Taksi kemudian melaju keluar dari terminal menuju Kota Sukakali.
“Masih jauh pak dari sini ke kota ?” tanya Ahmad kepada supir taksi.
“Nggak kok mas, palingan lima menit lagi nyampe pintu kota kok” jawab Pak supir.
“Arya ambilin kamera gue di tas dong ! di bagian tengah” ucap Ahmad.
“Pake kamera gue aja dulu” jawab Arya sambil setengah tertidur.
“Iya deh !” jawab Arya jengkel.
Selang beberapa menit nampak pintu kota didepan, Ahmad segera mengambil beberapa foto.
“Fotografer Mas ?” tanya Pak Supir saat melihat Ahmad mengambil foto.
Ahmad lalu berhenti memotret sebentar sekalian mencari objek foto lain.
“Nggak juga, cuma hobi foto-foto aja, sekalian liburan” jawab Ahmad, lalu kembali mengambil beberapa foto lagi.
“Oooooh, soalnya.... bawa kamera gitu” jawab Pak Supir.
“Jaman sekarang Pak..., kalau nggak bawa kamera rasanya kurang aja gitu” jawab Ahmad.
“Bukannya bisa pake kamera hp ?” tanya Pak Supir.
“Bisa sih, tapi kualitasnya beda, memang lebih praktis” jawab Ahmad.
“Ooooh, begitu ya rupanya” jawab Pak Supir.
“Pak, bapak orang asli sini ?” tanya Ahmad tiba-tiba.
“Ya, bisa dibilanglah, tinggal sih disini tapi asli bukan dari sini, memangnya ada apa Mas ?” jawab Pak Supir.
“Mau nanya aja ! lokasi disini yang bagus buat foto-foto dimana ya ? yang punya pemandangan bagus gitu !” tanya Ahmad kepada pak Supir.
“Kalau disini ya.....” ucap Pak Supir sambil berpikir.
“Banyak sih, tapi rata-rata sama aja kayak kota lain yang dipinggiran sungai, palingan waterfront, kota tua, pertambangan, perkebunan itu aja sih paling yang menarik, memangnya rencananya mau kemana Mas ?” tanya Pak Supir.
“Rencananya sih mau ke Bukit Emas, buat mengambil foto sunset sama sunrise” ucap Ahmad sambil mengambil beberapa foto.
“Ckiiiiiiiiiiittttt” suara taksi mengerem tiba-tiba.
Ahmad langsung terkejut dan terlempar kedepan, untung ia menggunakan sitbelt, Arya yang dibelakang Ahmad kurang beruntung, karena tertidur dan tidak menggunakan sitbelt, Arya terlempar ke belakang kursi Ahmad dan langsung terbangun.
“Hah ! ada apa ?” tanya Arya begitu terbangun karena terkejut.
“Kenapa Pak ?” tanya Ahmad kepada Pak Supir.
“Nggak.... karena keasyikan ngobrol jadi nggak liat lampu merah !” jawab Pak Supir sambil menunjuk lampu merah.
( lampu lalu lintas menyala merah yang lupa dilihat Pak Supir)
“Oh kirain karena saya ngomongin Bukit Emas, soalnya disana katanya agak angker belakangan ini” jawab Ahmad.
“Oooooh Mas tau juga” jawab Pak Supir.
“Jaman sekarang Pak ! kecepatan penyebaran berita lebih cepat dari nyari berita lagi” ucap Ahmad sedikit bercanda.
Lalu taksi mulai maju tapi tiba-tiba taksi mengerem secara tiba-tiba ( lagi ), Ahmad jadi agak terlempar kedepan.
“Kenapa Pak ? salah liat lampu lagi ?” tanya Ahmad agak khawatir.
“Nggak... cuma terkejut waktu mas ngomong mau pergi ke Bukit Emas” jawab Pak Supir.
“Memangnya ada apa Pak ? apa seangker itu ?” tanya Ahmad sambil meletakkan kameranya di pangkuannya karena penasaran dengan sikap Pak Supir yang jadi kelihatan khawatir.
“Dari dulu memang dikenal agak seram tapi Belakangan ini banyak terjadi peningkayan ‘kejadian’ di sana” ucap Pak Supir sambil menjalankan taksinya.
“Kejadian kayak apa Pak ?” tanya Ahmad penasaran.
