Dalam menjalani rencana busuknya, setelah Alex dan yang lainnya pingsan, dia langsung membawanya ke lantai 3, di gudang. Sedangkan dibawah ada beberapa pelayan dan bodyguardnya yang menjaga disana jika ada orang. Nanti kalau ada yang menanyakan mengenai keluarga Christian, maka pelayan disana yang akan menjawabnya.
Rencana ini memang sudah dibuat setelah dia berdiskusi dengan Justin yang dia manfaatkan dan semuanya berjalan dengan mulus.
Sedangkan Justin, selama diikat dia hanya melamun, meresapi sakit hatinya yang semakin menggila, saat menatap Rendra, dia malah semakin sakit hati. Kepercayaannya bena-benar hancur dan dia hanya menunduk ketika Sophia menatapnya iba, sekaligus khawatir, dia begitu malu sekarang menghadapi keluarga Christian.
Dia dimanfaaatkan dan dia begitu mudah percaya, dia hanya menunduk dengan air matanya yang terus mengalir.
Sedangkan Alex, dia terus memaki Rendra yang malah membalasnya dengan senyuman liciknya dan tawanya yang membuat Alex mau membungkam bibirnya. Di lain sisi, dia juga sangat khawatir dengan Daisy. Dia tahu bagaimana Daisy, terlebih tadi Daisy menangis, pastinya Daisy akan datang kemari.
Alex benar-benar akan melakukan apapun jika sampai Rendra berani menyakiti Daisy, istrinya. Dia bahkan meneriakkan itu berulang kali. Tapi bukan Rendra jika dia gentar dengan ancaman Alex itu. Dia malah semakin gencar mngatakan kemungkinan-kemungkinan yang akan dia lakukan kepada Daisy.
Itu berhasil membuat Alex tegang.
“Rendra! Aku sudah mengatakan semuanya kepadamu! Kalau sampai kau menyakiti Daisy sedikit saja, aku pasti akan melakukan sesuatu kepadamu! Jadi jangan sakiti Daisy!” teriak Alex untuk kesekian kalinya sembari memberontak.
Rendra hanya tertawa licik, dia malah menikmati kemarahan Alex yang baginya seperti pertunjukan. Rendra hanya duduk di kursi sembari melihat semua keluarga Christian, tapi dia sagat tertarik dengan kemarahan Alex dan kesedihan, penyesalan Justin.
“Tuan Rendra.”
Rendra lekas menoleh dan menemukan anak buahnya masuk kedalam. “Ada apa?”
“Nyonya Daisy sudah datang.”
Rendra lekas kembali tersenyum, sedangkan Alex matanya membulat seketika, semua orang disana juga lekas mendongak. “Suruh dia masuk,” titahnya dibalas anggukan kepala anak buahnya yang langsung keluar darisana. Rendra menatap Alex yang panik. “Baik Alex, ayo kita mulai permainannya.”
Alex lekas menatap Redra dengan tatapan tajamnya, aarahnya terpancar jelas disana. “Daisy! Apa yang kau lakukan?! Jangan sakiti dia!”
Rendra menghela napasnya, kemudian berdiri dari tempatnya, menatap Alex melalui sudut matanya. “Kau lihat saja ya.”
“Rendra! Kau kejam, kau bodoh, aku egois! Jangan sakiti Daisy yang sama sekali tidak berhubungan dengan obsesimu bodoh! Lepaskan mereka semua juga!!”
Justin yang sedaritadi diam akhirnya berteriak, dia memandang ke arah Rendra dengan tatapan berapi-api, semua emosi ada dalam sana, bercampur aduk. Rendra hanya tertawa licik, menatap Justin yang tengah marah. Sophia menjadi panik seketika, takut Rendra akan melakukan apa kepada Justin yang emosinya tidak stabil.
“Jangan mengatakan apapun, nanti kau tambah marah, diam saja, alatku.”
Justin mengepalkan tangannya yang diikat untuk menahan amarahnya. “KAU KURANG AJAR RENDRA!! KAU AKAN MATI MENGENASKAN ANTI!! LIHAT SAJ!!’ teriak Justin sembari memberontak saking marahnya.
“Tuan, kami sudah membawa Daisy.”
Rendra lekas menoleh kesamping tanpa mempedulikan Justin yang masih marah, dia tersenyum lebar menemukan Daisy disana, dibawa oleh anak buahnya. Sedangkan Alex, matanya membu;at seketika menemukan Daisy disana.
“Ah, selamat datang.”
Rendra tersenyum sembari melirik ke arah Alex yang langsung panik, begitupula dengan seluruh keluarga Christian. Rendra menatap ke arah Daisy yang arah pandangnya langsung ke Alex membuatnya tertawa kecil sembari berjalan menghampiri Daisy yang sedikit menjauh darinya.
Tanpa aba-aba, dia memegang dagu Daisy membuat Daisy menoleh ke arahnya dengan mata membulat karena terkejut.
"Hai Nyonya Daisy," ucapnya dengan senyum memuakkannya.
"HEI RENDRA!!" teriak Alex.