Dua Minggu berlalu tanpa terasa hari – hari gue sepulang sekolah gue habiskan bersama dua sahabat baru gue Azzam dan Gita di rumah sakit kondisi Gita semakin membaik setiap harinya.
Yusha menepati janjinya untuk tidak menemui Gita dan di sibukkan dengan penyilidikannya yang perlahan menemukan titik temu.
“Git gimana Lo benar sudah siap buat bertemu dengan Yusha? “ tanya gue menepuk pelan bahu Gita yang berdiri di samping jendela memandang taman.
“Gue siap Dee, gue rasa ini sudah waktunya gue nggak bisa terus menerus lari gue harus kuat dan berani kalau gue mau kembali seperti dulu berbaur dengan masyarakat umum gue harus coba menekan ketakutan gue dengan bertemu dengan Yusha lebih dulu.” Gita mengalihkan pandangannya ke arah gue dengan penuh tekad.
“Oke besok gue akan mengajak Yusha ke sini, dan ada kabar baik juga buat Lo Git Yusha sudah berhasil menemukan siapa dalang penyebar foto itu.“
Gita terlihat kaget begitu juga Azzam yang baru saja muncul membawa baki makanan untuk Gita.
“Lo serius Dee?" ujar Azzam tak percaya.
“Gue serius besok gue akan mengajak Yusha ke sini dia bilang akan menunjukkan langsung ke kita siapa orang itu, “ jawab gue meyakinkan Azzam dan Gita.
Hari ini seperti biasa sepulang sekolah gue berkunjung ke rumah sakit tapi tidak lagi sendiri melainkan bersama Yusha gue lihat Azzam dan Gita sudah ada di taman melihat ke datangan kami.
Azzam berdiri dari duduknya dan pergi menjauh gue menyenggol bahu Yusha pelan.
“Sudah sana samperin,“ ujar gue mendorong Yusha ke arah Gita gue memutuskan untuk mencari tempat teduh di sekitar mereka gue mau mendengar pembicaraan mereka mungkin ini sedikit tidak terpuji tapi mau bagaimana lagi rasa penasaran sudah membutakan logika gue.
Gue mengamati Yusha dan Gita tak lama ada seseorang yang menepuk pundak gue dari belakang gue menengok dan ternyata Azzam.
“Gue cari Lo dari tadi, nggak tahunya malah di sini mengintip.“ Azzam memicing ke arah gue.
“Husst diam!“ gue menarik Azzam membekap mulutnya dengan tangan gue dan sekali lagi fokus melihat ke depan sepertinya mereka sudah mulai mengobrol tidak lagi diam – diaman.
“Hai Git gimana kabar Lo, “ ujar Yusha membuka percakapan.
“Gue baik, Lo sendiri?“ jawab Gita dengan sedikit gemetar.
“Gue baik sini menghadap ke gue masak kita ngobrol Lo malah memunggungi gue nggak enak kan?“ Yusha membalikkan badan Gita tepat di hadapannya.
“Kalau mau ngobrol tinggal bilang saja kenapa harus menatap Lo segala.“
Gita menunduk mengalihkan pandangannya dari Yusha.
“Lihat gue.” Yusha menarik dagu Gita agar menatapnya.
“Git gue minta maaf sudah buat Lo menderita, gue minta maaf karena meninggalkan Lo sendiri tanpa jejak maaf gue karena gue kehidupan Lo jadi hancur gue menyesal Git. Gue mau menebus semua itu dan bertanggung jawab Lo mau kan menerima gue kembali beri gue kesempatan satu kali lagi gue akan mengajak orang tua gue menemui kedua orang tua Lo gue mau melamar Lo Git itu bukti keseriusan dan bentuk tanggung jawab gue.”
“Beri gue satu kesempatan lagi gue janji nggak akan lari lagi meninggalkan Lo sendiri. Gue mohon Git maafin gue. Gue cinta sama Lo terlepas dari taruhan itu gue ingin Lo tahu kalau gue benar – benar tulus sama Lo.“ tangis Yusha bersimpuh di hadapan Gita.
Gue lihat mata Gita terlihat berkaca – kaca terlihat akan menangis juga ,Gita menarik Yusha untuk bangkit berdiri.
“Yus jujur gue juga cinta sama Lo tapi hati gue masih merasakan sakit itu Yus, gue mungkin bisa memaafkan Lo dan memberi Lo satu kesempatan lagi tapi hati gue nggak akan bisa semudah menghilangkan bekas luka yang ada.”
Yusha menarik Gita dalam pelukkan nya.
“Gue tahu, gue nggak akan memaksa Lo untuk itu pelan – pelan kita hadapi bersama – sama gue yakin cepat atau lambat luka itu akan menghilang dengan sendirinya seiring berlalunya waktu , Lo percaya sama gue kan dan beri gue satu kesempatan lagi buat bahagiakan Lo."