Getar ponsel di meja membuat Glenn sedikit tersentak. Konsentrasinya menguap, tatapannya tertuju pada ponsel berwarna hitam di samping laptopnya, tak lama kemudian ia meraih ponsel itu.
From: Mama
Jangan lupa makan.
Seulas senyum muncul di wajah Glenn, lalu ia tampak berpikir. Sejujurnya Glenn belum tahu akan makan apa malam ini. Mungkin dia akan memasak seperti biasanya, tapi beberapa bahan makanannya habis dan ia belum belanja lagi.
Dia akan belanja setelah ini, ada supermarket fresh food di jalan menuju ke rumahnya.
Glenn melonggarkan dasi dan menarik napas dalam-dalam.
Tatapan Glenn beredar ke luar ruangan. Terakhir kali Glenn melihat ke sana adalah ketika cahaya matahari masih lumayan terang. Ia tidak menyadari lampu di salah satu sudut ruangan di luar masih menyala. Tanpa harus menebak ia tahu siapa yang masih ada di luar.
“Kaira.” Gumam Glenn.
Glenn bangkit. Punggung Kaira terlihat sedikit bungkuk. Tapi mendadak Glenn menghentikan langkahnya sebelum ia keluar dari ruangannya.
Terima kasih. Gadis itu tersenyum siang tadi. Meski hanya berupa senyum kecil, ada kelegaan yang menguar dari ekspresi Kaira.
Sesuatu di dalam diri Glenn menyeruak ingin keluar dan menghimpit dadanya. Rasanya sudah lama sekali sejak ia melihat Kaira tersenyum. Meski Glenn menyadari ia tak pernah benar-benar memperhatikan gadis itu.
Mengabaikan perasaan yang terasa mengganggunya, Glenn melangkah ke meja Kaira. Perlahan sosok gadis itu semakin jelas. Tatapan Kaira menerawang. Jemarinya diam tak bergerak. Gadis itu tengah melamun.
“Ehem.” Glenn berdehem.
Sementara Kaira sedikit tersentak dan langsung berbalik menatap Glenn. Raut kelegaan terlihat ketika ia melihat Glenn di sana. “Pak Glenn.”
“Sekali lagi, saya nggak minta kamu lembur hari ini atau kemarin dan kemarin dan kemarin dan seterusnya lagi.” kata Glenn panjang lebar.
Alis Kaira sedikit berkerut.
“Pulang dan beristirahatlah.” Ucap Glenn.
Pulang.
“Mm, saya belum selesai input data KPI bulan ini, Pak. Saya bahkan belum menyiapkan apapun untuk kunjungan Direktur Marketing minggu depan.” Kaira menjelaskan.
Glenn menghela napas. Ia tahu Kaira akan beralasan seperti ini. Glenn tidak tahu pasti, tapi dia punya firasat kalau pekerjaan ini hanyalah alasan bagi Kaira. Lelaki itu menarik bangku Lani ke sisi Kaira lalu tanpa meminta izin, ia mengambil alih laptop Kaira. Memeriksa sekilas pekerjaan gadis itu.
“Pak, itu belum selesai.”
“Hmm.” Jawab Glenn acuh. Gambaran kelelahan dan tubuh Kaira yang makin kurus terlintas. Sekilas ia melihat meja Kaira. Kosong. Meja itu tidak memiliki pernak pernik atau sesuatu yang bersifat pribadi seperti meja karyawan lainnya. Seolah gadis itu mengubur semua hal tentang dirinya dalam-dalam.
Sejenak suasana hening ketika Glenn memeriksa pekerjaan kaira. Kaira kembali menatap mejanya. Jemarinya saling bertaut. Dia merasa tidak nyaman dengan jarak antara dirinya dan Glenn, aroma parfum lelaki itu tercium jelas. Aroma musk lembut yang menenangkan. Berbeda dari image lelaki itu sebelum ini. Kaira kira, Glenn menyukai parfum beraroma kuat.
“Jadi.” Glenn tiba-tiba berbicara memecah keheningan di antara Kaira dan dirinya.