I've Got You

ARU
Chapter #5

Chapter 5. Mimpi Buruk

Langit-langit kamar ini rendah, warna putihnya sudah berubah usang, cat di atapnya terkelupas di beberapa bagian dan ada bekas rembesan air. Cahaya menerobos dari tirai tipis yang menutupi kaca jendela. 

Aroma nasi putih yang sedang ditanak dan bumbu masakan yang tengah di tumis, menguar membaur dengan aroma dinding lembab di sekeliling Kaira, sisa hujan semalam. Hawa dingin menjalari jemari Kaira yang tak tertutup selimut.

“Baunya enak. Ibu masak apa, ya?” gumam Kaira di sela-sela kantuknya yang mulai menghilang. Ia bangkit dan menarik selimut lalu melipatnya. Hawa dingin menyergapnya dan membuat Kaira sedikit menggigil. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan pagi hari seperti ini.

Tapi begitu Kaira menapakkan kakinya ke lantai. Ia menginjak genangan air yang sedikit lengket. Kaira mengernyit, minggu lalu atap kamarnya baru saja diperbaiki, tidak mungkin bocor separah ini. Tapi ketika ia menunduk, napas Kaira tercekat.

Darah,

Kaira berdiri di genangan darah di seluruh kamarnya. Hawa dingin menyergap Kaira membuatnya tak bisa bergerak. Napasnya sesak. Bau anyir memenuhi penciumannya, dan ia merasa mual. Kedua tangan Kaira menutup mulutnya.

Apa ini? Apa yang terjadi?

Kaira mengedarkan pandangan, bola matanya bergerak panik, ketika ia menemukan lebih banyak darah di kamarnya. Bahkan hujan di luar berubah merah dan menutupi jendela kamar Kaira.

Kaira hampir terjatuh tapi ia berpegangan pada tepian kasur, semua yang ada di perutnya keluar tanpa ia bisa cegah dan ia terbatuk.

“To…tolong! Ibu! Layla! Tolong aku!” Kaira berteriak. Ia terisak di atas tempat tidurnya. Bercak kemerahan menodai sprei berwarna cerah. Kaira ingin menarik kakinya, tapi sesuatu seperti menghalanginya dan menarik Kaira ke bawah. 

“TIDAK! IBU! Layla!” Kaira kembali berteriak.

“Pembunuh.”

Kaira terkesiap. Sebuah suara lirih berbisik di telinganya. Mendadak seperti ada dinding yang menghimpit tubuhnya, menahan semua pergerakannya.

“Kamu membunuhku.” suara itu kembali berbisik. 

Kali ini Kaira merasakan jemari dingin menjelajahi punggungnya, lalu memeluk tubuh Kaira.

“Kenapa bukan kamu yang mati? Pembunuh.”

==oo0oo==

Kaira tersentak dari tidurnya. Keringat dingin membasahi kaus yang ia pakai, napasnya terengah dan rasa mual mendadak muncul. Kepalanya pening dan semua seperti berputar. Isi perutnya berontak. Kaira segera beranjak menuju kamar mandi. 

Ia berlari setengah terhuyung, pundaknya menabrak tembok tapi ia tak merasakan nyeri. Tubuhnya tak merasakan apapun selain mual yang semakin menjadi-jadi. Sesampainya di kloset, ia terduduk dan memuntahkan semua makan malamnya –seperempat porsi sandwich yang susah payah ia telan—.

Mimpi.

Kaira merasa lemas. Ia berusaha keras hanya untuk berdiri dan membasuh wajahnya. Seluruh tubuhnya gemetar hebat dan ia merasa kedinginan. Kaira menatap bayangan dirinya di cermin. Wajahnya tak lebih baik dari kemarin. Gurat kelelahan masih terlihat jelas di wajahnya.

Dengan langkah gontai Kaira kembali ke tempat tidurnya. Ia membuka tirai jendela, langit malam terlihat keruh meski tidak ada awan mendung. Jam masih menunjukan pukul dua. Baru dua jam berlalu sejak Kaira tertidur. Tapi bahkan dia tidak merasa ngantuk sedikitpun.

Lihat selengkapnya