HYANG YUDA

mahes.varaa
Chapter #2

2. DEWA PERANG MENGEJAR IBLIS

Hyang Yuda yang baru saja memfokuskan pandangannya ke arah perang di hadapannya, kini justru perang di hadapannya itu perlahan mulai usai. Kelelahan yang teramat sangat dan titik kemenangan yang tidak terlihat di antara kedua belah pihak, membuat dua pihak yang berperang memutuskan untuk mundur di saat yang bersamaan. 

“Sial. . .” umpat Hyang Marana dengan kesal secara tiba – tiba. 

Umpatan Hyang Marana itu berhasil membuat Hyang Tarangga yang fokus dengan pekerjaannya mengalihkan perhatiannya sejenak. “Ada apa, Hyang Marana?” tanya Hyang Tarangga. 

“Hyang Yuda. . .” teriak Hyang Marana masih dengan rasa kesalnya. “Karena rasa bosanmu, apa kamu tidak melihat dua Durbiksa(1) yang baru saja melarikan diri?” 

(1)Durbiksa dalam bahasa sansekerta berarti iblis. 

Hyang Marana berteriak dan membentak Hyang Yuda dengan penuh amarah sembari menunjuk ke arah dua durbiksa yang baru saja melarikan diri dari lokasi perang. 

Hyang Yuda yang sempat mengalihkan pandangannya dan tidak fokus melihat jalannya perang, tidak menyadari jika ada dua Durbiksa yang baru saja melarikan diri. Tanpa diperintah, Hyang Yuda segera melayang di udara dan mulai memburu dua Durbiksa yang baru saja melarikan diri, meninggalkan Hyang Tarangga dan Hyang Marana yang masih sibuk dengan pekerjaannya. 

Semua Hyang yang tinggal di Amaraloka(2) memiliki beberapa kemampuan yang sama seperti membuat bayangan karena beberapa tugasnya yang tersebar di seluruh Janaloka, kemampuan ini dinamakan Pratiwimba(3). Kemampuan kedua yang dimiliki oleh semua Hyang adalah melayang di udara dengan kecepatan kasat mata hingga dalam sehari waktu manusia, Hyang bisa memutari Janaloka hingga jutaan kali. Kemampuan ini disebut dengan Gaganacara(4).

(2)Amaraloka dalam bahasa sansekerta memiliki arti Surga.

(3)Pratiwimba adalah kemampuan yang dimiliki oleh semua Hyang yang tinggal di Amaraloka karena banyaknya pekerjaan yang mengharuskan para Hyang berada di beberapa tempat dalam waktu yang bersamaan. Pratiwimba dalam bahasa Jawa Kuno berarti bayangan.

(4) Gaganacara adalah kemampuan semua Hyang yang tinggal di Amaraoka untuk melayang dan bergerak cepat.. Gaganacara dalam bahasa Jawa Kuno berarti melayang.

Dengan menggunakan kemampuan khusus yang dimilikinya yakni Wulung Caksu(5), Hyang Yuda mulai melacak keberadaan dua Durbiksa yang sedang melarikan diri. Sembari melayang di udara, Hyang Yuda melihat dua Durbiksa yang sedang dikejarnya memilih berpencar ke dua arah yang berbeda. Hyang Yuda yang saat ini sudah membuat bayangan hingga sembilan buah, kini terpaksa membuat satu bayangan dirinya lagi untuk mengejar Durbiksa yang melarikan diri ke arah yang berlawanan. 

(5)Wulung Caksu dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti mata elang. Wulung berarti Elang dan Caksu berarti mata. Kemampuan khusus yang hanya dimiliki Hyang Yuda yang bertugas sebagai Dewa Perang.

Sial. . . dua durbiksa ini menyusahkan sekali. 

Dari dalam pikirannya, Hyang Yuda mendengar suara Hyang Tarangga yang sedang berbicara dengannya menggunakan saluran komunikasi khusus para Hyang. 

[Apa kamu butuh bantuan, Hyang Yuda?]

Hyang Tarangga bertanya dengan suara yang terdengar penuh kecemasan. 

“Tidak. . . aku sudah membuat satu Pratiwimba untuk mengejar satu Durbiksa yang melarikan diri. . .” jawab Hyang Yuda. 

[Kamu yakin, Hyang Yuda?]

“Aku sangat yakin. . . aku pasti bisa menangkapnya dan membawanya ke hadapan Niraya Dorapala(6),” jawab Hyang Yuda dengan sangat yakin. 

(6)Niraya Dorapala berarti penjaga gerbang Neraka. Niraya yang dalam bahasa sansekerta berarti Neraka dan Dorapala yang dalam bahasa Sansekerta berarti penjaga gerbang.

[Baiklah kalau begitu. . . Kuharap kamu tidak berlama – lama, Hyang Yuda. . .]

Hyang Yuda memutus saluran komunikasinya dengan Hyang Tarangga dan mulai memfokuskan pikiran dan pandangannya ke arah Durbiksa yang sedang melarikan diri di hadapannya. 

“Jangan harap, bisa melarikan diri dariku, Durbiksa. . .” gumam Hyang Yuda merasa kesal. 

Lihat selengkapnya