Di Amaraloka yang tenang. . .
Sangkar Kausala tiba – tiba muncul di tengah – tengah aula Amaraloka dan membuat beberapa beberapa Raksaka(1) yang berjaga terkejut.
(1)Raksaka dalam bahasa sansekerta berarti Penjaga.
Sangkar kausala yang tiba dengan Nagendra di dalamnya, kemudian berteriak dengan kencang memanggil nama Hyang Marana.
“Hyang Marana yang terhormat. . . aku, Sangkar Kausala pusaka dari Hyang Yuda datang mengantarkan hewan peliharaanmu. . .”
Teriakan Sangkar Kausala yang benar – benar kencang berhasil menarik perhatian beberapa Hyang yang terjaga akhirnya datang ke aula Amaraloka. Dari pintu gerbang Aula Amaraloka terlihat kedatangan Hyang Tarangga, Hyang Baruna, Hyang Byomanthara(2), Hyang Samirana, Hyang Amarabhawana dan terakhir Hyang Marana.
(2)Byomanthara dalam bahasa sansekerta berarti matahari.
“Apa – apaan ini?” tanya Hyang Byomanthara yang tidak tahu menahu dengan kejadian saluran pembuka yang dibuka oleh Hyang Yuda sebelumnya.
“Ini. . .” Hyang Tarangga berusaha memberi penjelasan, “karena Hyang Byomanthara tidur sebelumnya, Hyang Byomanthara tidak tahu mengenai saluran komunikasi yang dibuka secara keseluruhan oleh Hyang Yuda beberapa waktu lalu.”
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Hyang Byomanthara lagi.
“Kenapa Nagendra dikirim kemari?”
Kali ini Hyang Amarabhawana juga bertanya karena penasaran melihat Nagendra yang besar berada di dalam aula Amaraloka.
Hyang Tarangga berusaha memberi penjelasan kepada dua Hyang di hadapannya saat ini. “Begini. . . sebelumnya, Hyang Yuda menemukan Nagendra ini berada di tanah suci di pegunungan dan sedang melakukan pesta makan besar di sana. Hyang Yuda menghubungi seluruh Hyang yang masih terjaga untuk bertanya mengenai Nagendra yang bisa dengan mudahnya membunuh dan memakan manusia tanpa diketahui oleh Hyang di Amaraloka.”
“Tunggu sebentar. . .” Hyang Amarabhawana menyela. “Pesta makan besar? Maksudnya memakan banyak manusia?”
Hyang Tarangga menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Hyang Amarabhawana.
“Jika memang benar begitu, kenapa Hyang Yuda mengirim Nagendra ini kemari dan bukannya ke Kunjara(3)?” tanya Hyang Byomanthara dengan wajah heran.
(3)Kunjara dalam bahasa sansekerta berarti Penjara.
Hyang Tarangga hendak menjawab namun dengan cepat disela oleh Hyang Marana yang tersenyum senang melihat Nagendra dalam Sangkar Kausala milik Hyang Yuda.
“Aku yang memintanya untuk memberikan Nagendra ini padaku sebagai hewan peliharaan. . .”
“Kamu, Hyang Marana. . .” teriak Hyang Byomanthara dengan wajah tidak percaya. “Apa yang akan Hyang Marana lakukan dengan hewan peliharaan seperti itu?”
Dengan wajah senang, Hyang Marana menjawab, “Bukankah bagus punya satu hewan peliharaan di Amaraloka? Lagipula wujud Nagendra ini tidak begitu buruk. Lihat. . .” Hyang Marana menunjuk ke arah Nagendra dalam Sangkar Kausala. “Tubuhnya gemuk, sisiknya juga memiliki warna yang bagus kombinasi antara warna merah dan hitam. Bukankah Nagendra ini terlihat cantik?”
Hyang Byomanthara memandang ngeri ke arah Nagendra dalam kurungan Sangkar Kausala dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Hyang Marana yang tersenyum senang.
“Kalau begitu segera urus hewan peliharaanmu ini, Hyang Marana dan segera berikan kandang untuknya.”
Hyang Marana memandang bingung ke arah semua Hyang di depannya dan kemudian berkata dengan polosnya, “Ah, benar juga. Aku belum sempat menyiapkan kandang untuk Nagendra yang cantik ini.”
Hyang Amarabhawana kemudian menatap Hyang Tarangga dengan tatapan tidak percaya dan berbisik kepadanya, “Kurasa sesuatu yang buruk akan terjadi setelah ini. . .”
Hyang Amarabhawana dan Hyang Tarangga mundur selangkah demi selangkah karena merasakan sesuatu yang tidak beres akan terjadi. Sementara itu, Sangkar Kausalah yang melihat sosok Hyang Marana kemudian menyampaikan pesan Hyang Yuda kepada Hyang Marana.
“Hyang Marana yang terhormat, saya Sangkar Kausala pusaka dari Hyang Yuda mengantarkan Nagendra ini sebagai hadiah kepada Hyang Marana. . .” kata Sangkar Kausala.
Hyang Marana tersenyum senang mendengar suara kencang yang dibuat oleh Sangkar Kausala dan merasa bangga karena mendapat hadiah yang diinginkannya. Sangkar Kausala yang melihat wajah senang Hyang Marana kemudian melanjutkan pesan Hyang Yuda lagi.
“Hyang Marana yang terhormat, mohon maafkan Tuanku karena menangkap Nagendra dan membuatnya terluka karena Buntala. Sebagai permintaan maaf dari Tuanku, Hyang Yuda, saya Sangkar Kausala akan menyembuhkan Nagendra sebelum memberikannya pada Hyang Marana yang terhormat.”
Hyang Marana semakin merasa di atas angin mendengar ucapan Sangkar Kausala yang penuh rasa hormat kepada dirinya.
Sangkar Kausala kemudian menyembuhkan semua luka Nagendra dan berkata lagi kepada Hyang Marana, “Hyang Marana yang terhormat, apakah Tuan merasa senang dengan hadiah ini?”
Hyang Marana menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang.
“Baiklah kalau begitu. . . saya akan menyampaikan kepada Tuanku bahwa Hyang Marana merasa senang menerima hadiah ini. Sekian.”
Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Sangkar Kausala menghilang begitu saja dan melepas Nagendra yang tadi berada dalam kurungannya. Melihat Nagendra yang sudah sembuh dari semua luka yang diberikan oleh Hyang Yuda, semua Hyang yang berada di dalam aula Amaraloka seketika panik. Hyang Marana yang tadinya tersenyum bahagia kini berubah menjadi ketakutan melihat Nagendra yang mulai mengejarnya. Di sisi lain, Hyang Byomanthara yang sudah lama takut dengan hewan jenis reptil hanya bisa berteriak ngeri melihat Nagendra yang lepas kendali.
Nagendra mengamuk di dalam Aula Amaraloka dan menghancurkan beberapa barang di Aula Amaraloka. Amukan Nagendra membuat beberapa Raksaka yang berjaga dan beberapa Hyang yang berada di aula kalang kabut kebingungan memanggil senjata pusaka mereka masing – masing untuk menghentikan amukan Nagendra. Sementara itu, Hyang Tarangga dan Hyang Amarabhawana yang telah menjauh dan berada di sudut ruangan hanya bisa tertawa kecil melihat apa yang sedang terjadi saat ini.
“Sudah kuduga ini akan terjadi. . .” ucap Hyang Amarabhawana masih dengan tertawa.