“Kak Alex!!”
“Tolong jaga Adikmu dengan baik!”
“Ayah, jangan marahi Sophia lagi!”
“Terima kasih Kakak! Kau sangat berharga dalam hidupku.”
“Aku mencintaimu, Daisy.”
“Daisy, aku rela tinggal bersamamu, meninggalkan semuanya.”
“DAISY!!”
“DAISY!!”
Teriakan Alex terdengar jelas di ruangan rumah sakit itu. Alx langsung terduduk di tempatnya dengan napas terengah dan keringat dingin yang menghiasi keningnya dan tubuhnya. Alex memegang kepalanya yang terasa sait, walau tidak sehebat kemarin. Ini lebih ke nyeri sakit kepala. Alex terkejut, dia mengingat semuanya.
Tentang siapa Sophia, Aditya, Justin, dan untungnya dia tidak melupakan Daisy. Alex menghapus keringatnya hingga kejadian terakhir sebelum dia pingsan terbesit di kepalanya membuat matanya membulat seketika. Daisy tertembak, bagaimana keadannya? Alex kalut.
“Kak Alex!”
Namun Alex lekas menoleh ketika pintu ruangannya terbuka, teryata yang memanggilnya adalah Aliando yang dengan panik berlari menghampirinya, tak lama disusul oleh Jack dan Keira.
“Kak Alex, kenapa denganmu? Aku mendnegar teriakanmu dari luar,” ucapnya cemas.
“Al, bagaimana dengan Daisy?” tanya Alex langsung, dia tampak begitu cemas. “Dia tertembak kan? Dimana dia? Aku mau bertemu dengannya.”
“Kak, Kak!” Aliando sedikit menaikkan nada bicaranya membuat Alex menatapnya. “Tenang dulu Kak, Kak Daisy baik-baik saja, dokter bekata kita tepat waktu membawanya dan kita berhasil menyelamatkan Kak Daisy, hanya saja dia tidak akan sadar dalam waktu dekat. Sedangkan kau, kau hanya terbentur dan reaksimu wajar untuk kepalanya yang terbentur saat amnesia.”
Mendengar penjelasan Aliando, Alex menghela napas lega. Setidaknya dia tahu jika Daisy ternyata baik-baik saja, walau tidak akan sadar dalam waktu dekat. Kemudian Alex mengedarkan pandangan ke sekeliling dan dia baru menyadari jika Sophia dan Aditya tidak ada disini, dia mengeryitkan keningnya, lalu menatap Aliando.
“Al, dimana Ayah dan Sophia?”
“Ah, mereka ada di kantor poisi untuk kasus Aditya dan Justin. Dia dibutuhkan sebagai sanksi dan Sophia menemaninya. Paman Jack, aku, dan Keira menunggu disini, sekaligus menjaga kalian berdua,” jelas Aliando.
Alex mengangguk mengerti. “Aku mau bertemu dengan Daisy, dimana dia?” tanyanya akhirnya.
“Dia ada di ruangan sebelah, dia baik-baik saja, tapi anda masih membutuhkan banyak istirahat, jadi sebaiknya anda disini saja,” ucap Jack sekaligus menasihati. Aliando menganggukkan kepalanya setuju, memang dokter juga menyarankan hal itu, Alex butuh istirahat.
Tapi bukan Alex jika dia menurut. “Tidak, aku mau tetap bertemu Daisy, aku sudah baik-baik saja, biarkan aku bertemu dengan Daisy.”
Aliando menghela napasnya, dia sudah tahu sebenarnya kalau Alex akan menolak. Dia memandang ke arah Jack dan Keira, meminta pendapat. Jack tersenyum dan menganggukkan kepalanya, dia tahu jika dia menghadang Alex bertemu dengan Daisy, Alex tidak akan mau dan bisa saja menjadi masalah nantinya.
Alex tersenyum senang. Dia sangat merindukan Daisy.
***
Pintu ruangan Daisy yang tertutup perlahan mulai terbuk, menampilkan Alex yang tengah duduk di kursi roda dengan Aliando yang membantu mendorongkan kursi rodanya. Wajah Alex masih pucat. Kemudian Aliando melepaskan tangannya, kemudian Alex memutar kursi rodanya sendiri. Alex memang sudah mengatakan keinginannya ini kepada Aliando.
Dia memutar kursi rodanya sendiri mendekati brankar Daisy. Sesampainya disamping Daisy, dia meraih tangan Daisy yang terasa dingi, entah itu karena pengaruh pendingin ruangan atau tidak. Kemudian Alex menggengamnya dengan erat, rasanya dadanya begitu sesak melihat Daisy yang tidak sadarkan diri dan tidak berdaya.
Alex tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri karena andai saja dia bisa melindungi Daisy, pasti Daisy akan baik-baik saja, dia seperti ini karena melindungi Alex, padahal seharusnya Alex yang menjaga Daisy, bukan malah sebaliknya.
Alex berusaha memaksakan senyum, walau matanya memanas. “Daisy, sebenarnya aku tidak tahu harus berterima kasih atau memarahimu karena kau seperti ini karena melindungiku. Aku tahu kau mencintaiku, tapi tidak seharusnya kau mengorbankan diri untukku, seharusnya aku yang melakukannya.”
Alex menghela napas panjang, berusaha sekuat tenaga menahan air matanya yang mulai menggenang. “Tapi bagaimanapun aku berterima kasih karena sudah menyelamatkanku, kuharap kau tidak akan melakukan ini lagi dan ya, aku memang tidak akan membiarkan ini terjadi lagi.”
Alex meletakkan tangan Daisy ke wajahnya dan tersenyum manis. “Cepatlah sadar, lalu kita akan kembali hidup bersama. Jika sampai Ayah masih tidak menerimamu, aku berjanji akan ikut denganmu pergi,” ucap Alex.
Raut wajahnya menunjukkan dia tidak main-main dan begitu serius dengan ucapannya. Alex sudah bertekad, dia tidak akan berpisah dengan Daisy.
Alex bersumpah.
***
Aliando dan Keira tersenyum sembari melihat kedalam ruangan Daisy yang sengaja mereka buka sedikit. Mereka tidak bisa berhenti tersenyum melihat Alex yang selalu berkomunikasi dengan Daisy, sesekali mengecup tangan Daisy yang tengah digenggamnya. Keira bahkan terkekeh kecil melihatnya.
“Mereka begitu romantis ya?” ucap Keira dibalas anggukan kepala Aliando.
“Mereka memang sangat romantis, aku saja sering diacuhkan oleh mereka ketika mereka mulai beromantisan.”
Keira terkekeh kecil mendengarnya, terlebih terlihat wajah Aliando yang tampak sebal ketika membahasnya. “Kau harus bersabar, aku harap sekarang Tuan Aditya akan mengizinkan keduanya untuk bersama, sedih sekali kalau mereka kembali terpisah.
“Tentu saja dia harus merestui hubungan mereka, pria itu sudah tua, seharusnya dia melihat kebahagiaan putranya, bukannya malah menghalanginya, padahal Kak Daisy begitu baik dan ramah, menurutku dia hampir sempurna. Tapi dia tidak menyetujuinya, kenapa? Karena Kak Daisy miskin? Kurang sepadan. Ih.. kesalnya aku.”