1 Hati 2 Raga

Nur Fitriani
Chapter #2

Pertemuan

Tak Tak Tak....

Suara hentakan sepatu yang sangat keras begitu terdengar di telinga para pendengar. Sepatu itu terus terdecit hingga tak tahu arah. Siapa pemiliknya? Mengapa ia berlari seperti orang yang sedang dikejar setan? Apa yang ia lakukan?. 

Sepatu itu berlari ke arah sebuah pintu gerbang. Dari belakang sudah bisa di lihat jika itu adalah seorang gadis. Hal apa yang akan ia lakukan? Gadis itu berlari, menatap pintu gerbang yang masih tertutup karena, ini masih jam sekolah. Tanpa aba-aba gadis itu memanjat untuk melarikan diri.

Gadis itu membersihkan tangannya karena posisi saatnya turun membuat tangannya sedikit kotor. Lalu, ia berlari menjauh dari tempat dimana ia berlari tadi. Jalanan sangat sepi. Tidak ada satupun kendaraan yang melalui jalanan itu. Terkadang dengan cemas gadis itu menengok ke arah belakang. Melihat jika orang aneh mengejarnya lagi atau tidak.

Gadis itu semakin panik saat ia menoleh dan melihat orang aneh yang mengejarnya sedang berusaha memanjat pintu gerbang. Gadis itu melihat sebuah mobil berwarna silver melaju ke arahnya. Ia melambaikan tangannya untuk menghentikan laju mobil tersebut. Sampai pada tempatnya, mobil itu berhenti, dan gadis itu naik tanpa minta izin.

Sang pengemudi melajukan mobilnya kembali. Ia melihat baik-baik wajah sang gadis aneh yang baru saja menaiki mobilnya. Namun, ia masih terfokus juga pada jalannya, walau sesekali ia memperhatikan gadis di sampingnya yang sedang menengok ke arah belakang, lalu tertawa.

"Makasih ya om," ucap gadis itu tiba-tiba.

"Kamu siapa? Kenapa tiba-tiba masuk ke mobil saya? Kamu boloskah? Inikan masih jam sekolah," tanya pengemudi yang gadis itu panggil 'om'. Dengan raut wajah agak kesal ia menoleh ke arah samping.

"Tanyanya satu-satu om. Saya cape," jawabnya dengan menyandarkan tubuhnya yang terasa sakit karena berlari pada kursi empuk mobil itu.

Dengan sedikit kecewa ia menghela napas berat dan mencoba lembut pada gadis aneh di sampingnya.

"Kamu siapa?" tanyanya dengan menoleh sebentar dan kembali fokus pada kegiatannya stir-menyetir.

"Saya?" tanyanya menoleh ke samping dengan menunjuk dirinya sendiri. Dan orang di sampingnya sekilas melempar tatapan dan mengangguk. Gadis itu mengangguk-angguk dengan sedikit mengembangkan bibirnya.

"Aku Lavina Helsa Jazzton. Om bisa panggil aku Vina," jawabnya.

"Kamu kenapa tiba-tiba masuk mobil saya?" tanyanya lagi dengan ekspresi yang sama.

"Aku di kejar orang aneh om," jawabnya dengan cepat.

"Orang aneh?" tanyanya mengkerutkan dahi.

Gadis yang bernama Vina pun bangun dari sandarannya dan menoleh ke arah samping. "Iya orang aneh!" serunya.

"Dia itu suka sama aku om. Tapi, aku gak suka dia. Mungkin karena aku cantik, dia jadi cowok aneh, setelah, aku tolak beberapa kali. Menyebalkan," ceritanya.

"Tapi, karena itu, kamu bolos?" tanyanya lagi.

"Ya mau gimana lagi om. Daripada aku di apa-apain sama dia," jawabnya dengan santai.

Pria itu menghela napas berat. Lalu, ia memutar stir mobilnya. Vina yang sadarpun sedikit terkejut.

"Eh om! Kenapa puter balik?" tanya Vina yang terkejut dengan perlakuan pria di sampingnya.

"Bawa kamu ke sekolah lagi," jawabnya dengan cepat.

"Om, saya mohon selamatkan saya kali ini aja om. Om gak maukan liat seorang perempuan di sakitin atau di kasarin?" mohonnya dengan melipat kedua tangan didepan pria dingin itu.

Untuk ke sekian kalinya ia menghela napas. "Oke kali ini aja," ucapnya pasrah.

"Terima kasih om" ucap Vina dengan senang. Lalu, ia bersandar dan memejamkan matanya dan melipat silang kedua tangannya di atas perut. Sesekali pria itu menoleh ke arah gadis aneh yang tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya. Sekilas, ia melihat Vina seakan teringat pada seseorang yang sangat dekat dengan hatinya.

"Haaaa!" ucap Vina tiba-tiba bangun dan itu membuat pria di sampingnya kelabakan karena, terkejut.

Vina tertawa lepas dengan memegangi perutnya. Sedangkan, pria itu masih terkejut dan mencoba mengatur napasnya. Vina senantiasa tertawa saat mengingat betapa lucu ekspresi pria di sampingnya itu.

"Om tau gak? Om lucu banget pas kaget tadi," ucapnya mencoba menahan tawanya.

"Itu gak lucu ya!" ucapnya dingin dan sedikit kesal.

"Om, mau liat fotonya gak?" tanya Vina memperlihatkan layar ponselnya. Pria itu menoleh dan melihat apa yang di persilahkan gadis aneh di sampingnya itu.

"Hapus gak!" serunya dengan satu tangan berusaha merampas ponsel gadis itu. Vina menjauhkan ponselnya.

"Nggak akan aku hapus. Kecuali om ngelakuin satu hal buat aku," ucapnya memberikan persyaratan.

Pria itu diam dengan menatap dalam mata gadis itu, namun tidak lama. Pria itu kembali menatap ke arah depan karena mobilnya masih senantiasa melaju di jalanan. Pria itu sangat takut dengan Vina. Gadis ini aneh dan penuh misteri. 

"Oke. Apa?" finisnya.

"Perut Vina laper" ucapnya dengan mengelus perutnya.

"Terus?" tanya pria itu tidak peduli.

"Ya om harus bayarin aku makan di restoran," jawabnya.

"Itu aja?" tanyanya.

"Om juga harus ikut temenin aku makan," 

"Udah?"

"Ada lagi!" seru Vina.

"Om, harus anterin aku pulang," ucapnya.

"Gak!" jawabnya singkat.

"Tapi, itu bagian dari persyaratannya," ucapnya menciut.

"Mau ke restoran atau saya balikan kpersyaratannya,," ancamnya.

"Terima semua persyaratan aku atau foto om saya sebar?" ancamnya balik.

"Silahkan! Saya tidak takut," jawabnya dengan santai.

Kini gantian Vina yang menghela napas. Ia menyerah dan harus mengalah kali ini. Tidak apa-apa. Sekali-kali jadi baik hati dan tidak egois.

"Oke. Karena, aku anaknya cantik, baik, murah hati dan tidak sombong__" ucapnya memberi jeda.

Lihat selengkapnya