HYPOCRITE

Damia Nur Shafira
Chapter #3

P; Puppeteer

Misi pertama sudah selesai.

Christopher dan Anggi diberi waktu istirahat hanya satu hari, besok mereka harus menghabisi satu nyawa lagi. Entah satu nyawa atau berapa yang akan mereka dapat. Tapi sepertinya mustahil jika satu nyawa saja.

Christopher sudah mulai terbiasa dengan Anggi dan segala kelakuannya, begitupun Anggi. Sedikit demi sedikit mereka mulai akur. Akur? Iya...

...

Christopher berjalan menuju kamar nya. Oh iya para bawahan Raymond seperti Yuuya, Felix, Christopher, mereka tinggal di mansion Raymond. Anggi dulu tinggal di sana juga namun karena dia ada banyak tugas penyamaran, jadi dia jarang di mansion.

Lanjut, Christopher berjalan menuju kamar nya, dia hendak mengistirahatkan tubuhnya yang sudah pegal-pegal, rasanya bergerak sedikit saja sudah sakit.

Christopher membuka pintu kamarnya, dia berjalan masuk dan menutup pintu di belakangnya. Christopher membanting dirinya di kasur, menghela nafas berat. "Ah... Badanku sangat sakit" Erang Christopher sambil merotasikan matanya.

"Mau kupijat?"

Suara itu membuat Christopher terperanjat, dia duduk dan melihat ke sekitar, terkejut dengan suara lelaki misterius itu "siapa di sana?!" Tanya Christopher sambil mengambil bantal, bersiap untuk melempar jika ada serangan mendadak.

"Hey jangan dilempar! Ini aku, Felix!" Teriak lelaki misterius yang ternyata Felix itu, dia keluar dari lemari Christopher. Yang menyaksikan hanya terdiam sambil membelalakkan mata "Hah?! K-kenapa kau disini?" Christopher berdiri dari kasurnya, dan berjalan ke arah Felix berdiri.

"Yuuya sangat seram akhir-akhir ini, dia selalu menerorku, dia tiba-tiba saja ada di belakang ku memelukku saat tidur. Aku jadi merasa terlecehkan" Felix menghela nafas kecil, Christopher hanya merespon dengan anggukan "oh, Yuuya toh, masuk akal" Ujar Christopher singkat.

Felix menyilangkan tangannya dan cemberut "ih! Kok Chris dingin sih?!" Felix mengerutkan kening nya, Christopher juga mengerutkan kening dan menatap Felix dengan horror "semenjak kamu dekat dengan Yuuya, kau terlihat sangat... Feminim" Ujar Christopher dengan heran, menyodok jidat Felix dengan jari telunjuk.

"Sekarang pergi dari kamarku, aku alergi laki-laki feminim" Usir Christopher, Felix merengek "Tapi! Aku takut dengan Yuuya!" Rengek nya, Christopher mendecih "perbaiki dulu sikapmu baru Yuuya akan berubah-" Kata-kata Christopher terpotong saat menyadari sesuatu.

"Ah, mustahil Yuuya berubah- pokoknya aku ingin istirahat tolong pergi!" Christopher mendorong Felix keluar dari kamarnya, Felix hanya pasrah karena Christopher lebih kuat daripada Felix "baiklah, aku pergi" Felix pun berjalan pergi dengan tugkai yang lemas, dan itu membuat Christopher kesal ingin menendangnya agar cepat sampai ke kamarnya sendiri.

Christopher pun kembali masuk ke kamarnya, meregangkan badannya yang sakit-sakit juga pegal, mungkin karena sudah tua pikirnya. Baru saja Christopher merebahkan diri di kasur, dia menerima panggilan dari ponselnya, Christopher berdecak kesal lalu mengambil ponselnya dengan kasar, rupanya itu panggilan dari Anggi.

"Ada apa?! Tidakkah kau tahu ini sudah larut malam?!" Bentak Christopher setelah mengangkat telepon, Anggi terkekeh gugup, tidak biasanya Anggi seperti ini. "Bisakah kau tolong periksa kamarku? Apakah itu sudah terkunci? Aku sedang tidak di mansion, tolong ya?" Pinta Anggi, suaranya lemah dan letih, Christopher yang menyadari nada suara Anggi jadi khawatir. Seorang Christopher khawatir? Orang-orang pasti tidak akan percaya dengan perasaan khawatir Christopher saat ini.

