Setelah misi melelahkan serta mengecewakan kemarin, kehidupan dua insan ini semakin sulit. Chris yang mendapat hukuman berupa latihan fisik ekstra, serta tak mendapat bayaran, dan Anggi yang disuruh untuk mengerjakan beberapa lembar observasi perusahaan Raymond, sungguh tak nyambung.
Fyi, selain kehidupan gelap Raymond sekarang ini, dia juga adalah pemimpin suatu perusahaan farmasi, mengejutkan memang, tapi itu memang faktanya. Bisa saja orang-orang terkenal yang ada sekarang ini memiliki situasi yang sama dengan Raymond kan? Kita tidak pernah menduga latar belakang atau sisi gelap seseorang yang hanya kita kenal karena ketenarannya.
Di sinilah Anggi berada, di ruang berbaginya dengan Christopher sialan Maven, sebenarnya Anggi sendiri sih, berkutat dengan tumpukan kertas dan dokumen, beserta laptop yang setia menemaninya kapan pun dan di manapun keberadaanya. Chris? Dia sedang berada di halaman belakang mansion, sedang melatih fisik agar semakin kekar dan tampan.
"Anggi! Chris! Ayo makan!" Panggil seseorang sambil membuka pintu ruangan kantor Anggi, di tangan orang itu ada nampan serta dua tumpuk kotak bekal dan dua gelas es teh. Anggi mengalihkan atensinya ke seseorang yang baru saja memasuki wilayah kekuasaannya "Ah, Felix?" Anggi mengulas senyum kecil.
Seseorang yang ternyata Felix tadi pun masuk dan menaruh satu kotak bekal ke ruang yang tersisa di meja Anggi, beserta minumannya tentu saja "Makan, ini masakanku lho, aku tidak berbohong," Ujar Felix sambil tersenyum berharap pujian. Gadis mungil itu hanya mengangguk mengiyakan dengan ekspresi curiga, lalu mengambil kotak bekal tersebut dan membukanya.
Aroma masakannya menyeruak, memenuhi nostril gadis tersebut, Anggi menghirup aroma sedap tersebut lalu mulai mengambil sesendok penuh, dan menyuapnya, Anggi membolakan matanya, lalu menatap Felix dengan senyum merekah "Ini sangat enak! Aku suka ini!" Seru Anggi lalu memakannya lagi, Felix terkekeh lega, lalu melihat ke sekitar "Ngomong-ngomong, di mana Chris? Aku mencarinya tapi aku tidak menemukannya, apakah kau tahu?" Tanya Felix sambil menaikkan sebelah alis.
Anggi mengangguk, lalu menelan makanan yang sudah dikunyahnya "Kalau tidak salah dia sedang berolahraga di halaman belakang, kau bisa mencarinya di sana," Ujar Anggi dan tersenyum, lantas lelaki berfreckles tersebut mengangguk lalu berjalan pergi "Aku pergi dulu ya, Chris sepertinya belum makan, dadah." Felix melambaikan tangannya sambil tersenyum, Anggi hanya membalasnya dengan kekehan.
Setelah Felix menghilang dari pandangannya, Anggi membuang makanan itu ke tong sampah di bawah meja dan mendecih "Aku tidak butuh makanan kurang enak" Gumamnya, kemudian melanjutkan mengerjakan tugas yang sebenarnya hukumannya itu.
"Chris!~ Kamu di mana?~" Panggil Felix yang sedari tadi sudah memutari halaman belakang, tapi tak kunjung menemui Christopher yang katanya sedang berolahraga. "Aduh, apa Anggi berbohong ya? Tapi kan Anggi anak baik..." Gumam Felix, lalu pria ber-freckles itu menaruh nampan ke bangku bawah pohon, siapa tau penunggu pohon ini yang akan datang dan memakannya.
Saat Felix menaruh nampan tersebut, tiba-tiba ada sosok bergelantungan dengan arah terbalik--kepala di bawah dengan kaki yang erat berpegang teguh pada batang pohon--sambil memiringkan kepala. "Ack! Kamjagiya!" Latah Felix saat sosok itu berhadapan dengan wajahnya.