“Katanya banyak yang waktu disana melihat suku ‘Penduduk Asli’, malahan ada yang kecurian, dan diserang” kata Pak Supir.
“Penduduk Asli ? orang kampung sekitar Bukit Emas maksudnya ?” tanya Ahmad penasaran.
“Wah kamu banyak tau ya Mas ?” tanya Supir Taksi penasaran.
“Yah nggak banyaklah, dulu pernah tinggal disini soalnya dengan Paman saya” jawab Ahmad.
“Lah kenapa nanya lokasi-lokasi liburan, kalau pernah tinggal disini ?” tanya Pak Supir agak kesal.
“Kan itu dulu sekali Pak ! kalik aja ada yang berubah” ucap Ahmad.
“Ya nggak banyak yang berubah Mas, paling nambah gedung aja” jawab Pak Supir.
“Ya udah sambung yang tadi Pak, gimana kelanjutannya ?” tanya Ahmad.
“Oh ya, Bukan, bukan penduduk sekitar, malahan para penduduk sekitar berpindah kesini sejak setahunan yang lalu gitu ke kota karena di sana katanya banyak di ganggu” jawab Pak Supir.
“Jadi masih ada orang nggak disana ? di desa sekitar ?”
“Sejak sebulanan yang lalu sudah benar-benar kososng”
“Pemerintah nggak turun tangan ?” tanya Ahmad.
“Ya akhirnya turun tangan juga, mereka mengirim tim ke hutan itu tapi mereka nggak menemukan hal yang janggal di sekitaran hutan” jawab Pak Supir.
“Kalau di desanya gimana ?” tanya Ahmad.
“Tim yang kesana berpendapat tak ada yang janggal, kecuali lumbung makanan yang terbakar secara misterius menurut penduduk sekitar” ucap Pak Supir.
“Kok bisa gitu Pak ?” tanya Ahmad.
“Menurut grup investigasi yang ke sana...mungkin terbakar karena korslet listrik” jawab Pak Supir.
“Ooooh begitu.... itu aja yang terjadi ?” tanya Ahmad ingin.
“Masih banyak yang lain tapi udahlah, jangan ngomongin kayak gitu lagi, mending ngomongin yang lain. Nanti malah jadi takut sendiri” ucap Pak Supir mengingatkan.
“Oh oke pak, oh ya Pak, ada lokasi minimarket yang masih buka nggak di sekitaran sini ?” tanya Ahmad.
“Ada kok yang 24 jam, malah tersebar luas di kota ini dan di ujung jalan ini juga ada” jawab Pak Supir.
Setelah beberapa menit taksi itu sampai di depan sebuah minimarket, Pak Supir lalu parkir dengan memasukkan kepala mobil dulu dan membuka kaca.
“Tunggu bentar ya Pak, saya segera kembali” jawab Ahmad sambil keluar dari taksi.
Setelah sekitar sepuluh menit Ahmad keluar dari minimarket.
“Maaf agak lama Pak” ucap Ahmad saat masuk ke taksi.
“Nggak apa, memangnya ada apa, kelihatan khawatir gitu tadi ?” tanya Pak Supir.
“Ini lupa, mau beliin buah tangan buat Paman” ucap Ahmad sambil menunjuk kantong belanjaannya.
“Oh... kirain tadi kebelet ke wc” ucap Pak Supir sambil memundurkan mobilnya.
“Nggak kok, tadi di terminal udah ke WC, oh ya ini buat Bapak” ucap Ahmad sambil menjulurkan tangan dengan memegang sebuah kopi kemasan botol ke Pak Supir.
“Oh ya...makasih” ucap Pak Supir lalu mengambilnya dari Arya lalu menaruhnya di samping pintunya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam-an, dan sedikit tersesat, mereka akhirnya sampai di rumah yang dituju.
“Di sini ya Mas ?” tanya Pak Supir sambil menunjuk sebuah rumah panggung yang agak gelap, hanya lampu teras yang hidup.
“Oh iya Pak, benar” jawab Ahmad karena mengenali rumah pamannya yang berwarna biru.
Lalu taksi menyebrang parit dan masuk ke halaman rumah itu, Ahmad membayar Pak Supir, setelah itu Ahmad langsung turun, Arya juga menyusul setelah tak sengaja terjatuh dari Taksi saat Ahmad membuka pintu untuk mengambil tasnya. Ahmad dan Arya kemudian berjalan ke atas teras rumah.
