Dengan terpaksa, Hyang Yuda akhirnya menghabiskan dua hari waktunya dengan tinggal di rumah Sasarada.
Hari pertama di rumah Sasarada, Hyang Yuda ikut pergi bersama dengan Sasarada mencari tanaman obat dan berburu di sekitar hutan tempat tinggal Sasarada. Hyang Yuda yang sudah mengembalikan separuh lebih tenaganya kini dengan mudah memasang Awarana Catra miliknya ketika pergi bersama dengan Sasarada.
Sepanjang perjalanan mencari tanaman dan berburu, Hyang Yuda berulang kali berkata dalam pikirannya karena rasa kesal dan malu yang dirasakannya saat bersama Sasarada.
Aku, Hyang Yuda-Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka kini harus pergi berburu kelinci dan rusa di hutan yang sebelumnya tak pernah kulakukan di Amaraloka hanya untuk makan. Pekerjaan kecil ini sebenarnya sangat mudah dilakukan jika aku menggunakan senjata pusaka milikku dan kemampuan lain yang kumiliki.
Tapi ... saat ini, aku berdiri di depan manusia biasa. Aku harus berhati-hati menyembunyikan kemampuanku dan berburu seperti yang biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Siapa yang akan menyangka, berburu yang merupakan tugasku di Amaraloka akan menjadi sangat sulit dan melelahkan hanya karena aku tidak bisa menggunakan kemampuanku dan senjata milikku di depan manusia.
Bagaimana Hyang Yuda tidak merasa malu, karena berkat dirinyalah buruan yang diincar oleh Sasarada selalu gagal ditangkap. Hal itu dikarenakan Hyang Yuda tidak terbiasa menggunakan kakinya untuk berjalan dan berlari di Janaloka.
Tidak cukup dengan menahan rasa malu, Hyang Yuda pun juga harus menahan rasa kesalnya. Setelah semua usaha dan tenaganya yang sudah banyak dikerahkan oleh Hyang Yuda, namun tak satu pun dari kelinci yang diburunya berhasil ditangkap oleh Hyang Yuda.
Menjelang gelap, Hyang Yuda dan Sasarada kembali ke rumah Sasarada dengan tangan kosong. Hyang Yuda dan Sasarada tidak berhasil menangkap satu kelinci pun dan hanya membawa beberapa tanaman obat untuk Sasarada jual di keesokan harinya.
“Maafkan aku ... " Hyang Yuda merasa bersalah. “Karenaku, malam ini kamu tidak bisa makan daging dan hanya makan sayuran saja.”
Sasarada menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatap Hyang Yuda yang memasang wajah bersalah. “Kita berdua masih bisa memakan daging, Tuan.” Sasarada kemudian menarik lengan Hyang Yuda dan mengajak Hyang Yuda menuju ke bagian belakang rumahnya. “Lihat, Tuan Yuda!! Kita berdua masih bisa memakan daging. Jadi, Tuan Yuda tidak perlu merasa bersalah lagi.”
Betapa terkejutnya Hyang Yuda ketika melihat apa yang ada di belakang rumah Sasarada. Siapa yang akan menyangka jika Sasarada memiliki beberapa ayam yang diletakkannya di dalam kandang yang tersusun rapi di bagian belakang rumahnya.
“Jika kamu memiliki ayam untuk di makan, kenapa kamu bersikeras untuk berburu kelinci?” Hyang Yuda mengajukan pertanyaan dengan wajah heran, tidak percaya, dan kesal di saat yang bersamaan karena sempat merasa begitu malu dan bersalah di depan Sasarada seharian tadi.
Sasarada hanya tersenyum menjawab pertanyaan Hyang Yuda, “Karena saya ingin makan kelinci saja. Apakah alasan itu tidak cukup, Tuan Yuda?”
Mulut Hyang Yuda menganga mendengar jawaban yang diberikan oleh Sasarada dan segera membuang muka dari kandang ayam yang dilihatnya tadi karena merasa begitu kesal. Hyang Yuda mengumpat kesal di dalam kepalanya sendiri karena telah dipermainkan oleh gadis manusia di sampingnya saat ini.
Aku, Hyang Yuda-Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka. Tidak pernah kalah dalam perang dan selalu menjadi kebanggaan di Amaraloka, hari ini dengan mudahnya diperdaya gadis manusia hanya karena ingin memakan daging kelinci.
Hari ini ... aku sebagai Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka benar-benar dibuat kesal dan malu hanya karena hewan putih kecil dengan nama kelinci. Hewan putih kecil itu benar-benar membuatku kesal karena selalu berhasil melarikan diri ketika aku hendak menangkapnya. Semua rasa maluku hari ini disebabkan oleh hewan putih dengan nama kelinci itu.
“Tuan?”
Panggilan Sasarada itu membuyarkan Hyang Yuda yang sedang memaki dirinya sendiri di dalam pikirannya.
“Ya?”
“Tuan bisa membersihkan diri lebih dulu selagi menunggu memasak makan malam.” Sasarada menunjuk ke arah Andu(1) yang berada di dekat dapur tempat Sasarada memasak. “Tuan bisa membersihkan diri di sana.”
(1)Andu dalam bahasa sansekerta berarti sumur.
Hyang Yuda mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Sasarada dan melihat tempat untuk membersihkan diri yang jauh berbeda dengan miliknya yang berada di Amaraloka.
“Di sana?” tanya Hyang Yuda tidak percaya.