Pukul 2 siang, seorang wanita berparuh baya, baru saja pulang dari pekerjaannya.
Lelah adalah salah satu gambaran dari wajahnya. Ia, bersandar pada sebuah sofa dengan seorang gadis berusia 10 tahun menghampirinya.
"Aku pijitin ya, ma."
"Makasih sayang," ujur sang ibu saat anaknya memijit pundaknya.
"REN!"
"IREN!" teriak seseorang mengejutkan dua orang.
"Kamu ke dalem ya sayang," ujur sang ibu dan gadis itu pergi ketakutan.
"MANA UANGNYA?"
"Gak ada Arlan, aku baru tiga hari kerja."
"Bu Ira gak mungkin langsung kasih upah aku," jawabnya.
"Argh!" serunya mendorong wanita itu.
Ia meringis kesakitan. Gadis itu menonton di balik pintu kamarnya.
"Kamu itu bukan istri yang baik." pria itu memukulnya dengan sapu. Wanita itu menangis. Dan begitu pula gadis 10 tahun, yang di kenal oleh dunia sebagai anaknya.
"Kamu udah bunuh anak saya! Dan melahirkan anak tidak berguna seperti Vina!"
"Saya benci kamu!"
"Kamu bukan istri saya!" teriaknya beberapa kali.
"Cukup mas!" balas wanita itu.
"Istigfar!"
"Raffi udah gak ada."
"Dunia dan semesta tahu. Anak kita adalah Vina."
"Aaa__" teriaknya ancang-ancang hendak memukul wanita itu.
Sang wanita menunduk, menutupi kepalanya dengan tangannya.
"Ayah jangan sakitin mama terus!" seru gadis dari yang geram akan tingkah ayahnya.
"Ayah gak punya hak nyakitin mama."
"Ayah ini kepala keluarga."
"Ayah gak malu minta uang terus sama mama?" tanya gadis itu dengan berani.
"Dasar anak kurang ajar!" ucapnya dengan memukul gadis itu.
"Ayah!" teriak gadis itu kesakitan.
"Itu yang mama kamu ajarin sama kamu? Hah?" tanyanya dengan tetap memukul gadis itu.
"Dasar anak gak tahu diri!"
"Pembawa sial!"
"CUKUP MAS!" teriak wanita itu melindungi anaknya dengan pelukannya.
"Cukup kamu maki-maki anak saya."
"Kalau tidak mau menganggapnya, buat apa kamu cari kami?"
"Dasar, istri gak berguna." Arlan kesal dan menarik tangan wanita itu.
Tangis ibu dan anak itu pecah, saat keduanya terpisahnya.
"Mama!" teriak gadis kecil itu.
"Vina!"
Arlan membawa istrinya kedalam gudang. Menyandarkan tubuh wanita itu dan mengikatnya dengan tali erat-erat.
Arlan mengunci gudangnya dan beralih pada gadis kecilnya.
"Ikut ayah!"
Gadis itu menggeleng. "Gak mau. Ayah jahat!"
"AYO!" paksanya.
Arlan tak tanggung menyeret gadisnya sampai ke kamar mandi.
Lalu, Arlan menenggelamkan wajah gadis itu beberapa kali.
"Rasain."