“Permisi,... Paman.....ini Ahmad ! ” teriak Ahmad di depan pintu sambil mengetuk pintu.
“Mad.... teknologi memanggil termutakhirkan sudah ditemukan, namanya ‘BEL’” ucap Arya sambil menunjuk sebuah bel di samping pintu.
( naaf gambar kegedean, bel di rumah Paman Ahmad)
“KRIIIIIIING......” suara bel berdering, namun tak ada jawaban.
“Coba lagi Yak !” ucap Ahmad.
“KRIIIIIIIING.......” suara bel berbunyi lagi, tetap sama, hening.
“Terakhir...” ucap Arya dalam hati sambil menekan bel.
“KRIIIIIIIIIIIIIIIING.......”, tapi tidak ada yang berubah.
“Coba lagi Yak !” ucap Ahmad.
“Udah 3 kali, mungkin pamanmu lagi pergi” ucap Arya.
“Bagaimana Mas, ada orangnya gak ?” tanya Pak Supir.
“Kayaknya lagi pergi, tapi kami nunggu di aja Pak” jawab Ahmad.
“Oh oke Mas, hati-hati ya !” jawab Pak Supir.
Lalu taksi itu pun pergi.
“Mungkin juga katamu tadi benar, bentar Yak !” ucap Ahmad sambil meletakkan ransel dan belanjaanya tadi. Lalu berjalan ke bawah dan melihat sebuah mobil suv putih.
“Kayaknya iya Yak, soalnya motornya nggak ada !” ucap Ahmad dari bawah.
“Ya udah tungguin aja dulu” ucap Arya sambil meletakkan tasnya di lantai disebelah kursi.
Menit demi menit berlalu lambat,namun Paman Ahmad tak muncul juga. Jalanan di depan rumah itu agak ramai, setiap 5 menit adabeberapa kendaraan yang lewat, tapi tidak ada tanda-tanda Paman Ahmad.
“Mad, coba kamu chat pamanmu” ucap Arya yang mulai bosan.
“Udah dari tadi Yak ! tapi Pamanku itu suka jarang bawa HP kalau pergi” ucap Ahmad.
“Masa sih, coba lu telepon !” ucap Arya.
“Ye nggak percaya lu ?” ucap Ahmad sambil menelepon Pamannya.
“TENONET-TENONET” suara telepon berdering dari dalam rumah.
“Tuh kan ! masih nggak percaya ?” tanya Ahmad sambil mengakhiri panggilannya.
“Jangan-jangan Pamanmu udah pergi kerja ?” ucap Arya berspekulasi.
“Nggaklah, Pamanku nggak kerja kantoran kok” Ucap Ahmad.
“Memangnya Pamanmu kerja apa Mad ?” tanya Arya.
“Dia pemilik pertokoan, sawah, perkebunan gitulah...” ucap Ahmad.
“Widih orang kaya dong ?” tanya Arya.
“Ya nggak juga lah...” ucap Ahmad.
Lalu Arya dan Ahmad mengambil beberapa foto di sekitaran rumah, namun tidak ada tanda-tanda Paman Ahmad.
Sekitaran jam setengah enam, Arya melihat ada Motor yang berhenti di depan rumah.
“Mad....Ahmad, itu pamanmu ?” tanya Arya sambil mengguncangkan Ahmad yang tidur di kursi sampingnya.
“Eh... ada apa Yak ?” tanya Ahmad.
“Itu.... ada orang, pamanmu kah ?” tanya Arya sambil melirik orang yang sedang turun dari motor.
“Eh Paman......” ucap Ahmad lalu berjalan ke Pamannya dan menyalaminya, Arya juga ikut turun.
“Eh Ahmad, udah lama nunggu ?” tanya Pamannya agak terkejut.
“Nggak kok Cuma 1 jam an aja ....” ucap Ahmad.
“Wah...maaf kan Paman, tadi pergi ngopi dulu, mumpung dibayarin, kamu juga Mad kalau mau datang cuma ngabarin tanggalnya nggak sama jam” keluh Paman Ahmad.
“Ya soalnya waktu ngasih tau paman belum beli tiket, waktu nyari tiket cuma dapat yang bis malam” ucap Ahmad.
