“Terima kasih banyak atas bantuan Hyang Yuda ... " ucap Hyang Manasija masih dengan membantai sisa pasukan Baluka di hadapannya.
“Tidak perlu berterima kasih, Hyang Manasija. Aku sebagai Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka sudah menjadi tugasku untuk maju ketika perang terjadi,” jawab Hyang Yuda dengan sedikit merendah.
Hyang Manasija tersenyum mendengar jawaban Hyang Yuda.
“Terima kasih, Hyang Yuda. Setelah ini, Hyang Yuda bisa meninggalkan kami dan membantu kelompok yang lain.” tambah Hyang Samirana.
“Hyang Samirana yakin bisa mengatasinya?” Hyang Yuda bertanya dengan perasaan sedikit ragu karena melihat Hyang Manasija dan Hyang Samirana yang sedikit kelelahan.
Hyang Yuda sedikit merasa ragu untuk meninggalkan Hyang Manasija dan Hyang Samirana, terutama Hyang Manasija yang sudah lama tidak berurusan dengan perang dan hanya sibuk mengatur perjodohan manusia di Janaloka.
“Kami berdua baik-baik saja. Dari Amaraloka, Hyang Tarangga juga memberi bantuan kepada kami. Hyang Yuda bisa meninggalkan kami berdua dengan tenang.” Hyang Manasija berusaha meyakinkan Hyang Yuda.
“Baiklah kalau begitu ... ” Sebelum pergi meninggalkan Hyang Manasija dan Hyang Samirana, Hyang Yuda menggunakan Wulung Caksu miliknya untuk melihat sesuatu atau seseorang yang mencurigakan di sekitar lokasi Hyang Manasija dan Hyang Samirana berada.
Sama seperti sebelumnya, di lokasi ini tidak ada yang mencurigakan. Mungkinkah kekhawatiran Hyang Amarabhawana sedikit berlebihan?
Tapi ... tidak mungkin ratusan Baluka, Rase, Saradula dan Nagendra keluar begitu saja dan menyerang manusia tanpa alasan? Terlebih lagi ratusan kelompok hewan ini seperti kehilangan kesadaran mereka dan bergerak membabi buta tanpa takut kemarahan dari para Hyang dari Amaraloka ...
Memang ada yang sedikit aneh jika empat hewan ini tiba – tiba menyerang manusia dalam jumlah besar. . .
Hyang Yuda berbicara dalam pikirannya sendiri sembari mencari sesuatu atau seseorang yang mencurigakan di sekitar lokasi serangan Baluka.
Setelah beberapa saat pencariannya dan tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, Hyang Yuda berpindah tempat dengan menggunakan Gaganacara miliknya. Dan dalam sekejap mata, Hyang Yuda sudah berdiri di belakang Hyang Baruna dan Hyang Warsa.
Begitu sampai di lokasi serangan Rase, Hyang Yuda yang tiba dengan melayang nyaris saja terkena serangan Hyang Baruna dan Hyang Warsa yang berbasis air.
Nyaris saja, aku celaka. Hyang Yuda berbicara sendiri di dalam pikirannya setelah berhasil menghindari serangan yang lancarkan oleh Hyang Baruna dan Hyang Warsa.
“Maafkan kami, Hyang Yuda!” Hyang Baruna langsung meminta maaf karena terkejut dengan kemunculan Hyang Yuda secara tiba-tiba.
“Aku baik-baik saja, Hyang Baruna,” jawab Hyang Yuda.
Meski aku-Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka sekalipun, jika aku terkena serangan dari Hyang Baruna dan Hyang Warsa di saat yang bersamaan, aku pasti akan tetap terluka.
Untung saja ... aku sempat menghindar. Kalau tidak, mau ditaruh di mana mukaku ini jika aku terluka karena tidak sengaja muncul dengan tiba – tiba di jalur serangan Hyang Baruna dan Hyang Warsa. . .
Hyang Yuda memaki dirinya sendiri.