HYANG YUDA

mahes.varaa
Chapter #6

6. DEWA PERANG MENANGKAP RAJA ULAR

Setelah berusaha memberikan sugesti kepada dirinya sendiri, Hyang Yuda kini mulai bisa menahan rasa mualnya lagi dan fokus mendengarkan saluran komunikasi dengan Amaraloka yang dibukanya. 

“Hyang Madyapada. . .” panggil Hyang Yuda melalui saluran komunikasi. 

[Aku di sini. . . apa yang ingin Hyang Yuda tanyakan padaku?] 

Hyang Madyapada menjawab panggilan dari Hyang Yuda.

“Bisakah aku bertanya, apa mungkin Hyang Madyapada mengetahui tentang Nagendra yang sedang memakan banyak manusia di sekitar tempatku berada?” tanya Hyang Yuda. 

[Tunggu sebentar, biarkan aku melacak lokasi tempat Hyang Yuda berasa saat ini.]

Hyang Madyapada dengan kemampuan khusus miliknya mulai melacak lokasi di mana Hyang Yuda berada. Sementara Hyang Madyapada sedang sibuk melacak lokasi, Hyang Tarangga berbicara dalam saluran komunikasinya. 

[Sejak siang tadi, ke mana saja Hyang Yuda pergi?] 

“Bisakah Hyang Tarangga tidak bertanya mengenai hal itu?” 

Hyang Tarangga hendak bertanya lebih lanjut lagi namun dihentikan oleh Hyang Madyapada yang sudah menemukan lokasi di Hyang Yuda berada. 

[Aku sudah menemukan lokasinya. . .]

“Lalu bagaimana menurutmu, Hyang Madyapada?” tanya Hyang Yuda penasaran. “Apakah sebelum ini, Nagendra ini sudah berada di sini? Jujur saja kukatakan, siang tadi aku berjalan melewati jalan yang sama namun tidak merasakan kehadiran Nagendra atau bahkan melihat bayangan Nagendra di sekitar sini. Namun saat malam tiba, angin malam yang berembus datang bersama dengan bau yang memuakkan dari genangan darah di tempat Nagendra sedang makan besar.” 

[Sebelum ini. . . tidak pernah ada catatan atau keluhan dari para manusia mengenai keberadaan Nagendra di lokasi itu. Hanya saja. . .]

Hyang Madyapada hendak melanjutkan ucapannya ketika dipotong dengan tiba – tiba oleh Hyang Marana. 

[Hanya saja apa? Cepat katakan yang jelas. . .]

Hyang Samirana dan Hyang Baruna yang ikut mendengarkan dalam saluran yang dibuka oleh Hyang Yuda pun juga mulai hilang kesabaran karena penasaran milik mereka. 

[Ya, cepat katakan. . .]

[Ada apa sebenarnya dengan lokasi di mana Hyang Yuda berada saat ini?]

Hyang Madyapada yang didesak oleh banyak Hyang pun mau tidak mau akhirnya memberi penjelasan kepada para Hyang yang tersambung dengan saluran komunikasi yang dibuka oleh Hyang Yuda.

[Sebenarnya. . . lokasi tempat Hyang Yuda berada sekarang adalah lokasi Girilaya(1). Beberapa ratus tahun yang lalu di tempat Hyang Yuda berada saat ini adalah lokasi di mana para Wasi(2) dikuburkan. Tanah di lokasi itu menjadi suci dan tenang selama beberapa ratus tahun lalu. Aku benar – benar tidak tahu jika ada Nagendra yang sedang menggunakan tanah suci itu untuk membantai para manusia.]

(1)Girilaya dalam bahasa sansekerta berarti bukit pemakaman. 

(2)Wasi dalam bahasa sansekerta berarti biksu, pertapa.

Hyang Yuda akhirnya mengerti kenapa di siang hari tadi ketika melewati jalan yang sama, dirinya sama sekali tidak menyadari keberadaan Nagendra maupun bau menyengat dari darah para korban Nagendra. Tanah itu merupakan tanah suci di mana aura gelap dari Nagendra dan Durbiksa biasanya akan tertutupi. Tapi malam ini, angin yang berembus sedikit kencang tidak bisa menyembunyikan bau memuakkan dari darah para korban Nagendra dan membuat Hyang Yuda yang menghirupnya merasa terganggu. 

“Inilah alasannya, kita para Hyang sama sekali tidak bisa merasakan adanya keberadaan Nagendra di tempat ini. Aura dari tanah suci menutupi aura gelap dari Nagendra. . .” jelas Hyang Yuda dalam saluran komunikasinya. 

[Jadi apa yang akan Hyang Yuda lakukan sekarang?]

Hyang Tarangga bertanya dengan nada sedikit khawatir. 

“Haruskah aku membunuhnya atau menangkapnya, Hyang Tarangga?” 

Hyang Yuda berbalik mengajukan pertanyaan kepada Hyang Tarangga dalam saluran komunikasi yang dibukanya ke Amaraloka. 

[Jangan dibunuh. . .]

Hyang Yuda mendengar suara Hyang Marana yang sedikit berteriak di dalam saluran komunikasinya dengan Amaraloka. 

[Jika tidak dibunuh, apa yang akan kita lakukan dengan Nagendra itu?] 

Kali ini, Hyang Baruna mengajukan pertanyaan kepada Hyang Marana. 

[Kita bisa menjadikannya hewan peliharaan di Amaraloka. . .]

Hyang Marana memberikan jawaban dengan nada santainya. 

[Siapa yang akan memelihara ular itu di Amaraloka? Bukankah kamu tadi juga merasa mual saat tahu bahwa Nagendra saat ini sedang melakukan pesta makan besar?]

Lihat selengkapnya