ayah, aku juga berpikir demikian, aku takut mereka berhasil menemukan bukti-buktinya. Jadi tadi aku mengajak sekeluarga Christian untuk makan bersama, tapi tetap di rumah keluarga Christian, besok malam. Ayah bisa datang?”