Rumah bercat putih kecil sederhana berdiri ditengah hiruk-pikuk kota di sekitar pekarangan ditumbuhi bunga-bunga, rumput hijau dan kupu kupu bertebangan menghiasi keindahan dunia kecil pemilik rumah, tidak banyak perabot yang modern hanya perabot unik berupa vas, cangkir dari tanah liat sedangkan ruang tamu terdapat dua kursi meja yang serba sederhana terbuat dari kayu.
Istana Surga mungil yang nyaman untuk ditempati suami istri muda, tidak lama kemudian muncul pria bertubuh tinggi, rambut hitam, bermata coklat, berwajah lembut masih memakai piyama tidur dari ruang kamar mencari istri tercinta
“Sina...., Sinaaaa.... ?” panggil pria itu menuju pintu depan rumah yang terbuka, matanya silau dengan mentari pagi, reflek telapak tangan menutupi wajahnya agar tidak menghalangi pandangannya, tidak lama kemudian ia menemukan punggung wanita yang tak lain adalah sina, istrinya.
Huan berhenti disudut depan pintu rumah, “Mungkin Sina gak dengar" bisiknya dalam hati.
Huan tersenyum simpul memandang punggung belakang istrinya yang sedang asik menyiram bunga, rumput disekitarnya sambil menyenandungkan lagu, wajahnya selalu berbinar menyamai asrinya udara pagi begitu menyegarkan.
Mata Huan menerawang memandang Sina “Kamu adalah yang terindah, satu satunya yang terindah”, huan berkata lirih pelan nyaris berbisik terdengar untuk dirinya kemudian melangkah pelan mendekati tepat dibelakang Sina
Sina selesai dengan tugas rutin pagi nya ia berbalik, tubuh sina terlonjak kaget “Ups, kau disitu sejak kapan?” tanya Sina heran alis mata terangkat melihat huan tersenyum kecil, tangannya terulur tidak sabar memegang sudut pinggir piyama yang dipakai Huan