Yuna masih duduk terdiam di mobilnya, entah sudah orang keberapa yang dia temui dalam kurun waktu 6 bulan kebelakang, seluruh perusahaan besar telah menolaknya, beberapa bank pun sudah tidak berani meminjamkan uang lagi padanya.
Yuna memang punya simpanan uang, namun sang tante tidak memperbolehkan dia untuk mengambil sisa uang asuransi kedua orang tua dan juga uang yang selama ini dia tabung lewat sang tante. Jika dipikir kembali, hal itu memang masuk akal, itu adalah uang cadangan terakhir, jika dia memakai uang itu juga, itu artinya jika ketika sesuatu benar-benar terjadi nanti, untuk makan pun dia tidak punya.
Orang yang kali ini akan dia temui adalah calon pewaris dari TS Grup, Greta memberitahunya tentang orang ini, bahwa Jesse, bersedia untuk bertemu. Yuna sebenarnya sudah yakin apa jawaban dari orang ini nantinya, karena tidak ada satupun orang yang akan menerima perusahaan yang jelas-jelas akan bangkrut dalam waktu 3 bulan.
Tapi Yuna tahu, ini bukan saatnya untuk menyerah, dia masih punya 100 orang karyawan yang harus dia beri makan, yang hidupnya bergantung dengannya, dengan YK Beauty, dan itulah yang membuatnya terus berusaha dan tidak menyerah, dia harus berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan ini.
Drrt~!
Yuna dengan sigap mengambil ponselnya, dan ternyata itu adalah Greta, manajer operasional YK Beauty yang juga merupakan salah satu founder dari YK Beauty.
“Hmm, kenapa?” tanya Yuna.
“Udah sampe belum?”
“Udah, tapi gue takut mau turun Ta.”
“Yun, udah apapun jawabanya, kita terima aja, yang penting kita semua gak diem aja selama ini, udah gak papa, masuk aja, orangnya udah nunggu.”
Yuna menarik nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Oke, gue turun ya.”
“Tenang, kabarin jawaban mereka apa.”
Yuna sudah sejak awal memutuskan bahwa dia tidak akan menyerah pada perusahaannya, dia akan terus mencari cara apa yang bisa lakukan untuk menghidupkan perusahaan ini yang menjadi ladang bagi karyawannya.
Dengan langkah yang jauh lebih percaya diri, Yuna turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam hotel. Dia berjalan menuju front office menghampiri petugas yang sedang ada disana.
“Welcome to TS Hotel, ada yang bisa dibantu?”
“Halo, selamat pagi, saya Yuna Karina sudah ada janji, dengan Pak Jesse.”
“Oh iya, Jesse sudah kabari, ibu boleh ke open bar yang di sebelah kanan, tunggu di sana aja biar saya hubungi Jesse dulu.”
“Baik, terima kasih.”
Yuna pun menunggu di tempat yang dimaksud, bar ini terkesan sepi mungkin karena masih siang, dan bartendernya pun belum ada, hanya ada beberapa orang dan juga beberapa pelayan yang sepertinya sedang bersiap-siap.
“Yuna Karina?” ucap sebuah suara dari samping, Yuna pun menoleh ke sumber suara tersebut, dia melihat seseorang bertubuh tinggi, rambut berwarna coklat, dan juga kulitnya putih.
Yuna langsung berdiri menyambut orang tersebut, lalu mengulurkan tangan, “Yuna Karina.”
“Maaf kalau agak lama ya, saya ada kerjaan di atas.”
Yuna cukup terkejut mendengar Jesse yang dia ketahui sebagai orang Australia asli tapi begitu fasih berbahasa Indonesia.
“Oh, saya punya temen Indonesia, jadi lumayan fasih.”
“Oh, baik Pak, saya kaget dengernya.”
“Panggil Jesse aja, kita pindah ke sebelah sana aja ya,” ucap Jesse sambil menunggu sebuah meja di ujung ruangan.
Yuna pun mengangguk, tidak ada alasan baginya untuk menolak, lagipula dia juga sudah tahu apa yang terjadi nanti.
“Silahkan jadi apa yang mau dibicarakan kali ini?” tanya Jesse.
“Jadi begini pak,” sambil Yuna mengeluarkan proposal yang sudah dia bawa.
Jesse menerima proposal itu lalu dia membukanya sambil mendengar penjelasan dari Yuna. Yuna juga tidak pernah berbohong atau menutupi kondisi perusahaannya dia selalu apa adanya dan memberitahu kemungkinan apa yang akan terjadi dengan perusahaanya.
“Oke, saya ngerti, tapi boleh saya tanya sesuatu?”
“Boleh Pak, silahkan.”
“Pertama jangan panggil saya bapak, saya yakin anda lebih tua dari saya. Just call me Jesse, okay?”