Christopher pun berdiri, ia bawa tungkainya berjalan menuju pintu dengan sedikit lemas "Apa yang terjadi denganku..." Dia berdecak kesal, berjalan menuju kamar Anggi yang tidak jauh dari kamarnya sendiri. Christopher membuka pintu kamar Anggi, mengintip ke dalam dan mengedarkan pandangannya ke sekitar, Christopher tidak menemukan keanehan jadi dia menutup kamar Anggi dan kembali ke kamarnya, dia bersumpah tidak akan merespon kepada siapapun yang mengganggunya, dia butuh istirahat sekarang dan detik ini juga.

...

Brakk!

Suara dobrakan pintu atau jendela yang membuat Christopher terbangun dari tidurnya yang berlangsung hanya 15 menit. Christopher berdecih lalu dia menyibak selimutnya dan berdiri menuju pintu, dia mengintip keluar sambil mengerutkan keningnya.

Tidak menemukan seseorang, tapi dia menemukan bercak darah menuju kamar Anggi, Christopher yang khawatir serta pennasaran ini langsung berjalan menuju kamar Anggi, mengetuk pintunya pelan. Ternyata kamarnya tak terkunci, pintunya terbuka sedikit, Christopher mengintip ke dalam, menemukan Anggi yang merintih sambil melilitkan perban ke perutnya yang bersimbah darah.

Christopher terkejut tentunya, dia langsung menutup pintu tanpa mencoba mengajak Anggi bicara atau membantunya, dan Anggi lagsung menoleh saat pintu ditutup, matanya memicing curiga. Namun Anggi tidak pergi memeriksa karena dia butuh fokus ke luka tusuk di perutnya.

"Raymond sialan, bisa-bisa nya dia menyuruhku di larut malam begini"

Sedangkan Christopher sudah masuk ke kamar, langsung saja dia berbaring dan menarik selimutnya hingga menutupi dagunya, udara di sekitar mansion Raymond selalu dingin saat malam hari, dan dia paling tidak suka jika musim dingin, itu memperburuk keadaannya.

Sudah setengah jam berlalu, Christopher tidak bisa tidur nyenyak, dirinya masih mengkhawatirkan keberadaan Anggi yang terluka, dia tidak mengerti mengapa dia khawatir, selama ini dia munafik dengan mengatakan dia membenci Anggi dengan jiwa raga nya, namun sekarang malah meminum ludah sendiri. Dia peduli, sangat peduli dan khawatir, Anggi terlalu kocak untuk mati jadi jangan dulu.

...


Pagi-pagi buta sekitar jam 5 pagi, Christopher dan Anggi sudah mendapat panggilan saja dari Raymond. Dengan segera Christopher dan Anggi berlari menuju ruangan Raymond. Anggi tidak terlihat seperti terluka, Christopher juga tidak menyadarinya karena otaknya yang masih mencerna segala informasi dan indera-indera nya, dia bahkan belum bisa merasakan atau mencicipi sesuatu dengan jelas karena bangun tidur.

Sesampainya mereka di ruangan Raymond, Anggi langsung memasang senyumannya dan membuka pintu, kepalanya menyembul masuk, lalu dia berjalan ke dalam "Pagi Tuan Raymond!" Sapa Anggi dengan senyuman, Raymond tersenyum balik, lalu dia mengalihkan pandangannya ke Christopher. "Kau terlihat lelah sekali? Apakah kau tidur malam tadi?" Tanya Raymond khawatir, Christopher menggelengkan kepalanya "Tidak apa-apa, aku baik kok"

Raymond hanya mengangguk, lalu dia melanjutkan bicara nya "hari ini kalian mengerjakan tugas ku yang kedua, kali ini aku hanya akan menyiapkan namanya, dan statusnya, sisanya kalian cari sendiri" Raymond melempar sebuah berkas kuning tipis ke Anggi, dengan refleks Anggi menangkap berkas itu.

Lihat selengkapnya