Matahari tepat berada di atas kepala. Awan menggumpal terik. Arum mencegah Niko berjalan lebih jauh lagi dari bangunan sekolah Kanak-kanak mereka. Kaki pendek keduanya telah melewati pagar. Sebenarnya guru sudah menawarkan untuk menunggu di dalam sekolah, namun, Niko yang mempunyai ketidaksabaran tipis sekaligus rasa penasaran tinggi, lebih memilih mencoba berjalan ke luar sekolah, dan berbohong bahwa mereka sudah dijemput. Lagipula, Wadha dan Farand belum menampakan diri, meski jam pulang sudah sedari tiga puluh menit lalu. Niko kan ingin cepat-cepat menyelesaikan bacaan buku cerita yang pernah dibelikan Wadha padanya di rumah.
Niko menyengir iseng, "Kamu takut kan Arum? Tenang! Ada aku! Hehe." serunya sombong, memamerkan kekuatan. Tak lupa senyum lebar menyorotkan deretan gigi susu.
Arum terdiam, memegang kuat sampai meninggalkan jejak kusut di seragam terang lelaki bernama lengkap Nicholas Zhief itu. Memandang kesunyiian panasnya siang. "B-Bagaimana bila... kita hilang diculik hantu?" Arum bertanya sehabis mengingat obrolan teman-temannya tentang hantu. Kebetulan tempat yang mereka jejaki belum ada orang yang berlalu-lalang. Benar-benar sepi sekali.
Niko mengeryitkan dahi secara berlebihan, "Memangnya makhluk itu sungguhan ada?" Garis-garis ketakutan bocah itu, terpancar saat tahu bahwa mereka sedang membicaran sesosok hantu yang menculik anak-anak. Entah bagaimana, keberaniannya lenyap setelah membicarakan sesosok hantu yang dibicarakan Arum. Bayangan menyeramkan hantu berbentuk monster, berputar di kepala Niko yang pernah tak sengaja menonton iklan film hantu.
"M-Mungkin saja!" jerit Arum membulatkan mata. Jantungnya bergemuruh. "K-Kita kembali saja ke Bu Guru sambil menunggu Mama..."
"Aku hapal jalan ke rumah kok!" Niko berusaha menjawab lantang, tanpa menyadari bahwa nada bicaranya sudah gemetar.
"Ja-Jangan! K-Kita tunggu Mama saja!" Arum menolak sembari berusaha menarik Niko mengikuti langkahnya kembali ke sekolah kanak-kanak.
Langkah mereka terhenti di tengah perjalanan. Niko memanjukan bibir setengah mengambek, "Hantu itu pasti kesepian makanya menculik anak-anak seperti kita," ocehnya mendadak berteori. "Harusnya kalau kesepian, hantu berteman saja dengan hantu, ya kan Arum?"