Setelah pertemuan mereka kemarin, mereka jadi akrab dalam hal jahat, mereka saling membantu dalam mengerjai pembantu-pembantu di mansion, itu adalah ide Anggi, atau mereka saling membantu untuk mencuri senjata dari basement, itu ide Christopher.
Meskipun begitu, mereka tetap cekcok dan ribut mempermasalahkan hal kecil di kantor atau apapun itu, Raymond jadi sering menggoda mereka untuk segera menikah. Dan tentu saja, Anggi menolak besar dengan beralasan dia adalah seorang lesbian lah, sudah punya seseorang lah, yang padahal nyatanya itu bohong. Christopher? Dia sudah menolak sejak Raymond baru saja membuka mulut hendak berbicara.
Pagi ini, mereka sedang bersiap-siap untuk pergi ke lokasi mereka ditugaskan, Anggi sedang menyusun senjata-senjata di tas ransel kulit untuk Christopher bawa. "Bagaimana semuanya? Aman?!" Christopher berteriak, Anggi merotasikan matanya saat Christopher berteriak "tidak perlu berteriak! Kita satu ruangan!" Anggi balas berteriak.
"Senapan, check. Amunisi, check. Pistol cadangan, check. Granat, check. Apalagi?" Anggi menaruh tas berisi senjata itu ke meja Christopher, dan dia menyiapkan peralatan untuk dirinya sendiri, beberapa baju ganti, chip GPS untuk si tersangka, dan alat komunikasi.
"Kau yang bawa ya, aku tidak kuat" Anggi menyerahkan tas isi senjata ke Christopher, dan berjalan pergi sambil membawa tas nya sendiri, Christopher mendengus "bilang saja kau malas" Gumamnya.
Christopher sudah siap dengan kaos lengan pendek ketatnya yang berwarna hitam, dengan suspender agar menahan celana dari kemungkinan melorot saat bertarung, kaos ketatnya membentuk sempurna lekuk tubuh Christopher yang kekar, Anggi yang melihatnya sekilas langsung cepat-cepat mengalihkan pandangan.
"Ayo ke mobil, ada pengawal tuan Raymond yang akan membantu" Ajak Anggi yang sudah berjalan duluan, Christopher mengangguk, menaruh pistol ke holster yang melingkari pinggulnya, dan berjalan di belakang Anggi.
Setelah mereka berdua berada di dalam mobil, ada salah satu pengawal terdekat Raymond, yang langsung menyapa mereka berdua "Hai Chris dan Anggi, apa kabar?" Sapa lelaki itu, Christopher dan Anggi berbarengan menaikkan sebelah alis "oh, hai Yuuya! Apa kabar?" Anggi menyapa balik, lelaki bernama Yuuya, Tanabe Yuuya itu tersenyum "baik, sangat baik, kau manis sekali Anggi dengan setelan itu" Puji Yuuya sambil menyeringai.
Anggi terkekeh, sambil dia mengeluarkan laptop dari tas nya, "terima kasih Yuuya, kau juga terlihat bagus" Puji Anggi balik, Christopher hanya mengerutkan keningnya. Sopir menyalakan mesin mobil kemudian mulai mengendara ke jalanan, Anggi sibuk dengan halnya di laptop, Christopher mengintip sedikit.
"Setelah kita sampai, aku akan memberikanmu earpiece, jadi kita tetap terhubung" Anggi memberikan satu earpiece ke Christopher, lalu menghubungkannya ke ponsel milik Anggi, Christopher mengambilnya dan memasangnya, Yuuya menoleh ke belakang, "ada yang bisa kubantu?" Tanyanya dengan senyum, Christopher manyipitkan matanya "tidak ada, kau hanya akan menimbulkan keributan"
Yuuya terkekeh lalu kembali ke tempat duduknya, "baiklah kalau begitu" Yuuya menyilangkan tangannya. "Baiklah... Lalu, kau Christopher, kau masuk lewat pintu belakang dari gedung ini, disana sudah ada orang kita yang menjaga, tinggal serahkan kertas ini" Jelas Anggi sambil memberikan secarik kertas kecil berisi beberapa angka.
Christopher mengambil kertasnya dan memasukkannya ke kantong celana, "ada lagi?" Christopher menaikkan sebelah alis, Anggi menggelengkan kepalanya "aman, oh ya, Yuuya, nanti aku akan masuk ke dalam gedung saat Chris sedang menyelinap, aku akan menjadi pengalih perhatian, dan Yuuya tolong jagakan CCTV yang kuretas, untuk mengawasi pergerakan kami"
Yuuya mengangguk setelah Anggi menjelaskan, setelah persiapan strategi yang cukup lama, dan tempat tujuan mereka yang agak jauh, Christopher dan Anggi bersiap-siap. Sudah sampai ke tempat tujuan, mereka parkir ke tempat sepi dan jarang dilintasi orang-orang.
"Aku duluan" Christopher membuka pintu mobil, mengambil beberapa senjata dan memasang mantel untuk menutupi senjata yang ia bawa. Christopher berjalan menuju pintu belakang, berjalan pelan agar tidak menarik perhatian orang-orang. Sesampainya Christopher di pintu yang dimaksud, Christopher langsung menemui dua orang yang berjaga di depan pintu.
Christopher menyelipkan ketas kecil tadi ke tangan salah satu penjaga, penjaga tersebut melirik ke kertas itu dan mengangguk pelan, penjaga lainnya membukakan pintu untuk Christopher.
Christopher akhirnya berhasil masuk, dia langsung menghubungi Anggi lewat earpiece nya "Anggi, aku sudah di dalam" Bisiknya, Anggi langsung membalas dengan senyuman kecil, "baiklah, naik ke tangga sebelah kiri karena bagian kanan ada dua pengawal" Perintah Anggi sambil dia bersiap-siap, berdandan, kemudian menyerahkan laptopnya ke Yuuya "tolong pandu kami ya" Pesan Anggi kemudian dia berjalan keluar.
Anggi menyamar sebagai salah satu orang yang terlibat di kasus penculikan dan perdagangan gelap ini, dia berjalan memasuki gedung lewat pintu utama, pegawai dan penjaga langsung menyambutnya.
"Selamat datang, Nyonya Josephine, Tuan Addison sudah menunggu di ruangannya" Sambut salah satu penjaga sambil membimbing Josephine alias Anggi itu ke ruangan Addison. Josephine Robinson adalah seorang wanita yang terlibat kasus ini, dan sekarang, Anggi menyamar menyerupai Josephine untuk mendapatkan informasi lebih dari Addison.
Josephine (Josephine di sini adalah Anggi) berjalan menuju kantor Addison di tingkat paling atas, langkahnya anggun, gaunnya juga tertata rapi dan mewah. Sesampainya Josephine di ruang Addison, tanpa mengetuk Josephine langsung masuk.