“Eugh.”
Lenguhan itu keluar dari bibir Alex. Kelopak mata Alex yang sedaritadi hanya diam, sekarang mulai bergerak dan akhirnya terbuka. Pandangannya yang kaur perlahan-lahan mulai terfokus dan jelas. Alex meringis ketika dia merasakan sakit di kepalanya, dia yakin itu adalah pengaruh obat bius.
Alex memandang ke sekitar dan menemukan Aditya sudah terbangun dan menatapnya cemas, mulutnya dilakban. Dia beralih ke Sophia yang dalam keadaan yang sama dengannya. Dia juga dilakban, Alex hanya geleng-geleng kepala, tidak menyangka mereka bisa selicik itu.
“Kenapa Alex? Apa kau mau berbicara sesuatu? Adikmu juga. Kita dengarkan dulu adikmu ya,” ucap Rendra, kemudian dia berjalan meghampiri Sophia. Alex langsung memberontak, takut dia ingin mencelakai Sophia. Dia melihat Justin ikut berlari cepat di belakang Rendra.
Rendra tersenyum, menatap Sophia yang menatap keduanya tajam. Kemudian dengan kasarnya, dia melepas lakban di bibir Sophia membuat Sophia meringis kesakitan membuat Alex memberontak semakin keras dengan suara teriakan dan caci makinya yang tertahan.
“Ayah!” Justin tiba-tiba berteriak membuat Rendra menoleh ke arahnya. “Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak menyakiti Sophia? Sophia—“
“Kata siapa?” Rendra menatapnya dengan tatapan tajamnya, kemudian dia menampakkan senyuman miringnya. “Aku mau membunuh mereka semua, termasuk kekasih kecilmu.”
“Ayah!”
“Untuk apa kau sok jagoan membelaku?” Sophia berbicara dan memberikan tatapan tajamnya kepada Rendra dan Justin. Dia mengingat, betapa sakit hatinya mengetahui jika Justin benar-benar mengkhianatinya. “Kau akan selalu berkhianat, kau sudah menorehkan luka yang tidak bisa hilang.”
Justin tertohk mendengarnya. Dia tahu, kalau yang dia lakukan ini memang akan menorehkan luka yang sakit dan membekas, tapi dia juga tidak mau melakukan ini, dia terpaksa, dia sangat mencintainya. Dia berjalan mendekati Sophia, kemudian jongkok di hadapan Sophia yang enggan menatapnya.
“Sophia, maaf. Aku tidak mau juga melakukan ini, aku hanya ingin membuat orang tuaku tenang disana,” ucapnya sebari mengelus tangan Sophia yang sama sekali tidak merespon. Dia berharap setidaknya Sophia dapat mengerti posisinya.
Sophia menatap ke arahnya dan menampakkan senyuman miring. “Agar orang tuamu tenang? Apa orang tuamu menyuruhmu untuk mengkhianatiku?” tanyanya dengan senyuman sinis.
Tatapan cinta dan senyum lembutnya itu seakan hilang ditelan bumi, hanya ada kesinisan dan kebencian yang terpancar disana. Justin menggelengkan kepalanya berulang kali, dia menggengam tangan Sophia semakin erat dan di saat bersamaan, Sophia memberontak, walau tidak berhasil karena tangannya diikat.
“Bisakah kau tidak usah menyentuhku? Kau bisa berbicara tanpa menyentuhku kan?” tanyanya sinis.
Justin menggeleng, dia malah menggengam Sophia semakin erat. “Percayalah, aku mencintaimu, aku tidak mungkin tidak mencintaimu. Kau tahu maksud keadilan untuk orang tuaku?”
Sophia hanya diam sembari membuang muka, sangat enggan untuk menatap wajah Justin. Justin menghela napasnya, dia takut ini akan menyakiti Sophia, tapi ini agar Sophia mengerti kenapa dia tega melakukan semua itu. Dia benar-benar terpaksa melakukannya, dia harus.
“Orang tuaku meninggal karena Ayahmu, Aditya.”
Sophia yang tadi membuang muka lekas menoleh ke arah Justin yang menatapnya sendu. “Apa maksudmu?! Kenapa kau menuduhnya sampai seperti itu?!” marah Sophia.
Justin menghela napasnya. Dia sudah menyangka Sophia akan bereaksi seperti ini. Kalau dia di posisi Sophia, dia juga akan bereaksi yang sama. Justin melirik ke arah Aditya yang membulatkan matanya terkejut, lalu menatap Sophia yang sekarang memberikan tatapan tajam dan kemarahan. Tapi Justin tahu, Sophia tengah menyembunyikan keterkejutannya.
“Itu benar Sophia. Ayahmu tanpa sengaja menabrak mobil Ayah kandungku dan Ibuku, kemudian mobil mereka masuk ke dalam jurang dan akhirnya mereka meninggal. Lalu Ayahku tahu mereka memiliki anak dan memberikannya kepada Ayahku sekarang, Rendra. Dia memberikan uang untuk pengasuhanku dan langsung pergi. Saat itu, aku masih kecil dan aku tidak mengingat wajahnya yang masih muda itu dengan jelas,” ucapnya.
Dia menarik napasnya sendiri untuk mengisi paru-parunya dengan udara yang rasanya sangat sulit dia hirup. Saat mengetahui fakta itu, dia juga sangat tersakiti, terlebih Aditya adalah Ayah Sophia. Tapi dia masih lega karena Sophia bukan anak kandung Aditya. Kemudian kembali memandang Sophia yang masih shock.
Pernyataan Justin juga membuat Alex terkejut, dia menoleh ke arah Aditya seakan meminta penjelasan. Aditya tidak pernah mengatakan hal ini kepadanya. Tapi Alex melihat Aditya yang menggeleng cepat sebagai isyarat untuk membantah hal itu. Dia tidak bisa bicara karena mulutnya dilakban sekarang ini.
“Tapi Ayah memberikanku foto masa muda Ayahmu, Aditya dan aku membandingkannya. Itu memang Ayahmu. Saat itulah aku mengerti kenapa Ayahmu tiba-tiba mengizinkan hubngan kita, itu karena dia merasa bersalah mengetahui aku adalah anak dari orang tua yang dia tabrak sampai dia meninggal,” ucapnya tanpa jeda.
Sophia menatap Justin dengan tatapan tidak percaya, dia seakan mau menangis sekarang. Matanya sudah memanas, dia megingat kejadian dimana Justin datang, awalnya Aditya sangat marah, tapi ketika Justin mengatakan nama lengkapnya, Aditya tiba-tiba menyetujui hubungan mereka. Itu memang aneh, tapi Sophia awalnya tidak memedulikannya.
Tapi sekarang dia begitu terkejut mengetahui alasan yang sebenarnya dan dia juga tidak menyangka kalau Aditya ternyata melakukannya karena rasa bersalah? Dia memandang ke arah Aditya dengan mata berkaca-kaca karena jujur, dia menjadi merasa malu sekaligus merasa bersalah karena penyebab kematian kedua orang tuanya karena Justin.
Walau Aditya bukan Ayah kandungnya.