Sebuah bis melaju kencang melalui jalan tol antar propinsi pada pagi-pagi buta, tak lama kemudian bis itu keluar dari jalur tol dan menuju ke kota yang merupakan tujuan bis itu berikutnya. Kemudian bis melalui jalan yang agak rusak dan menanjak bukit, bis jadi lumayan berguncang dan karena itu jugalah Ahmad terbangun.
“Di mana ini ya ?” tanya Ahmad dalam hati dengan mata yang masih menyesuaikan dengan keadaan.
Samar-samar ia melihat papan nama terminal,di sana jalan mulai membaik.
“Perhatian pada para penumpang kita akan berhenti di Terminal Sukakali, bagi para penumpang yang ingin turun di sini mohon segera bersiap-siap untuk turun karena kami hanya berhenti sebentar ! Pastikan barang bawaan anda tidak tertukar atau tertinggal, jika ada barang yang tertinggal silakan menghubungi kantor cabang terdekat kami, namun jika hilang kami tak bertanggung jawab, terimakasih ” suara pengumuman bis.
“Yak ! Arya ! bangun ! kita udah sampai nih” ucap Ahmad membangunkan temannya.
“Nanti buk ! hari ini nggak ada kuliah pagi kok !” ucap Arya mengigau.
“YAK ! bangun ! barang bawaan lu kan banyak ! malah ngigau !” ucap Ahmad berusaha membangunkan temannya lagi.
“Eh, kita udah di mana Mad ?” tanya Arya begitu sadar.
“Udah mau sampai ! kemasin barang-barang ! jangan sampai ada yang ketinggalan !” perintah Ahmad.
“Iya...iya barang lu kan ada di gue juga !” jawab Arya.
Setelah sekitar sepuluh menit bis lalu berbelok ke arah terminal. Akhirnya bis berhenti di terminal bis kota sukakali.
“Perhatian kepada para penumpang ! bagi yang ingin turun di Kota Sukakali, silakan turun dengan hati-hati, periksalah barang bawaan anda sebelum turun, jangan sampai tertukar, tertinggal ataupun tercuri, dan bagi para penumpang yang ingin ke toilet terminal karena tidak nyaman dengan toilet bis silakan turun, bis ini akan berhenti selama 15 menitan. Terimakasih” ucap pengumuman yang ada di bis.
“Kota Sukakali ! bagi yang mau turun silakan” suara knek bis menggema melalui lorong koridor bis.
“Yak, cepetan mau turun kagak ?” ucap Ahmad yang sudah berdiri di koridor bis menunggu Arya yang masih mengutak-atik kameranya.
“Bentar ! kitakan sudah membayar mahal untuk perjalanan ini, nikmati bentar lah” canda Arya sambil tetap fokus mensetting kamera dslrnya.
“Dah yuk, udah selesai nih, mana tau dapat moment tak terkirakan waktu turun dari sini !” ucap Ahmad.
Setelah itu mereka turun dari bis, menuju terminal.
“Mau ke wc gak Yak ?” tanya Ahmad sambil berjalan ke terminal.
“Boleh ! tapi gantian aja, gue jaga barang dulu, lu ke wc, sekalian mau motret-motret sekeliling” jawab Arya.
Setelah berkeliling, mereka melihat tempat duduk kosong yang terletak tepat di pintu masuk wc.
(Papan tanda pintu masuk WC)
“Nah itu ada tempat duduk ! lu nunggu disana aja sementara gue ke wc” ucap Ahmad sambil menunjuk bangku di depan toilet tersebut.
“Iya iya” jawab Arya.
“Nih jaga baik-baik ya” ucap Ahmad sembari meletakkan tasnya di bangku panjang tersebut.
“Santai, siapa juga yang mau ngambil tas lu !” ucap Arya sambil duduk dan meletakkan tasnya disamping tas Ahmad.
