Siapa saja pasti menginginkan kesuksesan dalam mendapatkan pekerjaan dan karier cemerlang di perusahaan ternama atau instansi pemerintah. Betapa tidak, segala usaha telah ditempuh untuk meraih cita-cita tersebut. Untuk mewujudkannya seseorang bahkan rela mengorbankan waktu, energi, dan biaya.
Tetapi masalahnya, mengapa seseorang dapat mudah mencapainya, sementara yang lain sulit merealisasikannya. Semuanya berawal dari sugesti diri. Sugesti agar menjadikan mindset positif sebagai landasan dalam melakukan sesuatu.
POJOK CERITA
Sosok inspiratif, Muslimin Akib, asal Sengkang, Sulawesi Selatan. Dilahirkan sebagai anak keempat dari delapan bersaudara. Masa kecilnya dilalui penuh perjuangan demi tercapai cita-cita dan keinginannya. Mulai dari mencangkul sawah, kerja di empang, berkebun kelapa dan cengkih, sampai beternak ayam pun dilakoninya.
“Untuk mendapatkan uang jajan sekolah, saya memanfaatkan waktu menjual minyak tanah di pasar. Terlebih lagi, pada acara 17 Agustus-an, waktu tersebut saya gunakan untuk menjual permen. Rasanya sangat menyenangkan dapat menghasilkan uang jajan sendiri dan bisa membeli kaus yang bertuliskan Gembel (Gemar Belajar),” ucap Akib mengenang masa kecilnya.
Pria kelahiran 19 Januari 1960 ini, sebelumnya tidak tertarik menjadi seorang tentara. Namun, nasib berkata lain, saat menginjak kelas 1 di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Belopa, Sulawesi Selatan. Berbagai informasi mengenai AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) mengalir dari teman-temannya. Dari sinilah kemudian timbul niat Akib untuk mempersiapkan diri menjadi seorang tentara.
Pada 1981, putra dari Halidi ini akhirnya dinyatakan lulus ketika mengikuti seleksi Calon Taruna (Catar), di Makassar.
Dukungan dari kakak dan orangtuanya pun datang agar dia bersemangat dalam menempuh pendidikan.
“Di sini ada kesan yang tidak pernah saya lupakan. Di Stadion Panca Arga, pada waktu dikumpulkan semua Catar, nama saya dipanggil pertama. Saya pikir, nama yang disebut itu adalah orang yang tidak lulus. Tetapi ternyata sebaliknya, saya termasuk salah satu orang yang lulus. Padahal sebelumnya, saya sudah diantar oleh Provost ke truk waktu itu. Nah, saya pun ikut bingung di pertengahan jalan karena saya tidak tahu Jawa. Yang saya pikir ketika berada di truk tersebut, bagaimana saya bisa sampai ke Makassar. Eh, ternyata truk itu kembali lagi masuk lewat pintu belakang,” ujarnya, menceritakan selama dia menempuh pendidikan di Magelang.
Pada 1985, Akib secara sempurna menyelesaikan pendidikannya selama empat tahun, dengan pangkat Letda sesuai Skep Kasad. Pada saat itu pula, Akib langsung bersujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mengirimkan doa kepada kedua orangtuanya.
Perjalanan Karier Awal karier Muslimin Akib, dimulai ketika dia bertugas di satuan Kostrad Yonif 514 Sabada Yudha, Bondowoso, Jawa Timur dengan jabatan Danton. Selanjutnya, Letkol Inf Endriartono Sutarto (Mantan Panglima TNI) memberikan kesempatan kepada Akib untuk mengikuti Sekolah Suspatih OLI (Operasi Lawan Insurjensi), yakni Sekolah Khusus Pelatihan perang gerilya.
Lelaki yang sering puasa Senin-Kamis ini bergabung dengan seniornya di Timor-Timur sebagai staf Khusus Koopskam pada 1996. Bertugas menyelenggarakan latihan penyegaran selama 15 hari di Tolitolu untuk setiap satuan yang baru datang di Timtim.
Bertugas selama tiga tahun berturut-turut dan berakhir pada 1989. Tahun 1992 Akib pindah ke Yonif Linud 503 dan menduduki jabatan sebagai Kepala Seksi Operasi.