“Oh begitu...... ini temenmu ya ?” tanya Paman Ahmad.
“Oh iya, temen satu kos waktu kuliah” ucap Ahmad.
“Arya Pak, temennya Ahmad....” ucap Arya sambil menyalami Paman Ahmad.
“Oh, saya Pamannya..., ya udah kalian udah masuk belum ?” tanya Paman Ahmad.
“Ya belum lah, kalau nggak kami menunggu didalam” ucap Ahmad menanggapi candaan pamannya.
“Lah kamu udah lupa Mad, Paman kan selalu menyimpan kunci cadangan di balik pot bunga samping pintu !” ucap Paman Ahmad sambil mengeluarkan kunci dari koceknya.
“Kan udah lama, kirain udah ganti tempat” jawab Ahmad.
“Yang namanya kebiasaan susah di ubahnya....” ucap Paman Ahmad sambil membuka pintu.
“KRIEEEEET.....” suara pintu dibuka.
“Silakan masuk, maaf agak berantakan....” ucap Paman Ahmad sambil mempersilakan masuk.
Ahmad dan Arya lalu masuk sambil membawa barang-barang mereka, Paman Ahmad membuka jendela-jendela di sekitar ruang tamu. Ahmad dan Arya lalu duduk di kursi sofa panjang.
“Silakan dicoba kuenya, maaf cuma ada sedikit sama baru ada air mineral gelas, mau minum apa ? sekalian Paman mau masak air panas” tanya Paman Ahmad.
“Nggak usah repot-repot lah Paman...” ucap Ahmad.
“Nggak apa sekalian juga belum masak air dari pagi” ucap Paman Ahmad sambil berjalan ke dapur.
“Pamanmu tinggal sendirian Mad ?” bisik Arya.
“Biasanya tinggal sama anak bungsunya, yang lainnya udah pergi ke luar kota buat belajar atau kerja, istrinya udah meninggal” ucap Ahmad kepada Arya sambil berbisik.
Sekitar 10 menitan Paman Ahmad kembali ke ruang tamu.
“Nah sambil nunggu air panasnya masak, nih ada air kaleng, tenang belum sampai masa expired nya kok !” ucap Paman Ahmad sambil meletakkan beberapa air kaleng di meja.
“Makasih Paman, ngomong-ngomong Edo dimana Paman ?” tanya Ahmad tentang anak bungsu pamannya.
“Oooo.... Edo, Edo lagi pergi, sekolahnya ngikutin lomba dan Edo jadi salah satu peserta” ucap Paman Ahmad sambil duduk di kursi sofa tunggal.
“Hmmmm, begitu.....jadi Paman nggak apa-apa nih tinggal sendiri aja nih ?” tanya Ahmad.
“Ya iyalah, kan Paman juga jarang di rumah” jawab Paman Ahmad.
“Ini saya buka ya ?” tanya Arya sambil mengambil sebuah toples.
“Ya.... ya silakan, maaf cuman ada ini aja” ucap Paman Ahmad sambil membukakan beberapa toples di meja.
“Nggak apa, ini aja udah cukup” ucap Arya.
“Gimana Ahmad perjalanannya ?” tanya Paman Ahmad.
“Lumayan lah, perjalananya udah lebih baik dari dulu, tapi jalan masih kurang bagus dan agak bergelombang” ucap Ahmad.
“Ya memang jalannya kayak gitu, apalagi sejak ada perusahaan penebang kayu, jadi truk banyak mondar-mandir dan jalanan jadi agak rusak walaupun sudah diperbaiki, apalagi sekarang ada banyak gedung baru” ucap Paman Ahmad.
“Ya memang waktu perjalanan ke sini banyak melihat gedung baru” ucap Ahmad.
“Terminal juga baru selesai dibangun ulang kan ?” tanya Paman Ahmad.
“Ya memang kelihatan lebih bagus dari dulu, Oh ya ngomong-ngomong soal terminal, tadi di bis saya ada ketinggalan GPS !” ucap Ahmad.
“Ketinggalan ? jadi sekarang gimana ?” tanya Paman Ahmad penasaran.
“Udah selesai sih, udah dilaporin ke kantornya, barangnya juga udah ketemu. Tapi kalau mau ngambil disini harus nunggu 3 hari lagi” ucap Ahmad.