(Kursi tempat mereka duduk, dari sini bisa tahu mana tas Ahmad dan Arya dari ukurannya, kiri milik Ahmad kanan milik Arya)
“Ngantuk banget ya ! sekarang jam berapa sih” ucap Arya dalam hati.
Setelah melihat sekeliling ia melihat jam dinding di salah satu pilar.
“Jam......setengah tiga. Pantasan dingin banget, Ah tidur bentar nggak masalahkan ? lagipula Ahmad selalu lama kalau urusan ke toilet” ucap Arya dalam hati.
“Yak, woi Arya ! bagus ya disuruh jaga malah tidur !” bentak Ahmad kepada Arya yang lagi tidur.
“Eh..? Haah ?” Ahmad tiba-tiba terjaga dari tidurnya.
“Eh Ahmad, udah ke wcnya ? kok nggak bilang-bilang” tanya Arya yang masih belum terlalu sadar.
“Udah dari 5 menit yang lalu Yak ! udah gih cepetan sana ke wc, cuci muka kek atau apa !” ucap Ahmad.
“Ya udah nih pegang dulu kamera gw, kamera lu masih dalam tas kan ?” ucap Arya sambil memberikan kameranya.
Setelah itu Arya lalu menuju ke toilet, sementara Ahmad merapikan barang-barangnya. Karena waktu di bis ia hanya memasukkan barang-barangnya karena keadaan di bis yang remang-remang, disini ia menyusun ulang barangnya.
Sekitar 10 menit kemudian Arya keluar dengan lumayan segar.
“Ah.., memang kalau cuci muka paling manjur kalau ngantuk, walaupun nggak ilang-ilang benar lah” ucap Arya dalam hati.
Saat berjalan menuju ke tempat Ahmad, ia melihat Ahmad sedang gelisah sambil mengobrak-abrik isi tas ranselnya.
“Eh, kenapa Mad, gelisah gitu keliatannya, keringetan lagi !, padahal masih dingin ini” tegur Arya santai.
“GPS !!!!!” jawab Ahmad tiba-tiba.
“GPS ?..... bukannya ada sama kamu Mad ?” jawab Arya kebingungan.
“IYA...tau ! tapi sekarang nggak ada ! di tas nggak ada di kocek juga gak ada !” jawab Ahmad terburu-buru.
“Terakhir kulihat bukannya kamu utak-atik waktu di bis !” jawab Arya.
“Iya.... lalu kumasukkan ke kocek depan kursi bis, lalu tidur !” Ahmad menjelaskan.
“Lalu waktu turun ? kamu bawa nggak ?” tanya Arya.
“EH !! rasanya sih udah diambil” ujar Ahmad dengan suara mengecil sadar akan kesalahannya.
“Ya udah kalau ketinggalan coba kita cari bis itu ! siapa tau masih terkejar !” ucap Arya sambil mengambil tas.
Lalu mereka berdua berlari mencari tempat mereka turun tadi.
“Lu yakin kita lewat sini tadi ?” tanya Arya.
“Eh..rasanya” jawab Ahmad yang sedang tidak konsentrasi karena masih kepikiran tentang GPS nya. Lagipula terminal bis itu besar (banget malahan).
Lalu tepat pada saat mereka berkeliling, tak sengaja Ahmad melihat bis mereka tadi sekitar 15 meteran dari tempat mereka berada.
“ITU YAK ! BISNYA !!!” ucap Ahmad sambil menunjuk bis tersebut.
“Ah benar Mad !! ayok cepat” ucap Arya sambil berlari menuju bis tersebut.
Saat berlari menuju ke sana, nampak bis itu mulai bergerak maju, Arya segera berlari meninggalkan Ahmad, tas berat yang dibawanya seperti tak terasa lagi, sementara Ahmad menjaga agar kamera yang dibawanya tak terbentur. Namun percuma, saat Ahmad sampai disana bis itu sudah menuju ke pintu keluar, Arya berusaha mengejar sambil memanggil, tapi percuma supir bis itu tak mendengar teriakannya dan pergi keluar terminal.